RADEN PATAH
Bagikan ini :

Raden patah adalah putra prabu Brawijaya, Raja Majapahit terakhir. Raden patah dikisahkan berguru kepada sunan  Ampel di Surabaya dan kemudian dinikahkan dengan putri sang guru yang Bernama Dewi Murtosimah. Sebagai penguasa, negerawan , seniman, ahli hukum, ahli ilmu kemasyarakataan, dan juga ulama, Raden patah berperan penting dalam menggembangkan kesenian wayang agar sesuai dengan ajaran islam

ASAL USUL DAN NASAB

Histiografi jawa menuturkan bahwa Raden patah adalah putra  prabu Brawijaya, raja Majapahit terakhir.  Dalam banyak sumber di sebutkan Brawijaya yang menjadi ayah raden patah itu menikahi putri Champa Bernama Darawati, tidak diragukan lagi yang dimaksud Brawijaya itu adalah Sri prabu Kertawijaya, Maharaja Majapahit yang berkuasa pada 1447-1451 Masehi, yang menggunakan gelar Abhiseka Wijaya Parakramawaddhana, yang saat mangat di kebumikan di kertawijaya. Sejumlah silsilah yang disusun oleh keturunan Arya Damar Adipati Palembang, tegas menyebutkan nama prabu Kertawijaya  Sebagai ayah dari Arya Damar dan sekaligus Raden patah.

    Menurut Babad Tanah Jawi, Raden patah lahir dari seorang Perempuan cina yang diangkat menjadi selir oleh prabu Wiajaya. Karna permaisuri prabu Wijaya yang berasal dari champa sangat cemburu dengan Perempuan cina yang dikisahkan sehari bisa berganti rupa tig aitu, maka selir yang dalam keadaan hamil itu dihadiahkan kepada putra sulungnya, Arya Damar, yang menjadi raja Palembang.

PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN KEILMUAN

Pendidikan awal yang di peroleh Raden patah di pastikan berasal dari sang ibu yang tentunya menanamkan kaidah-kaidah dasar ajaran islam. Selain itu, Raden patah belajar masalah agama dan ilmu pemerintah kepada Arya Damar. Pada saat dewasa, sewaktu kebutuhan akan  ilmu-ilmu keislaman makin banyak, Raden patah merasakan ketidak puasaan mendapatkan pelajaran agama dari Arya Damar yang masih mengikuti nilai-nilai ajaran agama lama, perbedaan pendapat masalah agama antara Raden patah dan Arya Damar pun terjadi, sebagaimana disinggung dalam serat kandaning Ringgit purwa sebagai berikut.

(sudah dewasa keduanya. Raden patah bertukar pandangan dengan sang kakak. Arya Damar. Membincang ilmu  Agama . Arya Damar memiliki dasar ilmu Budha dan Raden patah memiliki dasar ilmu islam. Lalu pergilah Raden patah mengasingkan diri (uzlah) ke gunung sumirang , Bersama  Raden kusen anak dari Arya Damar, Raden kusen enggan menggikuti sang ayah, kemanapun Raden patah pergi Raden kusen pasti ikut.

    Dalam pengembaraan mencari ilmu, Raden patah dan Raden kusen dikisahkan sampai ke pinggir laut dan berjumpa dengan seorang pelaut cina yang membawa mereka berdua ke jawa dengan kapalnya. Setelah di jawa mereka di hadapkan kepada Sunan Ampel guna menyampaikan keinginan untuk berguru agama islam. Raden patah dan Raden Kusen diterima menjadi murid oleh sunan Ampel, Bahkan, Raden patah dinikahkan dengan putri sunan gunung ampel  yang Bernama Dewi murtosimah dan Raden kusen dinikahkan dengan cucu sunan Ampel yang Bernama Nyai Wilis.

DAKWAH RADEN PATAH

    Dakwah islam di Nusantara tidak lepas dari keberadaan Wali songo. Mereka adalah guru-guru sufi yang dikenang sebagai perintis awal dakwah secara massif. Yang menyisakan jejak sufisme pada islam Nusantara, terutama di jawa, Raden patah, pendiri Kerajaan Demak Bintara, memang tidak dikenal sebagai salah satu dari anggota wali songgo. Namun, kedudukan nya sebagai salah satu dari jama’ah wali yang ikut berperan dalam Gerakan dakwah islam, tidak dapat di abaikan.

     Raden patah mengembangkan islam melalui seni Budaya terutama dalam pewayangan  yang merupakan puncak kesenian karena merupakan gabungan harmonis dari seni Lukis, seni pahat, seni bentuk, seni drama, seni suara, seni musik, seni ukir.  sastra di kembangkan  secara besar besaran pada saat Raden patah berkuasa .

Menurut R. Poedjosoebroto (1978), sultan Demak pertama, Raden patah, sangat gemar pada kesenian wayang, yang juga sangat digemari oleh penduduknya. Namun, Raden patah sebagai penguasa, negerawan, seniman, ahli hukum, ahli ilmu kemasyarakatan, dan ulama yang memiliki kemampuan membaca fenomena social kemudian merefleksikannya sebagai kebijakan dalam membangun Masyarakatnya, membutuhkan pertimbangan yang sangat matang untuk mengembangkan kesenian wayang agar sesuai dengan ajaran islam.

Menurut Sri Mulyono, sultan Demak, Raden patah, membuat suatu perangkat gamelan laras pelog yang pada hari hari tertentu ditempatkan dan dibunyikan di halaman masjid demak, Gamelan itu di sebut Gamelan sekati. Tradisi inilah yang sampai sekarang masih dijalankan di keraton Surakarta dan Yogyakarta pada tiap tiap bulan maulud dalam perayaan maulid Nabi, pada zaman Demak, hari besar yang harus di meriahkan adalah idul fitri, idul adha, dan maulid nabi Muhammad saw.

Sebagai alat untuk menarik Masyarakat, dibunykankah gamelan besar yang di letakan di (Bangsal) Sri Manganti yang di usung dari istana ke masjid sesudah isya dengan di bunyikan terus menerus selama perjalanan. Rakyat banyak yang tertarik pada bunyi gamelan itu dan berbondong bondong datang ke halaman masjid. Disana sambil menunggu memperoleh bagian makanan  yang sudah disediakan, mereka di beri penerangan mengenai ajaran  agama islam  dan Riwayat nabi Muhammad saw, kemudian sedekahan makanan nasi yang sebelumnya di bacakan doa , lalu makan Bersama. Mereka yang tertarik pada ajaran islam lalu di tuntun membaca dua kalimah syahadat, sebagai pernyataan masuk islam.

Berdasarkan paparan di atas, tidak dapat diingkari bahwa keberadaan Raden patah selaku pendiri Kerajaan Demak Binata memiliki peranan yang tidak kecil dalam proses dakwah islam di Nusantara

Pewarta: Alima sri sutami mukti.  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *