Niat Puasa Rajab Sekaligus Qadha Ramadhan, Apakah Diperbolehkan?


 Memasuki bulan Rajab, salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dikerjakan adalah puasa. Mengingat banyaknya keutamaan di bulan Rajab, tak sedikit umat muslim yang ingin menunaikan puasa Rajab tersebut.
Namun, muncul pertanyaan bagi umat muslim yang masih memiliki hutang puasa Ramadhan. Bolehkah menggabungkan niat puasa Rajab dengan qadha puasa Ramadhan?

menggabungkan puasa Rajab dengan puasa qadha Ramadhan sah dilakukan dengan niat berpuasa. Hal ini karena puasa rajab merupakan puasa sunah yang diperbolehkan untuk dilakukan dengan niat berpuasa secara mutlak tanpa diisyaratkan ta’yin atau menentukan jenis puasanya.

Misalnya, melafalkan niat “Saya niat berpuasa karena Allah,” tidak harus ditambahkan “karena melakukan kesunahan puasa Rajab”.

Sementara itu, puasa qadha Ramadhan merupakan puasa wajib yang sudah ditentukan jenis puasanya. Misalnya dengan melafalkan niat “Saya niat berpuasa qadha Ramadhan fardu karena Allah”.

Untuk itu, menggabungkan niat puasa Rajab dengan puasa qadha Ramadhan hukumnya diperbolehkan dan sah, serta pahala keduanya bisa didapatkan. Sebagaimana menurut Syekh al-Barizi yang mengatakan meski hanya niat qadha puasa Ramadhan, maka secara otomatis pahala berpuasa Rajab pun tetap bisa didapatkan.

Adapun penjelasan di atas berdasarkan keterangan dalam kitab Fathul Mu’in serta hasyiyahnya, I’anatuth Thalibin, sebagai berikut:

وبالتعيين فيه النفل أيضا فيصح ولو مؤقتا بنية مطلقة كما اعتمده غير واحد (وقوله ولو مؤقتا) غاية في صحة الصوم في النفل بنية مطلقة أي لا فرق في ذلك بين أن يكون مؤقتا كصوم الاثنين والخميس وعرفة وعاشوراء وأيام البيض أو لا كأن يكون ذا سبب كصوم الاستسقاء بغير أمر الإمام أو نفلا مطلقا (قوله بنية مطلقة ) متعلق بيصح فيكفي في نية صوم يوم عرفة مثلا أن يقول نويت الصوم ( قوله كما اعتمده غير واحد) أي اعتمد صحة صوم النفل المؤقت بنية مطلقة وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا وذكر غيره أن مثل ذلك ما لو اتفق في

يوم راتبان كعرفة ويوم الخميس انتهى

Artinya: Dan dikecualikan dengan pensyaratan ta’yin (menentukan jenis puasa) dalam puasa fardu, yaitu puasa sunah, maka sah berpuasa sunah dengan niat puasa mutlak, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama. Ucapan Syekh Zainuddin, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu, ini adalah ghayah (puncak) keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak, maksudnya tidak ada perbedaan dalam keabsahan tersebut antara puasa sunah yang berjangka waktu seperti puasa Senin-Kamis, Arafah, Asyura’ dan hari-hari tanggal purnama. Atau selain puasa sunah yang berjangka waktu, seperti puasa yang memiliki sebab, sebagaimana puasa istisqa dengan tanpa perintah imam, atau puasa sunnah mutlak. Ucapan Syekh Zainuddin, dengan niat puasa mutlak, maka cukup dalam niat puasa Arafah dengan niat semisal, saya niat berpuasa. Ucapan Syekh Zainuddin, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama, maksudnya lebih dari satu ulama berpegangan dalam keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak. Dalam kitabnya Syekh al-Kurdi disebutkan, dalam kitab Al-Asna demikian pula Syekh Khatib al-Sayarbini dan Syekh al-Jamal al-Ramli, berpuasa di hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa secara otomatis tertuju pada hari-hari tersebut, bahkan apabila seseorang berniat puasa beserta niat puasa lainnya, maka pahala keduanya berhasil didapatkan.

