Luqman Hakim Beserta  Nasihat Nasihat nya    

  • Siapakah Luqman Hakim ?

 Luqman Al Hakim adalah sosok yang namanya tercatat dalam Al Quran, tepatnya pada surat Luqman. Surat Luqman merupakan surat ke-31 dalam urutan mushaf Al Quran yang terdiri dari 34 ayat dan termasuk dalam golongan surat Makkiyah.
Nama surat tersebut diambil dari kisah Luqman Al Hakim perihal pendidikan yang diberikan kepada anaknya,

Menurut beberapa riwayat, Luqman Al Hakim bukanlah seorang nabi atau keturunan raja. Akan tetapi, namanya telah disebut sebanyak dua kali dalam Al-Qur’an, yaitu termaktub dalam surat Luqman ayat 12-13, Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
Artinya:
(12) Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu ‘Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”


وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

(13) “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.'” (QS Luqman: 12-13).

Kisah Luqman Al Hakim yang diabadikan oleh Allah SWT dalam Al Quran tentu memiliki maksud dan tujuan di baliknya. Lantas, siapakah sosok Luqman Al Hakim sebenarnya?

Sosok Luqman Al Hakim yang Tercatat dalam Al Quran
Mengenai sosok Luqman Al Hakim, para ulama berselisih pendapat dalam menafsirkannya. Dilansir dari buku Dipuji dan Dihina Allah karya Ahmad Sobiriyanto, para ulama ada yang mengatakan bahwa Luqman termasuk nabi, ulama, dan orang biasa.

Berdasarkan pendapat mayoritas ulama, Luqman Al Hakim bukanlah seorang nabi ataupun rasul, melainkan hanyalah seorang hamba yang shalih dan ahli hikmah, sebab di Al Quran disebutkan bahwa Allah SWT memberikan hikmah kepadanya. Hal ini pula yang membuatnya dikenal dengan nama Luqman al-Hakim, yaitu berarti Luqman si ahli hikmah.

Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir berpendapat bahwa Luqman memiliki nama panjang, yakni Luqman bin ‘Anqa’ bin Sadun. Ia juga memiliki seorang anak bernama Taran. Sementara itu, Syauqi Abu Khalil menyebutkan bahwa Luqman ialah putra saudara perempuan Nabi Ayyub AS.

Dalam kitab Mausu’ah al-Qarn al-‘Isyrin, diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, bahwa Luqman Al Hakim hanya seorang hamba sahaya dari Habsyi yang dibebaskan oleh majikannya. Kemudian ia bekerja sebagai tukang kayu.

Meskipun dalam tafsir diterangkan berbeda-beda, Luqman Al Hakim tentu termasuk golongan orang yang terpuji, sebab namanya dijadikan sebagai nama surat dalam Al-Qur’an. Allah SWT bahkan memujinya sebab nasihat-nasihat yang ia berikan kepada anaknya.

Adil Musthafa Abdul Halim dalam buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al Quran menerangkan nasihat Luqman kepada anaknya yang termaktub dalam Al-Qur’an mengandung beberapa dasar syariat bagi umat Islam.

Syariat tersebut di antaranya terdiri dari permasalahan akidah, dorongan untuk berbuat baik, etika berinteraksi kepada kedua orang tua, dan etika berinteraksi dengan diri sendiri. Wasiat yang diberikan Luqman merupakan pesan yang sangat berharga dan bijaksana.

Nasihat Luqman Al Hakim kepada Anaknya yang Termaktub dalam Al Quran
Dalam sumber sebelumnya, turut diterangkan bahwa nasihat Luqman kepada anaknya yang termaktub dalam Al Quran surat Luqman dapat menjadi teladan bagi para orang tua ketika mendidik anaknya. Berikut ini di antara nasihat-nasihatnya:

1. Nasihat Menjauhi Syirik
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS Luqman: 13).

2. Nasihat untuk Berbakti kepada Orang Tua
وَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS Luqman: 14).

3. Balasan Allah SWT atas Perbuatan Baik dan Buruk
يَٰبُنَىَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِى صَخْرَةٍ أَوْ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ أَوْ فِى ٱلْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

Artinya: (Luqman berkata), “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS Luqman: 16).

