Persiapan Menyambut Ramadhan

Bulan Ramadan menjadi bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Muslim. Ramadan bukan sekadar sebulan yang penuh dengan tantangan berpuasa, melainkan sebuah perjalanan ruhani yang memerlukan kesiapan sepenuh hati. 

Pada bulan penuh berkah ini juga mengajarkan umat Muslim untuk melatih kesabaran dan menahan berbagai godaan. Hal ini dilakukan untuk menjadi hamba yang takwa di hadapan Allah SWT. Tak heran, jika banyak orang yang mempersiapkan banyak hal untuk menyambut bulan Ramadan.

Menjelang datangnya bulan penuh berkah ini, mari merenung tentang bagaimana kita dapat mempersiapkan diri secara holistik, mulai dari niat yang tulus, kepersiapannya dalam aspek spiritual, hingga kesiapan fisik dan sosial. Berikut ini beberapa persiapan menyambut Ramadan yang dapat kamu siapkan!

Persiapan Dalam Menyambut Bulan Ramadan

Sebagai umat muslim, dalam menyambut bulan Ramadan pastinya banyak beberapa hal yang dipersiapkan. Berikut adalah hal-hal yang biasa dan bisa disiapkan dalam menyambut bulan Suci Ramadan.

1. Perkuat Iman

Persiapan Ramadan yang paling dasar adalah mempersiapkan iman. Persiapan secara keimanan bisa Toppers lakukan dengan mulai melatih pengendalian dari kebiasaan-kebiasaan buruk sehari-hari. 

Hal ini bisa dilakukan dengan cara sesederhana memastikan Shalat Lima Waktu yang tidak pernah bolong, atau menghentikan kebiasaan merokok.

2. Persiapan Fisik untuk Puasa

Bulan Ramadan adalah bulan di mana Toppers sangat dianjurkan untuk berbuat kebaikan dan mengumpulkan pahala. Ditambah dengan ibadah Puasa, sudah pasti Toppers memerlukan kondisi fisik dan jasmani yang prima. Jika sampai kamu jatuh sakit, tentu ibadah nggak akan jadi maksimal. 

Jaga kondisi fisik dan jasmani mulai dari sekarang dengan mengurangi kebiasaan tidak sehat seperti bergadang dan mengonsumsi makanan tidak sehat. Mulailah lebih rutin berolahraga dan bila perlu konsumsi vitamin atau suplemen kesehatan. Dengan mengonsumsi multivitamin, tubuh Toppers jadi tahan banting memasuki bulan Ramadan dan tidak gampang sakit. Sehingga tak ada halangan untuk berpuasa hingga akhir.

3. Perdalam Ilmu dan Pengetahuan Agama

Persiapan Bulan Ramadan selanjutnya adalah memperdalam ilmu dan pengetahuan Toppers mengenai agama. Pelajarilah mengenai hal-hal apa saja yang seharusnya dak tidak seharusnya dilakukan oleh umat Muslim di Bulan Ramadan. Pelajari juga mengenai tata cara ibadah yang baik dan benar.

Sebelum memasuki Bulan Ramadan, nggak ada salahnya Toppers perbanyak bacaan-bacaan mengenai agama dan lebih sering mengikuti forum-forum agama untuk memperdalam pengetahuan dan ilmu keagamaan agar bisa menunaikan ibadah di bulan Ramadan dengan lebih afdal.

4. Persiapan Amal dan Materi

Memasuki bulan Ramadan, persiapan materi adalah persiapan menyambut Ramadan selanjutnya yang jangan boleh terlewatkan. Selain karena kebutuhan menjelang bulan Ramadan yang meningkat serta harga-harga barang yang melonjak, Toppers tentu ingin meningkatkan amal dengan berzakat dan bersedekah di bulan Ramadan, bukan?

Mumpung masih memiliki waktu, mulailah kelola keuangan dengan hidup lebih hemat agar tabunganmu cukup untuk memenuhi kebutuhan dan juga amal di Bulan Ramadan.

5. Persiapan Kebutuhan Ramadan Sehari-hari

Persiapan menyambut bulan Ramadan yang terakhir adalah mempersiapkan ketersediaan kebutuhan sehari-hari. Mulai dari perlengkapan ibadah hingga keperluan dapur.

Mulai dari sembako dan bumbu masak yang memadai. Agar menjalankan ibadah bisa maksimal dengan santapan sahur dan buka puasa bergizi.

6. Membersihkan Lingkungan Sekitar

Toppers masih ingat bukan kebersihan sebagian dari iman? Yak slogan tersebut ternyata benar adanya. Dengan kamu membersihkan rumah, lingkungan sekitar, sampai jika bisa ikut serta membersihkan masjid dan musholla akan lebih baik. 

Jika kamu pergi ke desa saat bulan ramadan pasti desa-desa tersebut penuh dengan hiasan untuk menyambut bulan Ramadan bukan? Kamu juga harusnya jangan kalah ya, karena bulan puasa bulan yang penuh berkah sehingga pantas untuk dirayakan. Jika lingkungan kamu bersih pastinya kamu juga nyaman untuk beribadah, bukan?