Dalam kitab Al-I’ab ditambahkan, dari kesimpulan tersebut, Syekh al-Barizi berfatwa bahwa apabila seseorang berpuasa qadha (Ramadhan) atau lainnya di hari-hari yang dianjurkan berpuasa, maka pahala keduanya bisa didapat, baik disertai niat berpuasa sunnah atau tidak. Ulama lain menyebutkan, demikian pula apabila bertepatan bagi seseorang dalam satu hari dua puasa rutin, seperti puasa hari Arafah dan puasa hari Kamis.

Niat Puasa Rajab
Sama halnya dengan cara membaca niat puasa pada umumnya, waktu niat puasa Rajab dilafalkan pada malam hari, yaitu sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar.

Berikut bacaan niat puasa Rajab

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma Rajaba sunnatan lillahi ta’ala.

Artinya: Aku berniat puasa Rajab, sunah karena Allah ta’ala.

Niat Puasa Rajab Saat Siang Hari
Bagi umat muslim yang lupa melafalkan niat pada malam hari, diperbolehkan untuk melafalkannya pada siang hari, yaitu dari pagi hari sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu zuhur), dengan syarat tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Hal ini karena puasa Rajab adalah puasa sunah.

Berikut ini bacaan niat puasa Rajab yang dilafalkan pada siang hari

Berikut adalah lafal niat ketika siang hari:

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا الْيَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i syahri rajaba lillahi ta’ala.

Artinya: Saya niat puasa sunnah bulan Rajab hari ini, sunnah karena Allah ta’ala.

Niat Puasa Rajab Sekaligus Qadha Ramadhan
Bagi umat muslim yang ingin menunaikan puasa Rajab sekaligus puasa qadha Ramadhan, berikut bacaan niatnya:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءٍ فَرْضَ رَمَضَانً ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu Shouma Ghodin ‘an qadaa’in fardho ramadhoona lillahi ta’alaa.

Artinya: Saya niat puasa esok hari karena mengganti fardhu Ramadan karena Allah ta’ala.

Doa Buka Puasa
Sama halnya dengan puasa-puasa lainnya,berikut ini bacaan doa buka puasa Rajab yang juga bisa dibaca saat puasa qadha Ramadhan.

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa’ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin.

Artinya : Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Demikian bacaan niat puasa Rajab sekaligus puasa qadha Ramadhan lengkap dengan doa buka puasanya.


Editor: Alima sri sutami mukti

12 Keutamaan Bulan Rajab beserta Dalil dan Penjelasan Ulama



Bulan Rajab merupakan salah satu bulan mulia yang memiliki sejumlah keutamaan. Lantas, apa saja keutamaan bulan Rajab?
1 Rajab 1445 H jatuh pada hari Sabtu 13 Januari dalam kalender Masehi. Bulan Rajab sendiri merupakan bulan yang terletak antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban.

Salah satu keutamaan dari bulan Rajab ini yakni merupakan salah satu dari bulan haram. Sehingga, bulan ini menjadi salah satu bulan yang dimuliakan.


Selain itu, masih banyak keutamaan lain dari bulan Rajab. Nah untuk mengetahuinya selengkapnya, simak ulasannya berikut ini:

Simak dengan seksama, ya!
Bulan Rajab memiliki banyak keutamaan yang perlu diketahui oleh umat muslim untuk memotivasi diri meningkatkan amalan-amalan saleh. Berikut sejumlah keutamaan bulan Rajab:

1. Termasuk dalam Bulan Mulia
Keutamaan bulan Rajab yang pertama yaitu termasuk dalam bulan-bulan mulia atau disebutkan dengan Asyhurul Hurum. Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 9 sebagai berikut:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Artinya: Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. (QS At-Taubah:36)

Bulan haram adalah empat bulan mulia di luar Ramadhan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Disebut “bulan haram” (الأشهر الحرم) karena pada bulan-bulan tersebut umat Islam dilarang mengadakan peperangan.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan bahwa Rajab masuk dalam kategori al-asyhur al-fadhilah di samping Dzulhijjah, Muharram dan Sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di samping Dzulqa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharram.