4. Perintah Mendirikan Sholat, Mengerjakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan Anjuran Bersabar
يَٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ

Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS Luqman: 17).

5. Nasihat Menjauhi Kesombongan
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman: 18).

6. Nasihat agar Bersikap Tawadhu’
وَٱقْصِدْ فِى مَشْيِكَ وَٱغْضُضْ مِن صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلْأَصْوَٰتِ لَصَوْتُ ٱلْحَمِيرِ

Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS Luqman: 19).

Dengan demikian, Luqman Al Hakim yang namanya tercatat dalam Al Quran telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai sosok ahli hikmah yang dapat memberikan teladan bagi para orang tua dalam mendidik anaknya


Kisah Kisah Hikmah Luqman Hakim pada Anaknya:

  • Takdirmu adalah yang Terbaik

    Luqman adalah seorang bijak yang namanya diabadikan dalam sebuah surat Al-Qur’an. Di antara nasihat terkenal yang disampaikan Luqman kepada anaknya adalah agar selalu bersyukur kepada Allah. Menurut Luqman, tidak ada takdir buruk karena semuanya sudah diperhitungkan dengan matang oleh Allah. Dikisahkan dari Said bin Musayyab, Luqman menasihati anaknya agar meyakini bahwa apa yang telah diberikan oleh Allah, baik yang disukai maupun tidak, sesungguhnya itu adalah yang terbaik
    hai ayah, saya belum bisa melakukannya sebelum saya membuktikannya sendiri,” jawab anaknya Luqman, sebagaimana ditulis oleh Imam Ibnul Jauzy dalam Kitab ‘Uyunul Hikayat, Mendengar hal itu, Luqman mengajak anaknya untuk menemui seorang nabi di zamannya agar bisa mendapatkan penjelasan yang lebih rinci sehingga bisa mendapatkan pemahaman yang utuh. “Mari ayah, kita temui nabi tersebut,” jawab anaknya.Setelah bersepakat, keduanya mulai menyiapkan diri untuk menemui sang nabi. Berbagai hal disiapkan mengingat perjalanan yang akan ditempuh cukup berat dan jauh, termasuk 2 ekor keledai yang akan menjadi tunggangan Luqman dan anaknya. Setelah berhari-hari menempuh perjalanan, keduanya sampai di sebuah gurun yang sangat tandus. Bekal makanan dan minuman pun semakin menipis, energi Luqman dan anaknya mulai menurun.  Bukan hanya itu, 2 keledai yang ditunggangi pun semakin lambat jalannya. Keduanya kemudian memutuskan untuk turun dari keledai dan melanjutkan perjalanan sambil jalan kaki. Dalam kondisi itu, Luqman melihat jauh di depannya ada sebuah penampakan berwarna hitam dan asap yang menggumpal. “Bayangan hitam berarti pohon, asap berarti pemukiman penduduk,” ucap Luqman dalam hatinya. Keduanya terus melangkah agar bisa segera sampai pemukiman. Saat berjalan, anaknya Luqman menginjak tulang hingga terjatuh dan pingsan. Luqman sendiri masih fokus melangkah dan mengira semuanya baik-baik saja.

