TAFAKUR

   Disebut dalam  suatu Riwayat, bahwa merenung sesaat lebih baik dari pada ibadah setahun, Anjuran untuk berfikir, merenung, menganalisa dan mengambil Pelajaran dapat diketahui dari ayat-ayat dan hadis-hadis. Karena, ia adalah kunci pembuka Cahaya-cahaya dan awal datangnya pertolongan serta penjaringan ilmu.

      Tentang keutamaannya, Alloh Ta;ala berfirman :

وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ 

“Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi”(QS.Ali imron, 191)

          Diriwatkan dari Atha’, ia berkata, pada suatu hari aku pergi Bersama Ubaid bin umair menemui Aisyah dan diantara kami terdapat hijab (tabir). Aisyah berkata, “ Ya ubaid mengapa engkau tidak menjengguk kami ?” Ubaid menjawab bahwa Nabi saw, bersabda, “ Berkunjung lah kadang-kadang, supaya bertambah kecintaanmu.”

    Ibnu umar berkata, “ Ceritakan lah kepada kami sesuatu yang paling menakjubkan yang engkau lihat dari Rasullallah Saw.”

Aisyah menangis dan berkata, setiap urusannya menimbulkan kekangguman. Di malam giliranku, beliau datang kepadaku hingga kulitnya menyentuh kulitku, Kemudian beliau berkata: biarkan aku menggerjakan solat untuk tuhan ku, kemudian beliau berwudhu, kemudian mengerjkan sholat, lalu menangis hingga basah janngutnya. Kemudian beliau sujud hingga membasahi bumi, kemudian beliau berbaring diatas sisinya sehingga datang Bilal menyerukan Adzan shalat subuh. Kemudian Bilal berkata, “ Ya Rasullalloh, mengapa anda menangis, padahal Alloh telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang kemudian”?  Maka Nabi Saw menjawab, “ Hai Bilal, kenapa aku tidak menangis, sedangkan Alloh Ta’ala menurunkan kepadaku dimalam ini bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta perbedaaan malam dan siang  terdapat tanda tanda bagi orang orang yang berakal.” Kemudian beliu berkata,” celakalah bagi siapa yang membacanya dan tidak memikirkannya,”

        Al Junaid Radhiyallohu anhu berkata “ Majlis yang mulia dan tertinggi adalah duduk sambil memikirkan medan tauhid dan menghirup angin ma’rifat serta minum dengan piala cinta dari lautan kasih saying dan memandang dengan baik sangka kepada Alloh ta’ala.”

   Kemudian ia berkata, “ sungguh majlis yang agung dan minuman yang amat lezat. Beruntunglah siapa yang dikaruniai itu.”

 HAKIKAT BERFIKIR DAN HASILNYA

      Perlu diketahui bahwa makna tafakur (berfikir) ialah menghadirkan dua pengatahuan dalam kalbu untuk memperoleh pengetahuan yang ketiga dari hasil pengacuan  keduannya. Misalnya bilamana telah diketahui bahwa akhirat itu lebih baik dan lebih kekal (dari pada kehidupan di dunia), maka hal yang lebih baik dan lebih kekal itu adalah yang lebih layak untuk dipilih.

Tujuan dari tafakur ialah untuk menghasilkan ilmu dalam kalbu orang yang bersangkutan dan hal tersebut mrmbuahkan keindahan dan sikap perbuatan yang mengandung keselamatan, dan keduannya merupakan buah ilmu, sedangkan ilmu merupakan buah dari tafakur.

 OBYEK YANG HARUS DIFIKIRKAN

        Ketahuilah, seseorang itu sekali waktu pasti melihat dan memikirkan keadaan dirinya seperti yang telah kami  kemukakan sebelumnya. Dan pada waktu yang lain ia memikirkan tentang kitabullah, sifat sifat-nya dan perbuatan perbuatan-nya. Untuk memikirkan Dzat ALLOH Ta’ala harus dengan mengingatnya . dan untuk  memikirkan sifat sifat Alloh, perbuatan perbuatan-nya , kekuasaan dan Kerajaan-nya harus dilakukan dengan semaksimal mungkin, supaya seseorang semakin bersemangat untuk mengungkap keindahan Alloh, dan hal itu harus dilakukan dengan cara memikirkan Alloh dalam makna makna serta sifat sifat-nya. Sedangkan berfikir tentang langit, bumi, Bintang Bintang dan segala sesuatu selain Alloh Ta’ala, dengan memunculkan kesadaran bahwa sesungguhnya Allohlah yang menciptakan semua itu.