2. Pembuka Bulan-bulan Kebaikan
Telah disebutkan bahwa terdapat tiga bulan lainnya yang termasuk dalam bulan Haram. Selain itu, terdapat bulan mulia lainnya seperti Ramadhan, Syawal, dan Sya’ban.

Dalam hal ini, keutamaan bulan Rajab yaitu sebagai pintu pembuka bulan-bulan mulia. Hal ini dijelaskan oleh Ustaz Adi Hidayat sebuah tausiah yang diunggah pada akun YouTube Adi Hidayat Official.

Ustaz Adi Hidayat mengatakan sebelum memasuki bulan lainnya berurutan mulai dari bulan Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah semuanya didahului oleh Rajab. Sehingga terdapat total 5 bulan yang berurutan dari bulan ke-8 sampai ke-12, namun dibuka oleh Rajab sebagai bulan ke-7 dalam kalender Hijriah.

Berikut rincian urutan 6 bulan-bulan istimewa dalam Islam:

Rajab bulan ke-7
Sya’ban bulan ke-8
Ramadhan bulan ke-9
Syawal bulan ke-10
Dzulqa’dah bulan ke-11
Dzulhijjah bulan ke-12
Ustaz Adi Hidayat melanjutkan, saking istimewanya bulan Rajab ini Nabi Muhammad SAW pernah menyebutnya di dalam beberapa kesempatan. Apabila umur seseorang tidak sampai pada bulan Ramadhan, setidaknya sampai di bulan Rajab.

“Karena itulah nabi pernah mengatakan dalam beberapa kesempatan, diteruskan sampai kepada kita, hati-hati amalan-amalan ini. Bahkan ada ulama yang mengatakan kalaupun kita tidak dapat Ramadhan, minimal Rajabnya dapat karena itu pintunya,” ujar Ustaz Adi Hidayat

3. Anugerah Terampuni Dosa-dosa
Ustaz Adi Hidayat melanjutkan, keutamaan yang bisa didapatkan di bulan Rajab ini adalah anugerah Allah SWT untuk mengampuni dosa-dosa yang pernah dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan mengoreksi diri.

Adapun bacaan istighfar bulan Rajab yang dapat diamalkan yakni:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ وَأَعُوْذُبِكَ مِن شَرِّمَا صَنَعْتُ وَأَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي
فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ.

Allaahumma anta rabbi, laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa ana ‘abduka wa ana ‘alaa ‘ahdika wawa’dika mastatha’tu, wa a’uudzubika min syarri maa shana’tu wa abu-u laka binikmatika ‘alayya wa abuu-u bidzambii faghfirlii fa-innahuu laa yanghfirudz dzunuba illaa anta.

Artinya: Ya Allah, Engkau-lah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu dan aku dalam genggaman Mu. Aku dalam perjanjian-Mu (beriman dan taat) kepada-Mu sekadar kemampuan yang ada padaku. Aku berlindung kepada-Mu daripada kejahatan yang aku lakukan. Aku mengakui atas nikmat yang Engkau berikan kepadaku dan mengakui dosaku. Karena itu, aku memohon ampunan-Mu, dan sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa seseorang, kecuali Engkau, ya Allah.[3]


4. Pahala Dilipat gandakan
Pada bulan Rajab, pahala amalan-amalan saleh yang dikerjakan akan dilipatkan oleh Allah SWT. Sebagaimana disampaikan oleh Imam al-Baghawi dalam kitab tafsirnya berikut:

العَمَلُ الصَّالِحُ أَعْظَمُ أَجْرًا فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ، وَالظُّلْمُ فِيْهِنَّ أَعْظَمُ مِنَ الظُّلْمِ فِيْمَا سِوَاهُنَّ

Artinya: Amal salih lebih agung (besar) pahalanya di dalam bulan-bulan haram (Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab). Sedangkan dzalim pada bulan tersebut (juga) lebih besar dari zalim di dalam bulan-bulan selainnya. (Imam al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Qur’an, [Beirut, Darul Ihya’ at-Turats, cetakan keempat: 1417 H/1997 M], juz IV, halaman: 44).