7. Persiapan Jiwa dan Mental

Sambutlah bulan Ramadan dengan jiwa yang bersih dan rasa ketulusan hati. Alangkah lebih baik jika kamu bertaubat dengan semua kesalahan yang pernah kamu lakukan agar semua ibadah puasa lebih khusyuk dan fokus. Selain itu mental kamu juga harus dipersiapkan karena pada bulan ini kita akan beribadah puasa dan lainnya dengan optimal selama sebulan penuh. 

Jiwa dan mental kita harus dipersiapkan dengan penuh keimanan dan ketulusan hati atau ikhlas dalam beribadah. Dengan demikian, maka kesulitan dan sikap malas dalam ibadah bisa diatasi dan dihilangkan. Ibadah pun menjadi terasa mudah dan menyenangkan.

8. Berharap Dosa Diampuni

Bersyukurlah dan memuji Allah atas kedatangan bulan yang berkah ini. Jika semua sudah dilakukan, kita tinggal pasrah berharap dan berdoa kepada Allah SWT agar dosa yang sudah dilakukan dapat dimaafkan dan kita memasuki Ramadan dengan keadaan suci.

9. Siapkan Perlengkapan Ibadah

Hal yang sangat penting untuk mendukung Toppers dalam mempertebal iman di bulan Ramadan adalah dengan adanya perlengkapan ibadah yang terpenuhi. Siapkan sajadah, sarung, peci hingga mukena agar aktivitas beribadah bisa dilakukan secara maksimal.

10. Banyak Berbuat Baik

Memang tidak ada manusia yang sempurna, tapi di bulan yang penuh berkah ini kamu bisa memulai banyak perbuatan baik terhadap sesama dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk. Agar di bulan Ramadan kali ini dan seterusnya, Toppers bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

11. Melunasi Utang Puasa Tahun Lalu

Sebelum menyambut bulan Ramadan, jangan lupa untuk melunasi hutang puasa di tahun lalu. Karena, ada beberapa kondisi yang memperbolehkan umat Muslim untuk tidak menjalani ibadah puasa. Seperti saat sedang sakit, hamil, dan datang bulan.

Jadi, jika Toppers masih punya hutang puasa karena beberapa kondisi tersebut jangan lupa untuk melunasinya terlebih dulu sebelum memasuki bulan Ramadan ini, ya!

Itulah berbagai persiapan bulan Ramadan yang harus masuk dalam daftar checklist para Toppers yang akan menunaikan ibadah puasa di bulan yang suci ini agar dapat menjalaninya dengan lebih maksimal!

Ramadhan tahun ini, 1444 Hijriyah hanya tinggal menghitung hari. Tidak lama lagi akan tiba. Bulan Sya’ban sudah harus segera berakhir. Itu artinya, kalau Allah swt dengan qudrah-Nya masih memberikan usia panjang, maka kita, umat Islam kembali akan mendapati bulan yang sangat istimewa tersebut.


Pertanyaan sederhananya adalah “sudahkah kita, sebagai Muslim mempersiapkan diri menyambut datangnya bulan Ramadhan ini?”. Masyarakat Indonesia khususnya, biasanya cukup sibuk mempersiapkan segala sesuatunya tatkala harus kedatangan atau menyambut tamu agung nan terhormat. Tuan rumah juga dapat mengukur kepantasannya untuk penghormatan yang telah dilakukan.


Demikian pula dengan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan dan sarat keistimewaan, serta sangat dimuliakan Allah swt. Karenanya, umat Islam seyogyanya harus lebih mempersiapkan diri dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan yang hanya bisa didapati dalam setahun sekali.


Ada beberapa hal yang dapat dilakukan umat Islam (Muslim) sebelum Ramadhan tiba. Pertama, mengucapkan selamat atau tahni’ah atas datangnya bulan Ramadhan. Tahni’ah sebagai tanda atas kegembiraan menyambut bulan Ramadhan lantaran rahmat Allah akan dibuka lebar untuk umat Islam. Rasa gembira ini perlu ditularkan kepada sesama Muslim dengan cara mengingatkan bahwa di bulan Ramadhan terdapat banyak momentum berharga yang tak boleh disita-siakan begitu saja. Di antaranya Allah swt membuka pintu-pintu ampunan bagi hamba-hamba-Nya, bahkan pahala amal umat Islam akan dilipatgandakan.


Dalam sebuah Hadits, Rasulullah ber-tahni’ah menyambut bulan Ramadhan dengan sabdanya: 
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun.” (Hadits Shahih, Riwayat al-Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631. dengan redaksi hadits dari al-Nasa’i).

Allah swt mensyariatkan hamba-hamba-Nya yang Muslim di bulan Ramadhan untuk berpuasa. Puasa adalah di antara ibadah yang sangat disukai Allah dan istimewa. Puasa tidak seperti dengan amal-amal yang lain, karena puasa adalah milik Allah, bukan milik siapa yang mengerjakan. Karena itu, Allah yang akan membalasnya langsung kepada hamba-Nya yang berpuasa.


Demikian ini dapat dimaknai bahwa umat Islam dalam berpuasa harus betul-betul karena Allah, bukan karena yang lainnya. Pada waktu yang sama, Muslim harus menjaga diri dari perbuatan-perbuatan tercela, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Disebutkan dalam hadits Qudsi:

 كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ 

“Allah Azza wa Jalla berfirman: “Setiap amal seorang manusia adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasan kepadanya. Puasa itu adalah perisai, karena itu apabila salah seorang di antaramu berpuasa, janganlah mengucapkan perkataan yang buruk dan keji, jangan membangkitkan syahwat dan jangan pula mendatangkan kekacauan. Apabila ia dimaki atau ditantang seseorang, maka katakanlah: Aku sedang berpuasa,..”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 1771).


Kedua, umat Islam mempersiapkan menyambut bulan Ramadhan dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban. Salah satu riwayat yang masyhur diceritakan Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha, bahwa Nabi Muhammad saw mengisi bulan Sya’ban dengan memperbanyak berpuasa:


مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ


“Tidaklah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan dan aku tidak melihat beliau berpuasa sebanyak pada bulan Sya’ban” (H.R. al-Bukhari dan Muslim). 


Ketiga, hal yang dapat dipersiapkan menyambut Ramadhan yaitu intens memberikan pemahaman tentang tuntunan syariat menjalankan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan kepada sesama Muslim. Hal ini bisa ditempuh dengan cara memperbanyak tausiyah atau ceramah. Bisa dilakukan dengan memanfaatkan majelis-majelis taklim, forum musyawarah, dan forum-forum yang lainnya. Tentu saja, di lingkungan keluarga tidak boleh terlewatkan.


Tausiyah singkat dalam rangka menyambut bulan Ramadhan ini pernah dilakukan Nabi di depan para sahabatnya. Berikut ceramah lengkap Nabi:


 أَيُّهَا الَّناسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ، شَهْرٌ مُباَرَكٌ، شَهْرٌ فِـيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ جَعَلَ اللهُ صِياَمَهُ فَرِيْضَةً وَ قِياَمَ لَيْلَهُ تَطَـوُّعاً مَنْ تَقَرَّبَ فِـيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ اْلخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِـيْماَ سِوَاهُ وَمَنْ أَدَّى فِـيْهِ فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِـيْمَا سِواَهُ وَهُوَ شَهْرُ الصَّـبْرِ وَالصَّـبْرُ ثَـوَابُهُ الْجَنَّةُ وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ وَ شَهْرٌ يَزْدَادُ فِـيْهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ، مَنْ فَطَّرَ فِـيْهِ صَائِماً كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوْبِهِ وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ وَ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ قَالُوْا لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَّائِمَ، فَقَالَ : يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَن فَطَّرَ صَائِماً عَلىَ تَمْرَةٍ أَوْ شُرْبَةِ مَاءٍ أَوْ مذَقَّةِ لَبَنٍ وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتــْقٌ مِنَ النَّارِ، مَنْ خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوْكِهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ وَأَعْتَقَهُ مِنَ النَّارِ وَاسْتَكْثَرُوْا فِـيْهِ مِن أَرْبَـعِ خِصَالٍ : خَصْلَتَيْنِ تُرْضُوْنَ بِهِمَا ربَّكُمْ وَخَصْلَتَيْنِ لاَ غِنىَ بِكُمْ عَنْهُمَا فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتاَنِ تُرْضُوْنَ بِهِمَا ربَّكُمْ فَشَهَادَةُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ تَسْتَغْفِرُوْنَهُ وَأَمَّا اللَّتاَنِ لاَ غِنىَ بِكُمْ عَنْهُمَا فَـتَسْأَلُوْنَ اللهَ الْجَنَّةَ وَ تَـعُوْذُوْنَ بِهِ مِنَ النَّارِ وَ مَنْ أَشْبَعَ فِـيْهِ صَائِماً سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِيْ شُرْبَةً لاَ يَظْمَأُ حَتَى يَدْخُلَ اْلجَنَّةَ 


“Wahai manusia, sesungguhnya telah menaungi kamu bulan yang agung dan penuh berkah. Bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada bulan itu, Allah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan qiyam atau shalat di malam harinya sebagai ibadah sunnah. Siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebajikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan kewajiban di bulan lain. Siapa yang mengerjakan suatu kewajiban dalam bulan Ramadhan tersebut, maka sama dengan menjalankan tujuh puluh kewajiban di bulan lain. Ramadhan itu adalah bulan kesabaran; sedangkan ketabahan dan kesabaran, balasannya adalah surga. Ramadhan adalah bulan pertolongan, pada bulan itu rezeki orang-orang Mukmin ditambah. Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa di bulan itu, maka ia akan diampuni dosanya, dibebaskan dari api neraka. Orang itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tersebut. Sedangkan pahala puasa bagi orang yang melakukannya, tidak berkurang sedikitpun. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami tidak semua memiliki makanan untuk berbuka bagi orang lain”. Bersabda Rasulullah : “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberikan sebutir kurma, atau seteguk air, atau seteguk susu”. Dialah Ramadhan, bulan yang permulaannya dipenuhi dengan rahmat, periode pertengahannya dipenuhi dengan ampunan dan maghfirah, pada periode terakhirnya merupakan pembebasan manusia dari azab neraka. Barang siapa yang meringankan beban pekerjaan pembantu-pembantu rumah tangganya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan membebaskannya dari api neraka. Oleh karena itu dalam bulan Ramadhan ini, hendaklah kamu sekalian dapat meraih empat bagian. Dua bagian pertama untuk memperoleh ridha Tuhanmu dan dua bagian lain adalah sesuatu yang kamu dambakan. Dua bagian yang pertama ialah bersaksi dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan hendaklah memohon ampunan kepada-Nya. Dua bagian yang kedua yaitu kamu memohon (dimasukkan ke dalam) surga dan berlindung dari api neraka. Siapa yang memberi minuman kepada orang yang berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari telagaku, suatu minuman yang seseorang tidak akan merasa haus dan dahaga lagi sesudahnya, sehingga ia masuk ke dalam surga”. (Hadits Dhaif, Riwayat Ibnu Khuzaimah: 1780, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman: 3455. redaksi hadits di atas riwayat Ibn Khuzaimah). 

​​Sebagian ahli menyebut Hadits di atas dhaif (lemah). Kendati demikian masih ditoleransi atau masih bisa dipakai karena berkaitan dengan fadhailul a’mal (keutamaan amal). Apalagi sebagian keterangan dalam Hadits ada persamaan dengan yang disebutkan pada Hadits yang lebih sahih.


Imam Ahmad bin Hambal menyampaikan pernyataan mengenai hadits dhaif:


 الْحَدِيْث الضَعِيْفُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ الرَأْيِ 


“Hadits yang dhaif lebih aku cintai dari al-Ra’yu (pendapat akal seseorang)”. Dalam kalimat yang lain, beliau berpendapat:


 الْعَمَلُ بِالْحَدِيْثِ الضَّعِيْفِ أَوْلَى مِنَ الْقِيَاسِ


“Beramal dengan hadits yang dhaif lebih utama dari menggunakan qiyas (analogi)”.

Pewarta: Alima Sri Sutami Mukti

Begini Hukum Ziarah Kubur Menjelang Ramadhan: Menurut NU

 Sebelum puasa di bulan Ramadhan, beberapa masyarakat tampak berziarah ke makam keluarga maupun sanak saudara. Tradisi ini bisa dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Namun, inti tradisinya serupa yakni berziarah ke makam keluarga maupun sanak saudara untuk mendoakan mendiang.

Ziarah ke makam merupakan salah satu tradisi menjelang Ramadhan yang masih dilestarikan hingga saat ini. Ziarah ke makam biasanya dilakukan pada akhir bulan Sya’ban dalam kalender Islam, atau sehari sebelum Ramadhan.

Adapula masyarakat yang melakukan ziarah kubur dua minggu atau seminggu sebelum Ramadhan. Tradisi ini begitu melekat dengan masyarakat Indonesia. Demikian ada yang menyebutnya nyekar, arwahan, kosar, munggahan, dan lain sebagainya. Sebagai sebuah tradisi, ziarah kubur menjelang Ramadhan menjadi semacam sesuatu yang sangat perlu dilakukan. Sebab, bila tidak, serasa ada yang hilang di benak mereka dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Dilansir NU Online, bahwa berziarah ke makam orang tua atau orang-orang saleh, para ulama, dan wali-wali Allah swt, boleh dengan niat agar dapat mengingatkan kita kepada akhirat. Hal demikian sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Hajar al-Haytami dalam kitab ‘al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra’. Sementara itu, Syekh Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa hikmah disunnahkan ziarah kubur ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jum’at adalah Allah mengampuni dosa-dosanya dan dia dicatat sebagai anak yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Hal ini sebagaimana termaktub dalam kitab Nihayatuz Zain.

Hal tersebut menjadi kesempatan bagi siapa saja yang merasa kurang dalam pengabdian kepada orang tua semasa hidupnya untuk senantiasa berbakti dan mengabdi kepada mereka. Demikian pula yang disabdakan Rasulullah saw, “Siapa berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jum’at maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan dia dicatat sebagai anak yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya.” Bahkan, ada pula yang menyebut bahwa ziarah kepada orang tua dapat pahala haji yang disediakan oleh Allah swt. Hal ini terdapat dalam kitab Al-maudhu’at berdasar pada hadits Ibn Umar ra. Rasulullah saw bersabda “Barang siapa berziarah ke makam bapak atau ibunya, paman atau bibinya, atau berziarah ke salah satu makam keluarganya, maka pahalanya adalah sebesar haji mabrur. Dan barang siapa yang istiqamah berziarah kubur sampai datang ajalnya maka para malaikat akan selalu menziarahi kuburannya.”

Memang, pada asalnya, ziarah kubur di bulan suci Ramadhan ataupun di Hari Raya, sebenarnya tidak ada perintah dan tidak ada larangan. Namun, karena tidak adanya larangan, orang yang suka ziarah mengambil inisiatif alangkah indahnya jika dapat kirim doa pada hari-hari yang penuh rahmat dan ampunan (hari-hari bulan Ramadhan) dan hari yang bahagia (Idul Fitri).

Tradisi tersebut begitu kental dengan masyarakat Indonesia. Sehingga sebagian yang tidak melakukannya akan dirasa ada yang kurang dalam menyongsong bulan Ramadhan. Namun, kondisi tersebut begitu berbeda dengan yang ada di berbagai negara. Bagaimanakah hukumnya melakukan ziarah kubur sebelum bulan Ramadhan?

Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya Fatawa Fiqhiyah al-Kubra (2/24) menyampaikan, bahwa melakukan ziarah kubur pada waktu-waktu tertentu seperti menjelang bulan Ramadhan hukumnya adalah sunnah. 

وسئل رضي الله عنه عن زيارة قبور الأولياء فى زمن معين مع الرحلة اليها هل يجوز مع أنه يجتمع عند تلك القبور مفاسد كاختلاط النساء بالرجال وإسراج السرج الكثيرة وغير ذلك فأجاب بقوله زيارة قبور الأولياء قربة مستحبة وكذا الرحلة اليها.

“Beliau (Ibnu Hajar) ditanya tentang berziarah ke makam para wali pada waktu tertentu dengan melakukan perjalanan khusus ke makam mereka. Beliau menjawab, berziarah ke makam para wali adalah ibadah yang disunnahkan. Demikian pula perjalanan ke makam mereka.”

Mengenai hikmah ziarah kubur, Syekh Nawawi al-Bantani telah menuliskannya dalam Nihayatuz Zain. Dalam keterangannya menziarahi makam kedua orang tua atau salah satunya setiap hari Jum’at, maka Allah SWT mengampuni dosa-dosanya. Dan dia dicatat sebagai anak yang taat dan berbakti kepada orang tuanya.

Bahkan, Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain di keterangan selanjutnya. Menerangkan barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya setiap hari Jum’at, pahalanya seperti ibadah haji.

Keterangan yang dikatakan Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayutuz Zain. Juga terdapat dalam beberapa kitab lain, bahkan lengkap dengan urutan perawinya. Seperti yang terdapat dalam al-Mu’jam al-Kabir lit Tabhrani juz 19.

   حدثنا محمد بن أحمد أبو النعمان بن شبل البصري, حدثنا أبى, حدثنا عم أبى محمد بن النعمان عن يحي بن العلاء البجلي عن عبد الكريم أبى أمية عن مجاهد عن أبى هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم “من زار قبر أبويه أو احدهما فى كل جمعة غفر له وكتب برا

“Rasulullah saw bersabda “barang siapa berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari jum’at maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan dia dicatat sebagai anak yang ta’at dan berbakti kepada kedua orang tuanya.”

Adapun mengenai pahala haji yang disediakan oleh Allah swt kepada mereka yang menziarahi kubur orang tuanya terdapat dalam kitab Al-Maudhu’at berdasar pada hadits Ibn Umar ra.

أنبأنا إسماعيل بن أحمد أنبأنا حمزة أنبأنا أبو أحمد بن عدى حدثنا أحمد بن حفص السعدى حدثنا إبراهيم بن موسى حدثنا خاقان السعدى حدثنا أبو مقاتل السمرقندى عن عبيد الله عن نافع عن ابن عمر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” من زار قبر أبيه أو أمه أو عمته أو خالته أو أحد من قراباته كانت له حجة مبرورة, ومن كان زائرا لهم حتى يموت زارت الملائكة قبره

“Rasulullah saw bersabda “Barang siapa berziarah ke makam bapak atau ibunya, paman atau bibinya, atau berziarah ke salah satu makam keluarganya, maka pahalanya adalah sebesar haji mabrur. Dan barang siapa yang istiqamah berziarah kubur sampai datang ajalnya maka para malaikat akan selalu menziarahi kuburannya” Akan tetapi tidak demikian hukum ziarah kubur bagi seorang muslimah.”

Mengingat lemahnya perasaan kaum hawa, maka menziarahi kubur keluarga hukumnya adalah makruh. Karena kelemahan itu akan mempermudah perempuan resah, gelisah, susah hingga menangis di kuburan.

Hal itulah yang dikhawatirkan dan dilarang dalam Islam. Seperti yang termaktub dalam kitab I’anatut Thalibin. Sedangkan ziarah seorang muslimah ke makam Rasulullah, para wali dan orang-orang shaleh adalah sunnah.

 (قوله فتكره) أي الزيارة لأنها مظنة لطلب بكائهن ورفع أصواتهن لما فيهن من رقة القلب وكثرة الجزع

“Dimakruhkan bagi wanita berziarah kubur karena hal tersebut cenderung membantu pada kondisi yang melemahkan hati dan jiwa. Dari keterangan panjang ini, maka tradisi berziarah kubur tetaplah perlu dilestarikan karena tidak bertentangan dengan syariat Islam.”