    Saat menoleh ke belakang, Luqman baru menyadari bahwa anaknya terjatuh dan pingsan. Ia pun bergegas menghampiri anaknya. Sambil menangis, Luqman mencabut tulang itu dengan giginya kemudian menyobek surbannya untuk membungkus kaki anaknya yang terluka. Saat menatap wajah anaknya, air mata Luqman menetes ke pipi anaknya hingga membuat anak kesayangannya itu siuman. “Ayah mengapa menangis, bukannya apa yang menimpa saya ini adalah yang terbaik?” ucap anaknya sambil mengeluh kepada Luqman, mengingat semua bekal sudah habis dan keduanya masih di tengah gurun pasir. “Anakku, aku menangis karena perasaan sedih seorang ayah kepada anaknya. Mengenai pertanyaanmu, bagaimana bisa kejadian ini lebih baik bagimu, mungkin di depan nanti kita akan mendapatkan jawabannya. Bisa jadi musibah ini lebih ringan daripada musibah yang ada di depan sana, sehingga Allah menghentikan kita di sini dengan musibah ini,” jawab Luqman menenangkan anaknya. Usai menenangkan anaknya, Luqman menoleh ke depan. Ternyata bayangan hitam dan asap yang sebelumnya terlihat sudah tidak tampak lagi. “Sudahlah. Mungkin Allah sudah menyiapkan rencana lain,” kata Luqman dalam hatinya. Tidak lama kemudian dari jauh muncul sosok berpakaian putih yang menunggangi kuda. Luqman terus memperhatikan sosok yang terus mendekatinya itu. Anehnya, saat sudah dekat sosok itu seperti menghilang namun suaranya tetap terdengar. “Apakah kamu Luqman?” Tanya sosok yang tidak terlihat itu. “Iya benar, saya Luqman. Wahai Hamba Allah, siapa engkau sebenarnya? Saya bisa mendengar suaramu tapi tidak melihat wujudmu,” “Aku Jibril, hanya malaikat Muqarrabun dan Nabi saja yang bisa melihatku,” jawab sosok itu. “Jika kamu Jibril, tentu kamu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,” Jibril kemudian menjelaskan bahwa ia ditugaskan oleh Allah untuk menghancurkan kota yang ada di depan sana berikut penduduknya. Pada saat yang hampir bersamaan, Jibril mengetahui bahwa Luqman dan anaknya sedang berjalan menuju kota tersebut. Jibril kemudian memohon kepada Allah agar Luqman dan anaknya ditahan supaya tidak sampai kota dan tidak ikut luluh lantak bersama penduduk setempat. Jibril kemudian mengusap kaki anaknya Luqman yang terluka, tidak lama kemudian kakinya itu sembuh seperti sedia kala. Tempat makanan dan minuman yang dibawa Luqman juga menjadi penuh setelah diusap oleh Jibril. Tidak lama kemudian Jibril mengangkat keduanya dan mengembalikan ke kota asalnya. Dari kisah ini dapat kita petik pelajaran bahwa sebenarnya tidak ada takdir yang buruk karena semuanya pasti ada hikmah tersembunyi. Bisa jadi hikmah itu baru disadari esok, lusa, atau bahkan beberapa waktu kemudian. Wallahu a’lam
  • Kisah keledai

      Salah satu kisah hikmah dari Luqman lainya adalah kisahnya saat   menunggangi keledai dengan sang anak yang memberikan pelajaran penting bagaimana hidup sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial disaat yang bersamaan.

Suatu ketika Luqman Al-Hakim berkata, “Wahai putraku! Berusahalah melakukan hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan duniamu. Terus berusahalah hingga kau mencapai puncak kebaikan. 

Jangan pedulikan apapun kata orang! Karena memang tidak akan pernah ada jalan untuk memuaskan dan melegakan semua orang. Tidak akan ada juga cara untuk mengidentifikasi hati dan pikiran mereka. Itulah fakta hidup di tengah orang banyak dengan berbagai kepentingannya masing-masing”

“Mari kita buktikan!” Kata Luqman sambil menarik tali kekang menariknya.

Awalnya, Luqman naik tarik, sedangkan anaknya disuruh berjalan sambil memegang tali tarik. Benar saja, tidak lama kemudian orang-orang yang mereka temui berkomentar 

“Anak kecil itu menuntun menarik, sedangkan orang tuanya duduk nyaman di atas menarik. Sungguh bodoh dan egois orang tua itu, masa anak kecil dibiarkan berjalan kaki sementara dia menunggangi kuda!”

Mendengar komentar orang-orang di sepanjang jalan tersebut, Luqman-pun berkata kepada anaknya, 

“Puteraku, coba kau dengar, apa yang mereka katakan tentang kita!” Setelah berkata begitu, Luqman meminta anaknya untuk bergantian posisi. Sekarang Luqman yang menuntun keledai, sedangkan sang anak naik di punggung keledai. Ditengah perjalanan, mereka kembali menjadi omongan orang.

“Sungguh buruk perangai dan akhlak anak itu, masak orangtua dibiarkannya berjalan menuntun keledai, sementara dia duduk manis di punggung keledai.” Mendengar komentar orang-orang dijalan,  Luqman-pun kembali berpesan  kepada anaknya, “Anakku, dengarlah sekali lagi, apa saja yang mereka katakan.”

Setelah melewati orang-orang tadi, sekarang Luqman meminta anaknya untuk ikut naik ke punggung tarik. Jadi, sekarang keduanya sama-sama duduk di atas punggug tarik yang terlihat kecil dan kurus tersebut. 

Di tengah perjalanan, mereka kembali menjadi omongan orang-orang yang mereka temui di sepanjang perjalanan. 

“Betapa dungu dan egois bapak dan anak itu! kasihan sekali menarik tunggangan mereka yang kecil dan kurus begitu dinaiki berdua”

Mendengar komentar orang-orang di jalan, kembali Luqman meminita anaknya untuk mendengar dengan baik komentar orang-orang tersebut”Dengar dan perhatikan baik-baik, apa yang mereka katakan, anakku!” Kata Luqman lembut kepada anaknya. Setelah berkata begitu, lantas Luqman mengajak anaknya turun dari punggung tarik, sekarang mereka berdua sama-sama berjalan menuntun penarikannya. Di tengah perjalanan, mereka kembali bertemu dengan orang-orang yang masing-masing memiliki ekspresi berbeda demi melihat perilaku Luqman dan anaknya. 

Atau paling tidak si anakkah yang dinaikkan, biar bapaknya yang menuntun tariknya.” 

“Anakku, kau dengar sendiri bukan, semua kata-kata mereka kepada apa yang kita lakukan dari awal!? Di mata mereka, tidak ada tindakan kita yang benar. Semua salah!” Kata Luqman kepada anaknya

Editor : Alima sri sutami mukti

Foto asli kegiatan shorogan
Sayyidah Aisyah, Tidak Ada Insecure dalam Ilmu

Acap kali diamati, saat berada di ruang-ruang diskusi atau kajian, ada satu kelompok atau beberapa orang yang aktif mengeluarkan pandangan dan tak segan melontarkan pertanyaan pada narasi samar yang melintas dalam forum. Namun juga sebaliknya, selama berlangsung sesi tersebut terdapat pula sekelompok anggota diskusi yang pasif dan cenderung diam. Beberapa memang memilih diam karena menarik diri mungkin sebatas pengamat saja, beberapa lagi diam karena malu untuk bersuara, malu mengeluarkan pendapat dan bertanya.

Sifat malu memang menjadi sifat alami bagi manusia. Bahkan beberapa kali disebutkan dalam hadis Nabi Saw bahwa malu itu bagian dari iman, bermakna bahwa betapa pentingnya sifat malu bagi manusia. Malu yang seperti ini biasa disebut al-haya’. Misal, hadis dari Imam Bukhari no. 9 berikut:

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ

Iman itu memiliki lebih dari 60 cabang. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.

Namun malu dalam belajar merupakan kerugian. Malu dalam kasus ini mungkin lebih cocok disebut insecure atau merasa kurang percaya diri.

Perasaan malu atau kurang percaya diri dalam belajar biasa dirasakan oleh kaum wanita. Memang tidak semua, akan tetapi cenderung dirasakan oleh mereka. Karena memang mahkota paling berharga seorang wanita adalah rasa malu. Maka dari itu tidak aneh kiranya jika wanita sering merasa malu. Tetapi bagaimana malu-insecure ini dalam ruang belajar?

Mari kita lihat sebuah peristiwa berharga yang terjadi di masa emas, Rasulullah Saw.

Abu Zahwu dalam kitabnya yang berjudul al-Hadits wa al-Muhadditsun menyebutkan, bahkan kaum perempuan menyumbang pengaruh besar dalam ilmu hadis sebab tindakan mereka yang berani dan tidak pernah malu menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan masalah agama kepada Rasulullah Saw. Hal ini terbukti dari satu hadis yang terkenal tentang kasus mandi janabah bagi wanita yang mengalami mimpi basah.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحِي مِنَ الْحَقِّ، هَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ غُسْلٌ إِذَا احْتَلَمَتْ؟

Sesungguhnya Allah Swt tidak malu terhadap kebenaran. Apakah perempuan juga mandi ketika ia bermimpi?.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari no. 6091. Abu Zahwu juga menyatakan bahwa kebanyakan wanita-wanita yang berani bertanya langsung kepada Nabi tersebut dari golongan anshor (wanita Arab penduduk Madinah). Sehingga istri Nabi, Aisyah r.a. memuji keberanian mereka.

نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ، لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ. 

Sebaik-baik wanita adalah wanita anshor. Tidak ada rasa malu yang menghalangi mereka untuk tafaqquh fiddin, belajar agama.

Pujian ini termaktub dalam kitab Shahih Muslim no. 332.


Oleh karena itu, malu, insecure, atau kurang percaya diri dalam belajar merupakan tindakan yang rugi dan bisa saja berbahaya. Bahkan sejatinya bertindak berani dalam belajar dan menuntut ilmu adalah perbuatan terpuji.

Meskipun tulisan ini berbicara tentang insecure dari sudut pandang perempuan, namun maksud dan tujuan tulisan ini dan hadits-hadits di atas itu umum, tidak terbatas gender laki-laki atau perempuan. Karena satu kaedah penting dalam ilmu ushul fiqh

العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب

Sebuah argumentasi itu dilihat dari aspek umumnya narasi, bukan karena terkhususnya sebab kejadian. Wallahu’alam

Penulis : M Wildan Musyaffa

Doa Rasulullah Ketika Mati Lampu

Apa yang anda lakukan ketika di malam hari tiba-tiba terjadi mati lampu dan keadaan menjadi gelap gulita? Seketika mungkin ada yang mengeluh kesal. Ada juga yang bersedih karena mungkin pekerjaannya terganggu. Atau bahkan ada yang mengumpat kegelapan dengan penuh kemarahan. Berbeda sekali dengan sebuah kisah Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam beberapa literatur hadits mursal-nya yang juga termaktub dalam Kitab Tafsir Jalalain karya Syekh Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli sebagai berikut:

Pada suatu malam yang syahdu. Rasulullah saat itu sedang berdua dengan istrinya, Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu anha. Saat mereka berdua sedang asyik bercengkrama. Tetiba pelita penerang rumah sederhana namun penuh bahagia itu padam seketika. Keadaan berubah menjadi gelap gulita. Dengan tenang, Sang Nabi lantas berucap penuh wibawa:

إِنَّا للهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn. Artinya, “Sesungguhnya kita semua adalah kepunyaan Allah, dan hanya kepada-Nyalah kita semua kembali.”

Mendengar ucapan suaminya yang demikian. Sayyidah ‘Aisyah pun mencoba meminta penjelasan dengan berkata, “Sesungguh (yang mati) ini hanyalah lampu penerangan.” Ya, mungkin saat itu sependek pemikiran Sayyidah ‘Aisyah, kalimat tarji’ (bacaan innalillahi) hanya diucapkan ketika terjadi musibah yang luar biasa. Seperti ketika ada saudara muslim meninggal dunia atau terjadi bencana alam yang merenggut banyak korban jiwa.

Tetapi ternyata bagi nabi lain, beliau kemudian menjelaskannya dengan berkata, “Segala sesuatu yang menyusahkan seorang mukmin maka itu adalah musibah.” Demikianlah sudut pandang dan perilaku Rasulullah dalam memaknai musibah. Nabi selalu mengikut sertakan Allah dalam segala sisi kehidupan, dalam setiap perkara. Baik itu dalam hal sesederhana lampu yang padam. Apalagi dalam perkara yang lainnya, sudah barang tentu Rasulullah tak luput untuk mengingat Allah ta’ala. Lewat kisah ini, Rasulullah mengajarkan kita betapa mengingat Allah memberikan dampak yang sangat positif bagi kehidupan kita. Ketika kita waspada dan hati kita senantiasa terikat dengan Allah ta’ala,  saat mengalami hal yang tak sesuai rencana, maka pastinya kita tidak akan mudah merana dan gundah gulana. Dalam keadaan senang pun kita tak akan sombong, lupa diri, terlalu berbangga dan jumawa. Karena kita menyadari, bahwa segala perkara tak lepas dari kuasa Sang Pencipta. Allah pun adalah sebaik-baiknya zat yang mengatur segala takdir kehidupan manusia.