Tidak hanya amalan saleh, dosa yang didapatkan dari perbuatan maksiat dan dzalim juga akan dilipatgandakan. Maka dari itu, di bulan Rajab ini umat muslim sebaiknya meningkatkan kualitas ibadah dan meninggalkan kemaksiatan.

5. Tempat Berlatih untuk Ramadhan
Keutamaan bulan Rajab salah satunya yaitu sebagai bulan berlatih sebelum memasuki bulan Ramadhan. Sebab bulan Ramadhan merupakan puncak dari bulan-bulan mulia tersebut.

Ustaz Adi Hidayat dalam tausiahnya menjelaskan pada bulan Rajab umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan amal-amal saleh dengan meningkatkan salat, sedekah, meninggalkan maksiat, puasa dan lain sebagainya. Mengerjakan amalan-amalan saleh tersebut dapat menjadi latihan umat muslim sebelum memasuki bulan Ramadhan.

“Dan ini hikmahnya adalah latihan awal sebelum kita memasuki puncak peribadatannya yaitu di bulan Ramadhan nanti. Rajab adalah pembukanya, Sya’ban adalah penguatnya, dan Ramadhan adalah hakikat perjuangan kita yang telah disiapkan sejak munculnya bulan Rajab dan berlatih kita di dalamnya,” terang Ustaz Adi Hidayat.

6. Bermakna Bulan yang Agung
Keutamaan selanjutnya dari bulan Rajab yaitu disebut sebagai bulan Agung. Dijelaskan dalam kitab I’anatut Thalibin bahwa kata ‘Rajab’ adalah turunan dari kata ‘Tarjib’

Tarjib memiliki arti mengagungkan atau memuliakan. Oleh karena itulah masyarakat Arab zaman dahulu turut serta memuliakan bulan Rajab melebihi bulan-bulan lainnya.

7. Mustajab untuk Berdoa dan Penuh Berkah
Pada malam satu Rajab, terdapat keutamaan yaitu mustajab bagi doa. Seperti yang dijelaskan oleh Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm berikut:

بَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمْسِ لَيَالٍ: فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

“Telah sampai berita pada kami bahwa dulu pernah dikatakan: Sesunguhnya doa dikabulkan pada lima malam: malam Jumat, malam hari raya Idul Adlha, malam hari raya Idul Fithri, malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu Sya’ban.”

Pada bulan ini, Rasulullah SAW mempersiapkan jasmani dan rohani menuju Ramadhan. Sehingga berdoa untuk mendapatkan keberkahan agar sampai pada bulan Sya’ban dan ramadhan itu sendiri. Adapun lafal doa tersebut yakni:

Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya’baana wa ballighnaa ramadhoon

“Ya Allah berilah kami keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadan.”[6]

8. Rajab Bulan Sedekah,

 bulan Rajab dikenal juga dengan bulan sedekah sebab muslim dianjurkan untuk memperbanyak melakukan amalan ini. Sedekah yang dimaksudkan itu tidak selalu materi namun juga amalan berupa salat, puasa, dan kebaikan lainnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa yang bersedekah di bulan Rajab, maka Allah menjauhkannya dari neraka seperti durasi anak burung gagak yang belum tumbuh bulunya hingga mati tua.”

Dijelaskan lebih lanjut oleh Ustaz Adi Hidayat bahwa sedekah melalui harta yang dilakukan di bulan ini bisa berupa pengetahuan atau ilmu yang dibagikan sesama muslim. Meski hanya dengan ilmu, pahala yang didapatkan juga akan dihitung berlipat.

