NGOBAT (Ngobrolkeun Batur)
“Gaul Tong Kaku, Mawas Diri Kudu”
- Narasumber : Pangersa Ang Faiz Muhammadi & Ust. Ali Ghozali
- Moderator : Ust. Fadli Dzurkarnaen & Ust. Fahrurroji
- Pembacaan Al-Quran : Acep Adlan
- Pembacaan Tawasul : Ust. Toha Sirojudin
- Master Of Ceremony : Alif & Budiman Saeful
Pada hari Rabu, Tepatnya tanggal 27 Maret 2024, Bertempat di Gedung Aula Al-Faqih, Diadakannya acara Ngobat alias Ngobrolkeun Batur yang bertemakan “Gaul tong kaku, Mawas diri kudu”. Dan acara ini adalah puncak Pesta Rakyat yang diselenggarakan dengan berkolaborasi Biro Al-Musri yaitu Biro Banom (Badan Otonom) & Biro Kesenian YPP. Miftahulhuda Al-Musri’.
Narasumber yang bernama Ust. Ali Ghozali adalah salah satu muqimin YPP. Miftahulhuda AlMusri’, Dan sepak terjang beliau selama menuntut ilmu di pesantren, Berkiprah pada Biro Banom, yaitu Biro yang mengurus seperti PK IPNU AL-MUSRI’ (Pimpinan Komisariat)dan masih banyak lagi . Beliau mendatangi pesantren ini, dengan membawa teman” yaitu teman” dari Majlis Sastra.
Adapun isi dari acara Ngobat alias Ngobrolkeun Batur ini adalah :
- Mengapa mengambil judul dengan nama Ngobat, Karena jikalau mengobrol kan diri sendiri, itu termasuk kedalam Riya, Dan ngobat disini adalah ngobat yang definisi nya adalah mengobrolkan yang baik- baik.
- Mengapa tema yang diangkat adalah “Gaul tong kaku, Mawas diri kudu” ?
Karena boleh saja gaul, Sosialisasi perlu, Tetapi kata Muraqabah juga perlu, Guna para santriyin wa santriyat pada saat libur panjang tiba, masyarakat santri tidak melupakan jas almamater mereka yaitu sebagai Santri, Karena menurut saya sendiri selaku jurnalis, saya berpandangan bahwa saya Santri dan saya tidak bangga sama sekali menjadi santri, sebab tugas utama santri ialah mengaji tiada henti.
- Banyak masyrakat santri tidak terlalu paham mengenai tema ini, alangkah baiknya kita semua mengkaji kata gaul dulu, karena bagi saya sendiri Standar sosial dari kata gaul itu adalah FOMO, Begini kata salah satu Narasumber : tema ini artinya gaul harus, dan tema ini sangat cocok untuk semua masyarakat santriyin wa santriyat. Kenapa? Karena kita yg notabane nya berhidup agamis jikalau nanti kita terjun ke masyarakat. Dan manusia sendiri tidak lupa dengan insting nya masing- masing, yaitu berinteraksi.
- Esensi dari maskulin kepada Feminim adalah menggauli, yaitu menggauli pasangan nya sendiri. Gaul harus tetapi jangan terbawa arus, dan yang harus kita jaga adalah citra baik atau karisma Santri itu sendiri.
- Gaul itu harus menerangi, bukan membakari. Begitu kata Narasumber Pangersa Ang Faiz Muhammadi
- Salah satu santri mempertanyakan kepada narasumber dengan pertanyaan seperti ini :
Sebagai santri terpaut dengan pakaian islamic lebih tepatnya peci nan sarungan, tetapi kebanyakan santri sekarang malu dengan memakai atribut santri yaitu peci nan sarungan?
Hampir semua orang mempunyai identitas nya masing- masing, dan kebiasan nya orang pondok itu identitasnya memakai peci nan sarungan tersendiri, dan pakaian islamic itu ternyata menjadi bagian pakaian dari budaya indonesia sendiri. Dan Orang islam terdahulu jikalau beribadat, yaitu tidak lepas dengan kain, lebih tepatnya peci nan sarungan, singkat nya apik dalam beribadat, dalam taqorrub illallah. Dari situ muasal identitas agamis, bukan mengharuskan, tetapi mengebiasakan diri dalam berpakaian santri.