Bahkan malah dapat mengingatkan akan kehidupan di akhirat nanti. Apalagi jika dilakukan di akhir bulan Sya’ban. Hal ini merupakan modal yang sangat bagus untuk mempersiapkan diri menyongsong bulan Ramadhan.

Pewarta: Audyra

MUDASMAT DAN ULANGAN

Musabaqoh | Cerdas Cermat | Ulangan

Musabaqoh cerdas cermat (mudasmat) adalah salah satu program yang diadakan setiap akhir semester setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Diawali dengan Musabaqoh yang bersifat umum dan dilanjutkan dengan musabaqoh pertingkat kelas. Sebagaimana namanya musabaqoh umum terbuka untuk semua santri dari berbagai tingkatan untuk menunjukan kemampuan di bidang hafalan mencakup bait alfiyah, bait jurumiyah, bait nadzom maksud, bait lamiyatul af’al dan bait jauhar maknun.

Biasanya acara tersebut diselenggarakan selama dua hari dengan batas maksimal 10 orang perserta di setiap bidang nya, tentunya menjadi ajang bergengsi karena dihadiri oleh semua santri untuk semakin memicu motivasi. Setelah musabaqoh umum selesai, dilanjutkan dengan kegiatan musabaqoh pertingkat kelas yang artinya semua santri wajib mengikuti tersebut sesuai hafalan yang sudah ditentukan disetiap tingkat kelas, seperti I’dadiyah menghafal Juz ama, tingkat Ibtidaiyah mengahafal bait Jurumiyah dan Nadzom maksud, tingkat Tsanawiyah manghafal bait Alfiyah, tingkat Aliyah menghafal bait Sulamunawaroq dan Jauhar maknun, tingkat Ma’had aly menghafal bait Rohbiyah dan Baiquniyyah.

Kegiatan ini salah satunya bertujuan untuk mengasah hafalan hafalan dan membuktikan hasil hafalan selama kegiatan belajar sebelumnya, dengan kegiatan ini tentunya para santri akan antusias dan bersemangat dalam menghafal. Berbeda dengan musabaqoh umum, kegiatan ini berlangsung selama satu minggu, mengingat banyaknya santri membutuhkan waktu yang lebih lama.

CERDAS CERMAT

Selang satu hari, dilanjutkan dengan kegiatan cerdas cermat selama dua minggu. Cerdas cermat adalah kegiatan adu ketajaman berfikir dan ketangkasan menjawab pertanyaan secara cepat dan tepat. Sama halnya dengan musabaqoh kelasan kegiatan ini wajib di ikuti oleh setiap santri, diawali dari tingkat idadiyyah dan di akhiri dengan tingkat ma’had aly. Setiap grup mengikuti babak penyisihan dan berusaha masuk ke babak semi final sampai pada acara puncak yaitu babak final, yang sangat ditunggu oleh para santri karna akan mempertemukan orang-orang hebat di setiap tingkatnya.

Adapun pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai berikut:

I’DADIYYAH

Fikih, Tauhid, dan Tajwid

IBTIDAIYYAH

Jurumiyyah, kaelani,Nadzom maksud

TSANAWIYYAH

Alfiyyah Ibnu Malik dan Lamiyyatul Af’al

ALIYYAH

Sulamunawaroq dan Uqudul Juman

MA’HAD ALY

Rohbiyah, Jam’ul Jawami’ dan Uqudul Juman

Dan untuk pertanyaan umum untuk semua tingkat adalah Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Undang-undang Pesantren, materi ke-NU an dan untuk tingkat Ma’had Aly ditambah dengan pertanyaan riwayat pendiri pondok pesantren Miftahulhuda Al-Musri’.

Dengan acara ini tentu semakin mengasah ketajaman santri dalam berfikir, semakin cerdas dalam menjawab, dan semakin cermat dalam menanggapi pertanyaan dari berbagai materi.

ULANGAN

Setelah kegiatan musabaqoh dan cerdas cermat selesai kegiatan diakhiri dengan ulangan yang berlangsung selama 12 hari. Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang sangat di tunggu-tunggu oleh para santri, karena lulus atau tidak nya santri ke jenjang tingkat kelas selanjutnya di lihat dari hasil ulangan tersebut. Maka dari pada itu semua santri harus sudah siap dengan materi yang sudah di kaji selama kegiatan belajar sebelumnya.

Kegiatan ulangan ini mencakup ulangan tulis di siang hari dan ulangan pembacaan kitab di malam hari. Dan untuk kelas tiga Aliyyah dan tingkat Ma’had Aly  ulangan pembacaan-Nya langsung dihadiri oleh seluruh Dewan Ampuh dan Dewan kiai sepuh untuk menguji seberapa jauh santri tersebut memahami dan membaca kitab.

Sumber: Ust. Yasin Alawi (Rais AM PP Miftahulhuda Al Musri’)

(Ilustrasi berbuka puasa /Freepik)
Jelang Ramadhan, Ini 3 Hal yang Perlu Dipersiapkan

NU Online  Tidak terasa umat Islam sudah hampir melewati separuh bulan Sya’ban. Artinya, tidak lama lagi bulan suci Ramadhan akan tiba. Agar lebih maksimal menyambut kedatangan bulan kesembilan dalam perhitungan kalender hijriah ini, berikut adalah tiga hal yang perlu dilakukan umat Muslim menjelang Ramadhan.