 Alloh Ta’ala berfirman,

سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ

 “ kami akan memeperlihatkan kepada mere;ka tanda tanda (kekuasaan)kami di segala wilayah bumi.”(QS Fushsilat, 53)

 Alloh Ta’ala berfirman ‘

وَفِىٓ أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

     “ Dan (Juga) pada dirimu sendiri, maka apakah engkau tidak memperhatikan ?”(QS. Adz-Dzariat, 21)

                  Jadi yang menjadi obyek perenungan dan pemikiran ialah diri sendiri dan semua makhluk Alloh Ta’ala. Pahamilah hal itu, niscaya engkau akan memperoleh manfaatnya . Wallohu a’lam

Pewarta: Alima sri sutami mukti

RADEN PATAH

Raden patah adalah putra prabu Brawijaya, Raja Majapahit terakhir. Raden patah dikisahkan berguru kepada sunan  Ampel di Surabaya dan kemudian dinikahkan dengan putri sang guru yang Bernama Dewi Murtosimah. Sebagai penguasa, negerawan , seniman, ahli hukum, ahli ilmu kemasyarakataan, dan juga ulama, Raden patah berperan penting dalam menggembangkan kesenian wayang agar sesuai dengan ajaran islam

ASAL USUL DAN NASAB

Histiografi jawa menuturkan bahwa Raden patah adalah putra  prabu Brawijaya, raja Majapahit terakhir.  Dalam banyak sumber di sebutkan Brawijaya yang menjadi ayah raden patah itu menikahi putri Champa Bernama Darawati, tidak diragukan lagi yang dimaksud Brawijaya itu adalah Sri prabu Kertawijaya, Maharaja Majapahit yang berkuasa pada 1447-1451 Masehi, yang menggunakan gelar Abhiseka Wijaya Parakramawaddhana, yang saat mangat di kebumikan di kertawijaya. Sejumlah silsilah yang disusun oleh keturunan Arya Damar Adipati Palembang, tegas menyebutkan nama prabu Kertawijaya  Sebagai ayah dari Arya Damar dan sekaligus Raden patah.

    Menurut Babad Tanah Jawi, Raden patah lahir dari seorang Perempuan cina yang diangkat menjadi selir oleh prabu Wiajaya. Karna permaisuri prabu Wijaya yang berasal dari champa sangat cemburu dengan Perempuan cina yang dikisahkan sehari bisa berganti rupa tig aitu, maka selir yang dalam keadaan hamil itu dihadiahkan kepada putra sulungnya, Arya Damar, yang menjadi raja Palembang.

PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN KEILMUAN

Pendidikan awal yang di peroleh Raden patah di pastikan berasal dari sang ibu yang tentunya menanamkan kaidah-kaidah dasar ajaran islam. Selain itu, Raden patah belajar masalah agama dan ilmu pemerintah kepada Arya Damar. Pada saat dewasa, sewaktu kebutuhan akan  ilmu-ilmu keislaman makin banyak, Raden patah merasakan ketidak puasaan mendapatkan pelajaran agama dari Arya Damar yang masih mengikuti nilai-nilai ajaran agama lama, perbedaan pendapat masalah agama antara Raden patah dan Arya Damar pun terjadi, sebagaimana disinggung dalam serat kandaning Ringgit purwa sebagai berikut.

(sudah dewasa keduanya. Raden patah bertukar pandangan dengan sang kakak. Arya Damar. Membincang ilmu  Agama . Arya Damar memiliki dasar ilmu Budha dan Raden patah memiliki dasar ilmu islam. Lalu pergilah Raden patah mengasingkan diri (uzlah) ke gunung sumirang , Bersama  Raden kusen anak dari Arya Damar, Raden kusen enggan menggikuti sang ayah, kemanapun Raden patah pergi Raden kusen pasti ikut.

    Dalam pengembaraan mencari ilmu, Raden patah dan Raden kusen dikisahkan sampai ke pinggir laut dan berjumpa dengan seorang pelaut cina yang membawa mereka berdua ke jawa dengan kapalnya. Setelah di jawa mereka di hadapkan kepada Sunan Ampel guna menyampaikan keinginan untuk berguru agama islam. Raden patah dan Raden Kusen diterima menjadi murid oleh sunan Ampel, Bahkan, Raden patah dinikahkan dengan putri sunan gunung ampel  yang Bernama Dewi murtosimah dan Raden kusen dinikahkan dengan cucu sunan Ampel yang Bernama Nyai Wilis.

DAKWAH RADEN PATAH

    Dakwah islam di Nusantara tidak lepas dari keberadaan Wali songo. Mereka adalah guru-guru sufi yang dikenang sebagai perintis awal dakwah secara massif. Yang menyisakan jejak sufisme pada islam Nusantara, terutama di jawa, Raden patah, pendiri Kerajaan Demak Bintara, memang tidak dikenal sebagai salah satu dari anggota wali songgo. Namun, kedudukan nya sebagai salah satu dari jama’ah wali yang ikut berperan dalam Gerakan dakwah islam, tidak dapat di abaikan.

     Raden patah mengembangkan islam melalui seni Budaya terutama dalam pewayangan  yang merupakan puncak kesenian karena merupakan gabungan harmonis dari seni Lukis, seni pahat, seni bentuk, seni drama, seni suara, seni musik, seni ukir.  sastra di kembangkan  secara besar besaran pada saat Raden patah berkuasa .

Menurut R. Poedjosoebroto (1978), sultan Demak pertama, Raden patah, sangat gemar pada kesenian wayang, yang juga sangat digemari oleh penduduknya. Namun, Raden patah sebagai penguasa, negerawan, seniman, ahli hukum, ahli ilmu kemasyarakatan, dan ulama yang memiliki kemampuan membaca fenomena social kemudian merefleksikannya sebagai kebijakan dalam membangun Masyarakatnya, membutuhkan pertimbangan yang sangat matang untuk mengembangkan kesenian wayang agar sesuai dengan ajaran islam.

Menurut Sri Mulyono, sultan Demak, Raden patah, membuat suatu perangkat gamelan laras pelog yang pada hari hari tertentu ditempatkan dan dibunyikan di halaman masjid demak, Gamelan itu di sebut Gamelan sekati. Tradisi inilah yang sampai sekarang masih dijalankan di keraton Surakarta dan Yogyakarta pada tiap tiap bulan maulud dalam perayaan maulid Nabi, pada zaman Demak, hari besar yang harus di meriahkan adalah idul fitri, idul adha, dan maulid nabi Muhammad saw.

Sebagai alat untuk menarik Masyarakat, dibunykankah gamelan besar yang di letakan di (Bangsal) Sri Manganti yang di usung dari istana ke masjid sesudah isya dengan di bunyikan terus menerus selama perjalanan. Rakyat banyak yang tertarik pada bunyi gamelan itu dan berbondong bondong datang ke halaman masjid. Disana sambil menunggu memperoleh bagian makanan  yang sudah disediakan, mereka di beri penerangan mengenai ajaran  agama islam  dan Riwayat nabi Muhammad saw, kemudian sedekahan makanan nasi yang sebelumnya di bacakan doa , lalu makan Bersama. Mereka yang tertarik pada ajaran islam lalu di tuntun membaca dua kalimah syahadat, sebagai pernyataan masuk islam.

Berdasarkan paparan di atas, tidak dapat diingkari bahwa keberadaan Raden patah selaku pendiri Kerajaan Demak Binata memiliki peranan yang tidak kecil dalam proses dakwah islam di Nusantara

Pewarta: Alima sri sutami mukti.  

Amalan Rasulullah SAW di Bulan Sya’ban

Kita sekarang berada di bulan Sya’ban dan sebentar lagi Ramadhan datang menghampiri kita. Bulan Sya’ban merupakan waktu yang tepat untuk berpuasa guna melatih diri untuk terbiasa puasa satu bulan penuh selama Ramadhan. Bahkan orang yang puasa Sya’ban termasuk orang yang menghormati bulan Ramadhan. Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Puasa  Sya’ban itu untuk menganggungkan Ramadhan,” (HR At-Tirmidzi). Puasa Sya’ban sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut pengakuan ‘Aisyah RA, “Hanya di bulan Ramadhan Nabi Muhammad berpuasa satu bulan penuh dan saya tidak melihat Beliau sering puasa kecuali di bulan Sya’ban,” (HR Al-Bukhari). Dalam riwayat Ahmad disebutkan, “Puasa yang disukai Nabi Muhammad SAW ialah puasa di bulan Sya’ban.” Syeikh Nawawi Banten di dalam Nihayatuz Zain menjelaskan sebagai berikut. الثاني عشر صوم شعبان لحبه صلى الله عليه وسلم صيامه فمن صامه نال شفاعته صلى الله عليه وسلم يوم القيامة Artinya, “Macam puasa sunah yang kedua belas adalah puasa Sya’ban. Sebab Nabi Muhammad SAW sangat suka berpuasa pada bulan tersebut. Siapa saja yang berpuasa di bulan Sya’ban, ia akan memperoleh sya’faat di hari kelak.” Sebagai umatnya, puasa sunah yang dilakukan Nabi SAW ini penting untuk kita amalkan. Meskipun tidak mampu meniru sepenuhnya apa yang diamalkan Nabi Muhammad SAW, paling tidak kita coba berpuasa semampunya selama bulan Sya’ban. Selain mendapatkan ganjaran, puasa Sya’ban dapat melatih diri sendiri agar siap melakukan puasa wajib Ramadhan. Biasanya, orang yang tidak terbiasa berpuasa tentu akan merasa berat melakukan puasa sebulan penuh pada Ramadhan. Untuk itu, biasakan puasa sebanyak-banyaknya di bulan Sya’ban agar nanti di bulan Ramadhan organ lambung tidak terkejut bila tidak beraktivitas selama siang hari. Demikian pula bagi perempuan yang belum mengqadha puasa Ramadhan tahun lalu, Sya’ban adalah momen terbaik untuk mengqadha puasa. Jangan sampai ketika memasuki bulan Ramadhan nanti, utang puasa belum dibayar tuntas. Semoga kita mampu mengamalkan sunah Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam.

Penulis : Ridwan Fauzi

PEMBAGIAN SERTIFIKAT KATEGORI SANTRI TAULADAN & GURU SHOROGAN TERBAIK DAN KOBONG TERBAIK

Pada hari minggu tepatnya tgl 18 Februari 2024 / 8 Sya’ban 1445 H,
Biro pendidikan ( Tarbiyyah & Da’wah ) pada program tarkiban
terakhir tempat nya di masjid alhidayah, Di adakan nya pembagian
sertifikat penghargaan kepada Santri, Ketua kobong dan Guru
shorogan, dengan keputusan tarbiyyah & keroisan, Adapun
diantaranya, Yaitu :

KATEGORI SANTRI TELADAN :
 Santri tauladan kelas 1 Ibtidaiyyah :
M Arif Taufiqurrohman
M Rizki Aditia
 Santri tauladan kelas 2 Ibtidaiyyah :
M Nur Aji Rohman
M Ja’far A.R
 Santri tauladan kelas 1 Tsanawiyyah :
Ahmad Maki
 Santri tauladan kelas 2 Tsanawiyyah :
M Rofi Anshori
 Santri tauladan kelas 3 Tsanawiyyah :
Azka Azkiya
 Santri tauladan kelas 1 Aliyyah :
Bahrun Mufti
 Santri tauladan kelas 2 Aliyyah :
M Fauzan Hidayat
KATEGORI GURU SHOROGAN & TARBIYYAH TELADAN
 Guru shorogan kelas 3 Aliyyah s/d 3 Ma’had Aly :
Iban Sabani
 Guru shorogan tingkas Dirosatul Ulya :
Ust. M Fathurrohman
 Tarbiyyah teladan :
Salman Bogor
 Tarbiyyah terfavorit :
M Dzikri Abdul Qodir
KATEGORI MUDZAKARAH TERBAIK
 Kobong 22
Ketua : Ust. Ikhwan Husnandar
W. Ketua : Berril Rayhan
 Kobong Mihrob
Ketua : Ust. M Rudiansyah
W. Ketua : Ust. P. Ang Zaenal Muttaqin
 Kobong Aula 1
Ketua : Ust. Bahrul Ulum
W. Ketua : Ust. Ahsan Asy’ari
Program ini diadakan supaya menjadi motivasi khususnya untuk santri – santri
almusri’, Umumnya untuk santri – santri yang ada di luar sana, Dan Semoga
diadakannya penghargaan ini, agar semua santri almusri’ menjadi lebih giat
dalam Tholabul Ilmi ( Nyuprih Elmu )

Sunan Gunung Jati: Asal usul, Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan, Dakwah

        Sunan Gunung Jati adalah putra Sultan Hud yang berkuasa diwilayah Bani Israil, yang masuk wilayah Mesir. Sunan Gunung Jati dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang menurunkan sultan-sultan Banten dan Cirebon. Strategi dakwah yang dijalankan Sunan Gunung Jati adalah memperkuat kedudukan politis sekaligus memperluas hubungan denga tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon, Banten, dan Demak melalui pernikahan. Selain itu Sunan Gunung Jati menggalang kekuatan dengan menghimpun orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang memiliki kesaktian dan kedigdayaan.