editor Alima sri sutami mukti

Kisah Pengemis dan Kekuatan Kata-kata

Sebuah video singkat tiba-tiba muncul di beranda Media Sosialku. Dari sekian banyak video pendek dari berbagai platform media sosial yang ada, video ini menurutku sangat inspiratif. Alkisah ada seorang pengemis yang ‘mangkal’ di pinggir jalan dengan kotak plastik di depannya. Tentu, semua paham untuk apa kotak itu.   Sekian lama ia menunggu berharap orang-orang yang lewat melintas di depannya merogoh sakunya untuk mengambil uang dan mendonasikan uang itu kepadanya. Untuk meyakinkan semua orang, Ia pun menuliskan sebuah kalimat di karton kardus bekas bertuliskan: “I’m blind. Please help me” (Saya buta. Tolong bantu aku). Ya, pengemis itu memang seorang tunanetra.

Dengan tulisan yang terkesan meminta belas kasihan tersebut, ternyata tak ada orang yang peduli untuk sekedar menyisihkan uang receh dan memasukkannya ke kotak yang ia pegang.   Sampai akhirnya ada seseorang ia rasakan berhenti di depannya. Raut mukanya terlihat sangat senang menunjukkan harapan yang ia tunggu-tunggu lama akhirnya datang juga. Namun sosok yang berhenti itu pun tidak kunjung meletakkan uang di kotak yang sudah ia angkat lebih tinggi dari biasanya. Si pengemis itu pun kemudian memegang sepatu orang yang berhenti di depannya dengan tangannya seolah ingin mengenalnya.

Bukannya memberi uang, orang tersebut tiba-tiba mengambil spidol di samping pengemis dan menuliskan sebuah kalimat di balik karton kardus yang sebelumnya ditulis “I’m blind. Please help me”. Orang itu pun berlalu pergi dengan tanpa memberikan uang sepeserpun. Nampak raut muka si pengemis murung karena harapannya kembali pupus. Ia tadinya sangat berharap, orang yang berdiri di depannya mau memberinya uang untuk membantunya. Namun ternyata ia hanya menuliskan sesuatu menggantikan kalimat “I’m blind. Please help me” yang ia tak tahu kalimat apa itu.   Tak lama setelah seseorang misterius tersebut berlalu, tiba-tiba berbunyi uang koin masuk ke kotaknya. Ia pun merasa senang. Belum hilang rasa itu, kembali suara koin lebih banyak masuk ke kotak yang ia bawa. Ia pun terkaget-kaget karena tiba-tiba banyak orang yang memberinya uang. Hampir setiap orang yang lewat memberinya uang setelah membaca tulisan baru di karton kardus itu.

tiba-tiba, sebuah langkah berhenti di depannya. Si pengemis pun tertegun dan merasakan bahwa ia mengenal langkah itu. Pelan-pelan si pengemis itu memegang sepatu orang itu dan tahu bahwa ia lah yang menulis kalimat itu. Si pengemis itu pun penasaran dan bertanya kepada sosok misterius itu, apa kalimat yang ia tulis “Aku hanya menuliskan hal sama dengan apa yang kau inginkan. “Today is a beautiful day and I cannot see it”. (Hari ini sangat indah, namun aku tak bisa melihatnya),” jawab sosok misterius itu.    Dari kisah ini, kita bisa ambil hikmah bahwa kata-kata memiliki kekuatan luar biasa untuk membangun dan juga menghancurkan. Kata-kata dan ucapan kita bisa menjadi obat yang menyembuhkan luka atau bisa menjadi pisau yang memperdalam luka. Sebuah komentar negatif dapat dengan mudah merusak reputasi seseorang atau komunitas yang dimilikinya. Sebaliknya, kata-kata pujian dan dukungan dapat menginspirasi dan memberdayakan.