Pertama, memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban. Maksud puasa sunnah di sini adalah sebelum memasuki separuh terakhir Sya’ban. Salah satu manfaat puasa tersebut adalah sebagai latihan sebelum berpuasa Ramadhan satu bulan penuh.

Dasar puasa ini salah satunya hadits berikut yang artinya:  “Rasulullah saw sering berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berbuka’; beliau juga sering tidak berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berpuasa’; aku tidak pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadlan; dan aku tidak pernah melihat beliau dalam sebulan (selain Ramadhan) berpuasa yang lebih banyak daripada puasa beliau di bulan Sya’ban’.” (Muttafaqun ‘Alaih. Adapun redaksinya adalah riwayat Muslim). 

Jika sudah masuk separuh terakhir Sya’ban, maka ulama berbeda terkait kebolehan berpuasa sunnah mutalk Sya’ban. Tapi mereka sepakat akan kebolehan puasa sunnah bagi orang yang sudah terbiasa melakukannya, seperti puasa Senin Kamis, puasa Daud, puasa dahar, dan lain-lain. Dibolehkan juga puasa bagi orang yang ingin membayar kafarat, qadla puasa, dan orang yang ingin melanjutkan puasa setelah puasa nisfu Sya’ban.

Kedua, menyambut Ramadhan dengan hati yang gembira. Salah satu anjuran bagi Muslim ketika datang bulan suci ini adalah dengan tahni’ah atau perasaan gembira karena bulan tersebut memiliki banyak keutamaan. Rasulullah sendiri menganjurkan demikian sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut yang artinya: 

“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun.” (Hadits Shahih, Riwayat al-Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631. dengan redaksi hadits dari al-Nasa’i). 

Ketiga, melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya bulan Ramadhan. Agar umat Muslim bisa semaksimal mungkin mendapat keutamaan bulan suci ini, maka baiknya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka termotivasi untuk menyambut kehadirannya. Hal ini bisa dilakukan dalam bentuk ceramah di majelis-majelis dan sebagainya. 

Rasulullah sendiri selalu menyampaikan pidato di depan para sahabat jika menjelang bulan Ramadhan agar mereka semangat menyambutnya dan tidak menyia-nyiakan momen penuh rahmat ini. 

PENTINGNYA TAKE ACTION

  • Bertindak sebagai Solusi masalah

Setiap  pekerjaan besar, entah itu menjalankan bisnis, dalam dunia akademik maupun pemerintahan, memerlukan orang yang berfikir untuk bertindak. Ada empat ciri-ciri orang yang suka bertindak:

  1. Apakah ia akan melaksanakan pekerjaan tersebut ?
  2. Apakah ia akan menuntaskan nya ?
  3. Apakah ia orang yang berinisiatif?
  4. Dapatkah ia memberikan hasil, ataukah ia hanya pandai bicara alias omdo ?

Semua ciri-ciri tersebut mempunyai satu tujuan untuk mencari tahu apakah orang tersebut adalah orang yang suka bertindak atau sebaliknya. Ide yang berlian saja tidak cukup, ide sederhana yang dilaksanakan dan di kembangkan, adalah seratus persen lebih baik dari pada ide besar yang mati karna tidak di tindak lanjuti. Tidak ada yang datang dengan hanya memikirkannya.

      Ingatlah. Semuannya yang kita miliki di dunia ini, dari satelit hingga bangunan pancakar langit hingga makanan bayi sampai tusuk gigi, hanyalah satu ide yang di laksanakan dengan penuh keyakinan dan akhirnya berbuah sukses.

      Bahkan rosullalloh Saw. ketika pertama kali menerima wahyu mendapatkan spirit dari Alloh SWT untuk segera bertindak atau mengeksekus wahyu yang di terimannya .

     “ Bagunlah lalu berilah peringatan “ (QS. Almuddatsir :2)

Dan tidak itu saja, sebagai orang yang beriman, kita diminta untuk terus beramal/bekerja, bekerja dan mendarma baktikan seluruh potensi yang kita miliki bagi kehidupan kita.

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

 “ Dan katakana lah: Bekerjalah kamu, maka Alloh dan Rasul nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaan mu  itu, dan kamu akan di kembalikan kepada (Alloh)yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukannya kepada kamu apa yang kamu kerjakan .(QS.At taubah :105)

     Dalam menafsirkan ayat ini, Bapak Quraish shihab menjelaskan dalam kitab nya Tafsir Al misbah, bahwa.

      Bekerjalah kamu, demi karna Alloh semata dengan aneka amal soleh dan bermanfaat, baik untuk diri kamu atau Masyarakat umum, maka Alloh akan melihat yakni menila dan memberi ganjaran amal kamu itu.

     Jadi, segeralah bertindak dan bekerja!untuk menjemput karunia Alloh yang luasnya melebihi seisi lautan dan daratan .