        Makam Sunan Gunung Jati terletak di Gunung Sembung yang masuk Desa Astana, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon. Seperti makan Wali Songo yang lain, makam Sunan Gunung Jati berada didalam tungkub berdampingan dengan makam Fatahillah, Syarifah Muda’im, Nyi Gedeng Sembung, Nyi Mas Tepasari, Pangeran Dipati Carbon I, Pangeran Jayalelana, Pangeran Pasarean, Ratu Mas Nyawa, dan Pangeran Sedeng Lemper. Di sebelah luar tungkub, terdapat dua makam tokoh yang dekat dengan Sunan Gunung Jati, yaitu makam Pangeran Cakrabuwana dan Nyi Ong Tien, mertua dan isteri Sunan Gunung Jati.

        Berbeda dengan makam-makam keramat Wali Songo yang lain, makam Sunan Gunung Jati tidak bisa diziarahi langsung oleh peziarah, karena areanya terletak tingkat sembilan dengan sembilan pintu gerbang. Kesembilan pintu gerbang itu memiliki nama berbeda satu sama lain, seperti Pintu Gapura, Pintu Krapyak, Pintu Pasujudan, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Rararoga, Pintu Kaca, Pintu Bacem, dan terakhir Pintu Teratai, yaitu pintu untuk ke area makam Sunan Gunung Jati. Para peziarah hanya diperbolehkan ziarah sampai ke pintu ketiga yang disebut Pintu Pasujudan atau Sela Matangkep.

ASAL USUL DAN NASAB

        Menurut Naskah Mertasinga yang dialih-aksarakan dan dialih-bahasakan oleh Amman N. Wahyu yang diberi judul Sajarah Wali, Syarif Hidayat yang kelak termasyhur denga sebutan Sunan Gunung Jati adalah putra Sultan Hud yang berkuasa di negara Bani Israil, hasil pernikahan dengan Nyi Rara Santang. Sultan Hud adalah putra Raja Odhara, Raja Mesir. Raja Odhara putra Jumadil Kabir, raja besar di negeri Quswa. Jumadil Kabir putra Zainal Kabir. Zainal Kabir putra Zainal Abidin. Zainal Abidin putra Husein, yaitu putra Ali bin Abi Thalib dengna Siti Fatimah binti Nabi Muhammad Saw.

       Menurut naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, ayahanda Sunan Gunung Jati adalah Sultan Mahmud yang bernama Syarif Abdullah putra Ali Nurul Alim dari Bani Hasyim keturunan Bani Ismail, yang berkuasa di Ismailiyah, negeri Mesir yang wilayahnya mencapai Palestina kediaman Bani Israil. Tentang pernikahan Syarif Abdullah dengan Nyai Rara Santang yang kemudian berganti nama menjadi Syarifah Muda’im hingga kelahiran Syarif Hidayat.

       Naskah  Nagarakretabhumi yang menjadi rujukan Serat Purwaka Caruban Nagari tak berbeda menuturkan bahwa Syarif Hidayat yang masyhur dengan sebutan Sunan Gunung Jati asal orang tuanya dari daerah Mesir, tepatnya di Ismailiyah yang berkuasa atas Bani Israil di Palestina. Yang menarik, adik Raja Mesir yang menjadi mahapatih bernama Unkajutra: nama yang sama sekali buka Arab tetapi lebih dekat dengan nama Yahudi dari klan Jutra atau Jethro.

      Setelah dua tahun melahirkan Syarif Hidayat, Nyai Lara Santang dikisahkan hamil dan melahirkan lagi seorang putra yang dinamai Syarif Nurullah. Tidak lama sesudah itu, suaminya, Syarif Abdullah wafat dan kedudukannya sebagai raja digantikan oleh adiknya, Ungkajutra yang bergelar Raja Onkah.  

PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN KEILMUAN

Kisah Syarif Hidayat menuntut ilmu diwarnai cerita-cerita absurd yang perlu penafsiran untuk mengetahui kebenaran historisnya. Di dalam Sejarah Wali, Syarif Hidayat dikisahkan berguru kepada Syaikh Najmurini Kubro di Mekkah, mengambil tarekat Nakisbandiyah (Naqsyabandiyah), tarekat istiqoi dan tarekat Syathari (Syathariyah) sampai mencapai makrifat sehingga Syarif Hidayat dianugrahi nama Madzkurallah. Setelah dirasa cukup menimba ilmu, Syarif Hidayat diperintah oleh gurunya, Syaikh Najmurini Kubro untuk mencari guru yang lain, yaitu kepada guru tarekat Syadziliyah kepada maulana bernama Syaikh Muhammad Athaillah yang berbangsa Iskandiyah, yang dipja-puja oleh kaum beriman. Syarif Hidayat pergi meninggalkan Mekkah menuju Syadziliyah di utara, berguru tarekat Syadziliyah kepada Syaikh Athaillah, sampai memperoleh ilmu dzikir kepada Allah yang disebut Sigul Hiraya dan Tanarul al-Tarqu.

          Setelah dinyatakan lulus berguru tarekat Syadziliyah, Syarif Hidayat yang dianugerahi nama baru Arematullah, diperintah gurunya untuk berguru lagi kepada Syaikh Datuk Sidiq di negeri Pasai, yaitu guru ruhani yang tidak lain adalah ayahanda Sunan Giri. Kehadiran Syarif Hidayat ke Pasai disambut gembira Syaikh Datuk Muhammad Sidiq, lalu ia diajari Tarekat Anfusiyah dan Namanya diganti menjadi Abdul Jalil.

          Setelah dinyatakan lulus oleh Syaikh Muhammad Sidiq, Syarif Hidayat diperintah oleh gurunya itu untuk pergi ke tanah Jawa, tepatnya di Karawang, menemui seorang wali bernama Syaikh Bentong. Ketika Syarif Hidayat minta diwejangi sebagai murid, justru Syaikh Bentong yang ingin menjadi murid Syarif Hidayat. Lalu Syarif Hidayat ditunjuki guru ruhani yang masyhur disebut Syaikh Haji Jubah, tetapi Syaikh Haji Jubah juga menolak memberi wejangan Syarif Hidayat. Syaikh Haji Jubah justru menunjuk ke Kudus tempat Datuk Barul mengajar ilmu ruhani.

            Setelah dinyatakan lulus, Syarif Hidayat diminta Datuk Barul untuk pergi ke Ampeldenta, untuk berguru kepada Sunan Ampel. Di Ampeldenta, Syarif Hidayat diteriman Sunan Ampel dan dipersaudarakan dengan Sunan Bonang, Sunan Giri, serta Sunan Kalijaga. Setelah mendapat wejangan dari Sunan Ampel, Syarif Hidayat kemudian ditetapkan sebagai guru di Gunung Jati.

DAKWAH SUNAN GUNUNG JATI   

           Usaha dakwah yang dilakukan Syarif Hidayat sesuai tugasnya sebagai guru agama Islam, yang kemudian menjadi anggota wali mula-mula dilakukan di Gunung Sembung dengan memakai nama Sayyid Kamil. Atas bantuan Haji Abdullah Iman alias Pangeran Cakrabuwana, Kuwu Caruban, Syarif Hidayat membuka pondok dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar dan Namanya disebut Maulan Jati atau Syaikh Jati. Tidak lama kemudian, datanglah Ki Dipati Keling beserta sembilan puluh delapan orang pengiringnya, menjadi pengikut Syarif Hidayat.

           Salah satu strategi dakwah yang dilakukan Syarif Hidayat dalam memperkuat kedudukan sekaligus memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon adalah melalui pernikahan sebagaimana hal itu telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat. Dikisahkan bahwa Sunan Gunung Jati menikahi tidak kurang dari enam orang perempuan sebagai istri. Lalu Sunan Gunung Jati menikah untuk kali pertama dengan Nyai Babadan putri Ki Gedeng Babadan, yang membuat pengaruhnya meluas dari Gunung Sembung hingga wilayah Babadan. Namun, sebelum dikaruniai putra, Nyai Babadan dikisahkan meninggal dunia.

             Kisah dakwah islam yang dilakukan Syarif Hidayat Susuhuna Jati, selain ditandai kisah pernikahan, pencarian ilmu, dan peperangan-peperangan, juga ditandai penggalangan kekuatan para tokoh yang dikenal memiliki kesaktian dan kekuatan politik serta kekuatan bersenjata. Kekuatan bersenjata dan tokoh-tokoh digdaya yang digalang Syarif Hidayat itu menunjukkan hasil yang mengejutkan sewaktu kekuatan umat Islam di Cirebon diserbu oleh pasukan Raja Galuh, yang berakhir dengan kemenangan pihak Cirebon. Dengan takluknya Raja Galuh, dakwah Islam seketika berkembang pesat dibekas wilayah yang takluk tersebut.     

Referensi: Atlas Wali Songo