“Kita mencoba juga meningkatkan amalan lewat harta misalnya. Ada jalan melalui harta dengan bersedekah, dengan infaq atau dengan pengetahuan, share pengetahuan-pengetahuan. Sekarang era media sosial, anda membuat status, share tentang isi hadis yang bermanfaat, ayat-ayat yang memotivasi. Dan itu melahirkan pahala yang berlipat di bulan ini,” imbuh Ustaz Adi Hidayat.[5]

9. Waktu Terjadinya Isra’ Mi’raj
Bulan Rajab memiliki keutamaan yang sangat istimewa yaitu sebagai bulan terjadinya Isra’ Mi’raj. Peristiwa penting dalam sejarah Islam ini merupakan tonggak kewajiban salat 5 waktu bagi muslim.

Isra’ Mi’raj merupakan sebuah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bersama malaikat Jibril melalui Masjidil haram Makkah, masjidil Aqsa, dan Palestina. Kemudian dilanjutkan menghadap Allah SWT dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha.

Peristiwa penting ini terjadi pada hari Jumat pertama di bulan Rajab. Keutamaan bulan Rajab yang satu ini menjadi pengingat umat muslim untuk meningkatkan ibadah salat.

10. Musuh dan Setan Dikutuk
Bulan Rajab memiliki nama lain yaitu Rajam (رجم) yang artinya melempar. pada bulan ini, musuh dan setan-setan dikutuk dan dilempari sehingga kiat mereka untuk menyakiti para wali dan orang-orang saleh menjadi gagal.

11. Derasnya Tetes Kebaikan
Keutamaan lainnya dari bulan rajab yaitu derasnya tetes kebaikan yang bisa didapatkan. Bulan ini bahkan diberi julukan Al-Ashabb yang berarti “yang mengucur atau menetes”.

12. Larangan Berperang
Keistimewaan bulan Rajab selanjutnya yaitu adanya larangan untuk berperang. Dijelaskan oleh Ustaz Adi Hidayat bahwa untuk menjaga kemuliaan bulan ini, umat di masa lalu tetap menghormati bulan ini dengan mengadakan perdamaian di antara suku-suku yang bertikai.

Bulan Rajab bahkan dijuluki Al-Ashamm atau “yang tuli” sebab pada bulan ini tidak terdengar gemerincing senjata pasukan perang. Maka dari itu, bulan Rajab dikenal pula dengan sebutan bulan yang damai.


Dokumentasi asli 17 agustus
Isi Teks Resolusi Jihad

Resolusi Jihad merupakan seruan atau fatwa yang dikeluarkan Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 22 Oktober 1945 yang ditulis oleh Pendiri NU sekaligus pendiri Pesantren Tebuireng Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Resolusi tersebut dikeluarkan atas keresahan kaum santri dan kiai karena Sekutu bersama NICA dan AFNEI ingin menjajah Indonesia kembali pasca kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, dan juga jawaban atas permintaan saran yang diajukan Bung Karno kepada Hadratusyaikh.

Fatwa itu diputuskan dalam Rapat Besar Konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura, pada 21-22 Oktober di Surabaya, Jawa Timur. Melalui konsul-konsul yang datang ke pertemuan tersebut, seruan ini kemudian disebarluakan ke seluruh lapisan pengikut NU khususnya dan umat Islam umumnya di seluruh pelosok Jawa dan Madura. 

Berikut ini adalah teks Resolusi Jihad NU sebagaimana pernah dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, edisi No. 26 tahun ke-I, Jumat Legi, 26 Oktober 1945:

Toentoetan Nahdlatoel Oelama kepada Pemerintah Repoeblik Soepaya mengambil tindakan jang sepadan Resoloesi wakil-wakil daerah Nahdlatoel Oelama Seloeroeh Djawa-Madoera

Bismillahirrochmanir Rochim
Resoloesi:

Rapat besar wakil-wakil daerah (Konsoel2) Perhimpoenan Nahdlatoel Oelama seloeroeh Djawa-Madoera pada tanggal 21-22 October 1945 di Soerabaja.
Mendengar :
Bahwa di tiap-tiap Daerah di seloeroeh Djawa-Madoera ternjata betapa besarnja hasrat Oemmat Islam dan ‘Alim Oelama di tempatnja masing-masing oentoek mempertahankan dan menegakkan AGAMA, KEDAOELATAN NEGARA REPOEBLIK INDONESIA MERDEKA.

Menimbang :

a. Bahwa oentoek mempertahankan dan menegakkan Negara Repoeblik Indonesia menurut hoekoem Agama Islam, termasoek sebagai satoe kewadjiban bagi tiap2 orang Islam.

b. Bahwa di Indonesia ini warga negaranja adalah sebagian besar terdiri dari Oemmat Islam.

Mengingat:

  1. Bahwa oleh fihak Belanda (NICA) dan Djepang jang datang dan berada di sini telah banjak sekali didjalankan kedjahatan dan kekedjaman jang menganggoe ketentraman oemoem.
  2. Bahwa semoea jang dilakoekan oleh mereka itu dengan maksoed melanggar kedaoelatan Negara Repoeblik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah di sini maka beberapa tempat telah terdjadi pertempoeran jang mengorbankan beberapa banjak djiwa manoesia.
  3. Bahwa pertempoeran2 itu sebagian besar telah dilakoekan oleh Oemmat Islam jang merasa wadjib menoeroet hoekoem Agamanja oentoek mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanja.
  4. Bahwa di dalam menghadapai sekalian kedjadian2 itoe perloe mendapat perintah dan toentoenan jang njata dari Pemerintah Repoeblik Indonesia jang sesoeai dengan kedjadian terseboet.

Memoetoeskan :

  1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Repoeblik Indonesia soepaja menentoekan soeatoe sikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap oesaha2 jang akan membahajakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia teroetama terhadap fihak Belanda dan kaki tangannja.
  2. Seoapaja memerintahkan melandjoetkan perdjoeangan bersifat “sabilillah” oentoek tegaknja Negara Repoeblik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.

Soerabaja, 22 Oktober 1945
NAHDLATOEL OELAMA

Sangat besar pengaruh fatwa Resolusi Jihad ini bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Sekejap, dari mulai cabang sampai ranting NU menjadi basis markas Hizbullah dan Sabilillah. Umat Islam tergerak untuk berangkat tak gentar dengan kematian yang setiap saat bisa menimpa mereka. Bahkan mereka merasa bangga mendapatkan predikat syahid sebab membela agama dan tanah air.

Fatwa ini juga mengilhami adanya peristiwa 10 November 1945. Tidak hanya itu, resolusi ini juga mendorong perjuangan mempertahankan kemerdekaan hingga empat tahun kemudian. Pertempuran demi pertempuran yang terjadi di daerah-daerah sangat mempengaruhi jalur diplomasi yang dilakukan elit pemerintahan Indonesia dengan pihak sekutu. Semisal dikuasainya Krian oleh sekutu, menjadikan perundingan Linggarjati tertunda. Dikuasainya Mojokerto dengan sangat alot, oleh sekutu, juga membuat perundingan Renville tertunda. Walaupun kedua perjanjian tersebut tetap dilakukan walau Krian dan Mojokerto tetap berhasil dikuasai.

Pesan dan isi Resolusi Jihad ini jelas dan tegas. Namun dalam penafsirannya, terutama melalui penyebarannya secara lisan, kadang-kadang memperoleh tekanan yang lebih keras dan luas. Seperti Fatwa bahwa kewajiban (fardhu ‘ain) bagi setiap muslim yang berada pada jarak radius 94 km untuk turut berjuang. Sedangkan yang berada di luar jarak itu berkewajiban (fardlu kifayah) untuk membantu saudara-saudara mereka yang berada dalam jarak radius tersebut. Kalau yang berada di radius 94 km tak kuasa membendung musuh, maka yang berada di luar radius itu, berubah hukumnya menjadi fardlu ‘ain ikut membantu.

Resolusi Jihad adalah bukti kontribusi NU, Kiai, dan santri dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dan dalam perjalannya pasca itu, santri dan kiai banyak memberikan warna tersendiri bagi sejarah perjalanan bangsa ini hingga sekarang.