Dalam konteks hubungan interpersonal, kata-kata dan ucapan yang baik dan positif dapat memperkuat ikatan dan membangun kepercayaan. Sebaliknya, kata-kata dan ucapan yang kasar dan negatif dapat merusak hubungan dan menimbulkan konflik.   Sehingga sudah seharusnya kita selalu berusaha untuk hati-hati memilih diksi dan menggunakan kata-kata yang positif, mendukung, dan bersifat membangun. Terlebih di era digital saat ini, di mana setiap orang bisa mengatakan apa yang diinginkan dan meluapkannya melalui media sosial. Jika tidak bisa menahan diri maka setiap kata yang ditulis dapat dengan cepat menyebar luas melalui media sosial.   Sebuah hadits mengingatkan, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988).   Dalam al-Qur’an pun diingatkan pada Surat Fatir ayat 10 yang artinya: “Siapa yang menghendaki kemuliaan (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik dan amal saleh akan diangkat-Nya. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan akan mendapat azab yang sangat keras dan rencana jahat mereka akan hancur.”   Dari kisah dan panduan Al-Qur’an dan hadits ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kata-kata walaupun itu sederhana namun positif akan mampu merubah dunia. Maka di era digital saat ini, penting bagi siapapun yang memiliki kemampuan menarasikan hal positif untuk tak lelah memproduksi narasi-narasi inspiratif untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik penuh dengan cinta dan harmoni. ” Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” pramoedyaAnanta Toer.  

editor Alima sri sutami mukti

Kisah Seorang Syekh yang Mati Menyembah Setan

Kisah Syekh Barseso bukanlah hal yang baru di kalangan santri, bahkan kisah tersebut cukuplah masyhur dikarenakan para kiai serta guru di pondok pesantren senantiasa menceritakan kisah hikmah tersebut untuk menjadi pelajaran bagi para santri. Kisah tersebut menyimpan sarat hikmah yang begitu dalam, menceritakan seorang ahli ibadah yang mengakhiri hidupnya dengan kondisi murtad su’ul khotimah. Adapun kisah tersebut pertama kali diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan diceritakan kembali oleh Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) dalam kitab Tanbihul Ghafilin. Selain itu, kisah ini juga dinukil dari perkataan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata: “Hati-hatilah kamu dari khamar, sebab ia induk dari dosa-dosa yang keji.”

Dikisahkan hiduplah seorang ahli ibadah bernama Syekh Barseso pada suatu masa. Beliau memiliki suatu keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Ia adalah sosok alim ulama yang tekun beribadah di suatu tempat selama 70 tahun lamanya. Setiap usai menjalani ibadah Syekh Barseso tidak keluar dari tempat peribadatannya selama 10 hari. Melihat sangat khusyuknya ibadah yang dijalankan oleh Syekh Barseso,  para setan pun berlomba-lomba mencoba untuk merayu nya agar melakukan maksiat kepada Allah. 

Alhasilditunjuklah setan putih yang telah menyanggupi untuk menggoda Syekh Barseso tersebut, tak lama berselang setan putih tersebut menjelma dengan pakaian serba putih layaknya seorang ahli ibadah seperti Syekh Barseso. Setan itu pun mendatangi kediaman tempat ibadah Syekh Barseso selesai ia menjalankan kegiatan ibadah seperti biasanya. Setan pun mencoba memanggil Syekh Barseso, tetapi tidak dihiraukan sedikit pun olehnya. Sebaliknya Syekh Barseso langsung melanjutkan ibadahnya seperti biasa.

Tak kehabisan akal, setan putih pun mengikuti ibadah tepat di kediaman Syekh Barseso beribadah. Ia mengikuti ibadah layaknya Syekh Barseso, dari pagi sampai malam. Melihat terdapat seseorang yang kuat beribadah seperti dirinya, mendorong Syekh Barseso untuk menanyakan identitas orang tersebut.

“Wahai Fulan, apakah engkau kemarin memanggilku? Lalu apakah ada sebuah kebutuhan yang menyangkut dengan diriku?” Tanya Syekh Barseso terhadap setan tersebut yang menjelma sebagai ahli ibadah. 

“Aku hanya meminta engkau bersedia  mendoakanku. Karena aku melihat engkau adalah ahli ibadah yang sangat khusyuk.” Pinta setan tersebut. 

“Jikalau engkau seorang muslim, maka sesungguhnya engkau sudah aku doakan bersama seluruh umat muslim di dunia ini.” Jawab Syekh Barseso.

“Kalau begitu, aku memohon padamu agar bersedia mengangkatku sebagai muridmu. Karena dengan aku menjadi muridmu, aku bisa menghabiskan banyak waktu bersamamu saat beribadah.” Pinta setan sekali lagi.

Syekh Barseso pun menyetujui permintaan setan itu tanpa sedikit pun curiga. Selang beberapa waktu kemudian, Syekh Barseso melanjutkan ibadahnya dan setan pun turut serta melakukan ibadah layaknya Syekh Barseso.