- Tahun 2012 P. Ang Faiz Muhammadi berkutat atau berkecimpung di dunia luar dengan masuk Organisasi BISMANIA (orang” yang suka dengan bus), Dan Notabene beliau sendiri adalah putra kyai pesantren almusri’ ini, dan beliau di paksa oleh lingkungan luar dengan membuka identitas beliau tesendiri, yaitu memakai celana seperti orang – orang luar biasanya. Dan beliau sendiri mengerti dengan notabene nya yaitu jikalau ke luar rumah maka harus memakai peci nan sarungan. Dan alhamdulillah beliau sudah percaya diri dengan pakaian santri, tetapi tidak dengan menglihatkan ciri putra kyai, sing penting pakaian seperti luar tetapi masa depan tidak jauh seperti bapak nya itu sendiri yaitu P. KH. Saeful Uyun LC.
Filosofi dari spion sendiri adalah jika berkendara maka kita harus mawas diri dalam berkendara dan harus tetap fokus dengan apa yang sedang di jalani.
- Berbicara kata mantan, mantan adalah orang yang pas atau baik pada episode nya sendiri, dan mantan ikut membentuk karakter kita dalam hidup dengan terus menjadi baik, dan jangan lelah menjadi orang yang baik.
- Ada pertanyaan yang diusung oleh moderator tentang ( kesantrian ) dan di jawab oleh gus ali dengan jawaban mengutip ucapan imam gojali yaitu harus bisa membagi waktu, mengatur waktu , kembali lagi kepada prioritas kita siapa dan kita mau apa?, harus bisa membedakan dimana tempat kita berada, dan ada pertanyaan apakah hubungan diri dengan waktu, ada satu yang diciptakan tuhan yaitu wktu , karena yang paling dekat dengan kita adalah waktu, coba anda bertafakr apak yang lebih dekat dengan kita. Waktu adalah harta yang paling mulya.
- Tambahan dari p. Ang faiz , ketika kita berinteraksi dengan kesantrian kita jangan sombong jangan berpikiran bahwa yang digauli oleh kita tidak mulya, kenapa a faiz berbicara kayak gitu?, karena memang belajar dari pengalaman , karena memang melihat dari keterangan orang yang masuk syurga adalah bukan orang yang jago jurumiyah, alfiyah dan sebagainya, tapi untuk mencapai ridho alloh itu kan harus taqwa ( ngalakukeun anu di parentah ku alloh jeung naon anu dilarang ku alloh ) intinya jangan sombong dengan apa yang kita ketahui , dan jangan bangga menjadi santri ( tong abong urang santri urang bakal gampang asup syurga ) harus tau batasn apa saja yang harus kita lewati , di perkuat oleh dauhan imam gozali oleh gus ali , ketika kita menemui teman yang begitu buruk , bahwa kata imam gozali jangan men jazz secara langsung tapi harus di telusuri dulu latar belakangnya, bi di simpilkan merubah diri sendiri merubah dunia, karena memang kenapa indonesia menjadi negara yang peradaban yang tinggi? , karena memang lebih mementingkan adabiyah.
- Dan ada pertanyaan dari audiens yang berbunyi ‘ santri itu dibatasi oleh pengetahuannya’ dengan coretan hadist man tasabbaha , dan di jwab oleh a faiz karena memang tasabbaha itu saling menyerupai . di tambahakan oleh gus ali ternyata bukan pengetahuan kita saja yang membatasi ,
- Satu lagi pertanyaan dari audiens “ manusia kenapa bisa beralih fungsi dari dunia nyata ke media sosial?, bagaimana kita membatasi bermedia sosial , lebih ke bagaimana kita menggunakan nya karena media sosial sudah menjadi dunia lain di zaman sekarang
- Clossing penampilan ini ditutup oleh puisi oleh gus ali, perlu kalian catat dalam otak yang paling dalam, “ cukup satu dalam bergaul apa itu belajarlah menerim apa yang diberikan oleh orang lain. Seperti air meskipun basah tapi terkenang kepada kita.
Terimakasih tak terhingga pada narasumber serta para rekan – rekan panitia banom nan kesenian, Tak terhingga terimakasih.
Akhir kata, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.