  •  JANGAN PERNAH MENUNDA PEKERJAAN

Inilah gambaran singkat dari orang yang suka menunda nunda pekerjaan, dan secara gemblang bahwa menunda nunda pekerjaan berdampak pada:

  1. Pekerjaan yang mudah akan menjadi sulit dan rumit.
  2. Pekerjaan tidak dapat dikerjakan dengan baik.
  3. Akan merugikan Perusahaan.
  4. Orang akan rentan terkena stres.
  5. Akan menciptakan suasana tidak kondusif.
  6. Akan menjadi pribadi yang egois dan individualistik.
  7. Akan menjadi orang yang rugi.
  8. Orang akan rentan mudah terserang beraneka macam penyakit, stamina semakin menurun, kekebalan tubuh nya juga menurun sehingga mudah terserang penyakit.

Cobalah kita renungkan dengan pekerjaan pekerjaan rutin yang terbiasa telah dilakukan, misal: bayar rekening Listrik, pajak kendaraan motor, jatuh tempo dan tenggang waktu telah di tentukan namun sellalu di tunda tunda. Maka bila sampai terlambat akan terkena denda, yang lebih parah lagi bila menunda nunda untuk membayar hutang, maka orang akan hilang kepercayaan, orang tidak mau mempercayainnya lagi.

  • PENYEBAB MENUNDA NUNDA PEKERJAAN DAN SOLUSINYA

   Masalah pertama, yang menyebabkan kita suka menunda nunda adalah lemahnya kita dalam memutuskan prioritas. Pekerjaan kita banyak, maka kita harus memiliki prioritas, sehingga ada pekerjaan yang jelas yang harus kita lakukan. Saat tidak ada prioritas, maka semua akan menggambang, semua akan tertunda, sebab fikiran kita bingung. Anda harus mengambil Keputusan, mana yang menjadi prioritas. Jika anda bekerja mandiri atau seorang pembisnis, yang di perlukan adalah keberanian untuk memutuskan dan menunda bahkan menghilangkan pekerjaan yang tidak di perlukan. Jika anda masih bekerja kepada orang lain, maka yang di perlukan adalah komunikasi yang baik dengan atasan agar bisa menentukan prioritas pekerjaan. Dengan komunikasi yang baik, seharusnya akan jelas mana yang menjadi prioritas, mana yang tidak.

     Masalah kedua, yang menjadikan kita biasa menunda nunda pekerjaan adalah banyak nya ganguan, banyak sekali ganguan yang bisa merusak focus kita. Sehingga saat kita akan melakukan sebuah pekerjaan, datang ganguan, kemudian kita beralih ke ganguan tersebut. Disinilah, kita harus mengkondisikan diri agar ganguan tersebut berkurang.

    Masalah ketiga.  Yang menyebabkan kita menunda nunda pekerjaan adalah kurang nya kejelasan dan kekuatan tujuan. Ini juga berkaitan dengan prioritas. Jika tidak ada tujuan yang jelas,  maka akan sulit  membuat prioritas . maka Langkah pertama adalah  membuat tujuan terlebih dahulu. Dua hal yang penting dari sebuah tujuan adalah kejelasan dan kekuatan tujuan. Kejelasan akan menjadikan anda lebih focus dan mudah membuat prioritas. Sementara kekuatan tujuan, agar bisa menarik anda  agar segera melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan tesebut.

   Silahkan cek tujuan yang sudah anda tetapkan (jika sudah).kemudian periksa apakah sudah jelas dan sangat kuat? Jika tidak maka silahkan revisi Kembali.

  •  BEKERJALAH DENGAN TUNTAS

Kerja tuntas adalah bekerja dengan semanggat , sampai selesai dan tidak setengah setengah . seberapa pun banyak nya pekerjaan kita, harus kita selesai kan sampai akhir, sehingga semua pekerjaan kita memperoleh hasil yang sukses. Jangan menunda pekekerjaan yang bisa kita kerjakaan saat ini. Lakukan semua pekerjaan hingga tuntas sehingga jika esok ada pekerjaan lagi maka kita tidak terbebani oleh pekerjaan yan menumpuk.

        Kalaulah sebuah batu telah di takdirkan pecah ketika di pukul pada pukulan ke 100  dan anda berhenti pada pukulan yang ke 99 tetap belum membuat batu itu pecah, dan anda tidak boleh menyesal ketika ada orang setelah anda yang baru mengayunkan palu sekali dan batu nya pun pecah. Sebuah pekerjaan yang tidak tuntas hanya akan menyisakan sebuah penyesalan pada babak terakhir.

Ingatlah. Anda harus berhenti mencarari cari alasan atas kegagalan anda. Saya yakin semua orang mempunyai alasan alasan yang berbeda beda mengapa mereka gagal.

  Begitu banyak orang ingin agar dunia ini berubah terlebih dahulu sebelum ia berubah. Seperti banyak orang berkata bahwa ia akan berhenti korupsi jika negara ini berhenti korupsi,

Bagaimana hal ini akan terjadi dengan rakyat yang mempunyai mental seperti ini

Penulis: Alima sri sutami mukti