Setelah keduanya menjalankan ibadah mereka keluar sejenak dari tempat peribadatan dan melakukan perbincangan ringan. Saat perbincangan tersebut, setan kembali melancarkan aksinya yakni menggoda Syekh Barseso. 

“Wahai Syekh Barseso tidakkah dirimu merasa bosan, di setiap harinya melakukan ibadah? Dan apakah tidak ada keinginan untuk bersantai sejenak? Mari kita bersantai sejenak dan mencari seorang perempuan untuk ditiduri.”

Syekh Barseso dengan cepat menolaknya, “Tidak. Itu termasuk dosa yang besar.”

Kemudian setan mengajak Syekh Barseso untuk merampok dan membunuh penjaga warung. Tetapi, Syekh Barseso tetap tidak terbujuk dan mengatakan bahwa hal tersebut adalah dosa besar.

Tak, kehabisan akal setan pun merayu Syekh Barseso agar mau meminum khamr di sebuah warung yang berada di tengah hutan yang dianggapnya tidak banyak orang yang datang.

“Tenang Syekh, di sana pasti jarang sekali dikunjungi oleh banyak orang, sehingga apa yang kita lakukan tidak ada yang mengetahuinya.” Bisik setan merayu Syekh Barseso. 

Syekh Barseso pun akhirnya tertarik atas penjelasan setan tersebut, dan keduanya berjalan menuju warung yang berada di tengah hutan serta meminum khamr yang menyebabkan Syekh Barseso mabuk berat.

Di tengah mabuk beratnya, setan menyuruh Syekh Barseso untuk menatap kemolekan perempuan penjaga warung tersebut. Karena berada di bawah pengaruh khamr, hasrat birahinya Syaikh Barseso pun bangkit hingga akhirnya memperkosa perempuan tersebut.

Namun nasib sial menimpa Syekh Barseso. Seusai memperkosa perempuan tersebut sang suami pun mengetahui apa yang dilakukan oleh Syekh Barseso terhadap istrinya. Kemudian setan menyuruh Syekh Barseso untuk membunuh suami dari perempuan tersebut. 

Berada di bawah pengaruh khamr yang sangat kuat, menjadikan Syekh Barseso kehilangan akal sehatnya, hingga akhirnya ia membunuh pasangan suami istri tersebut. Kegaduhan atas pembunuhan tersebut tidak lama kemudian didengar oleh salah seorang warga yang hendak mencari kayu bakar di tengah hutan. Hingga akhirnya warga tersebut memanggil beberapa warga yang kebetulan sedang beraktivitas di tengah hutan. Beberapa warga tersebut menyeret Syekh Barseso ke tengah-tengah pemukiman warga dengan menyalip menggunakan kayu. 

Saat berada dalam keputusasaan tersebut, setan mendatangi Syekh Barseso dan menjelaskan siapa dirinya. Dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan tersebut, setan menawarkan pertolongan kepada Syekh Barseso dengan menyertakan sebuah syarat. Syarat tersebut adalah, Syekh Barseso harus menyembah dirinya.

“Bagaimana caranya aku dapat menyembah dirimu, bila kondisimu saat ini tangan dan kakiku terikat.” ungkap Syekh Barseso.  

“Cukuplah kedipkan kedua matamu dan anggukan kepalamu sebagai isyarah kau menyembahku.” kata setan 

Sesaat usai mengedipkan mata dan menganggukan kepalanya, Allah pun mencabut nyawa Syekh Barseso. 

Hingga akhirnya seorang alim ulama ahli ibadah yang sangat masyhur dan memiliki banyak murid tersebut harus meninggalkan dunia ini dalam kondisi su’ul khotimah. Na’udzu  billahi min dzalik.

Itulah cerita Syekh Barseso yang meninggal dunia dalam keadaan menyembah kepada setan. Semoga kisah tersebut menjadi pelajaran baik terhadap kita agar senantiasa mampu menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Serta semoga kelak kita mendapatkan husnul khotimah saat ajal menjemput kita.  Aamiin.

Penulis : M Wildan Musyaffa

**Tulisan ini dikutip dari berbagai sumber.