Sumber: Resolusi Jihad “Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama Hingga Negara” karya Abdul Latif Bustami dkk dan Perjuangan Laskar Hizbullah karya Isno El Keyyis)

Penulis : M Wildan Musyaffa

3 Manfaat Muhasabah menurut Imam al-Ghazali



 Imam Abu Hamid al-Ghazali lahir di Thus, Khurasan, Iran pada tahun 450 H / 1058 M. Ia mendapat gelar Hujjatul Islam karena membela agama Islam dari berbagai aliran yang menyimpang. Ayahnya bernama Muhammad bin Ahmad, seorang tukang tenun yang miskin. Al-Ghazali memiliki seorang kakak laki-laki bernama Hamid yang meninggal saat masih kecil. Al-Ghazali sosok yang mumpuni dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, termasuk filsafat, teologi, tasawuf dan fikih. Tak kalah penting, Imam Ghazali dikenal juga sebagai ahli dan pakar dalam bidang tasawuf. Kitab Ihya Ulumuddin, yang merupakan magnum opusnya, menjadi rujukan berbagai kalangan, terutama santri dan pondok pesantren di Nusantara.

Di kitab Ihya Ulumuddin pula Imam Ghazali banyak membicarakan konsep muhasabah. Konsep muhasabah adalah kegiatan merenungkan dan menilai perbuatan yang telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbuatan baik dan buruk yang telah dilakukan, serta memahami niat dan tujuan dari perbuatan tersebut. Lebih dari itu, Imam Ghazali menjelaskan bahwa tujuan dari muhasabah adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Dengan menyadari kekurangan diri, seseorang akan termotivasi untuk memperbaiki diri dengan meningkatkan amal kebaikan dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Dengan demikian, seseorang akan dapat menghindari perbuatan yang tidak diridhai oleh Tuhan

اعلم أن العبد كما [ينبغي أن] يكون له وقت في أول النهار يشارط فيه نفسه على سبيل التوصية بالحق، فينبغي أن يكون له في آخر النهار ساعة يطالب فيها النفس ويحاسبها على جميع حركاتها وسكناتها، كما يفعل التجار في الدنيا مع الشركاء في آخر كل سنة أو شهر أو يوم حرصا منهم على الدنيا، وخوفا من أن يفوتهم منها ما لو

فاتهم لكانت الخيرة لهم في فواته

 Artinya: “Ketahuilah bahwa hamba, sebagaimana seharusnya memiliki waktu di awal hari untuk berjanji kepada dirinya sendiri untuk berpegang teguh pada kebenaran, maka seharusnya ia juga memiliki waktu di akhir hari untuk menuntut jiwanya dan memperhitungkannya atas semua gerak-geriknya dan diamnya, sebagaimana yang dilakukan oleh para pedagang di dunia dengan para mitra mereka di akhir setiap tahun, bulan, atau hari, karena kegigihan mereka terhadap dunia, dan karena takut jika mereka kehilangan sesuatu dari dunia yang jika mereka kehilangannya, itu akan lebih baik bagi mereka jika hilang.”

 … فكيف لا يحاسب العاقل نفسه فيما يتعلق به خطر الشقاوة والسعادة أبد الآباد ؟ ما هذه المساهلة إلا عن الغفلة والخذلان وقلة التوفيق نعوذ بالله من ذلك   “Maka bagaimana mungkin orang yang berakal tidak memperhitungkan dirinya sendiri dalam hal yang berkaitan dengan bahaya kesengsaraan dan kebahagiaan selamanya? Apa ini kemalasan kecuali karena kelalaian, kehinaan, dan sedikit taufik? Kita berlindung kepada Allah dari hal itu.”
Manfaat muhasabah atau introspeksi diri  Berdasarkan penjelasan Imam Ghazali ini, introspeksi diri penting dilakukan oleh setiap orang. Ada setidaknya 3 manfaat dari muhasabah bagi seorang Muslim.

Pertama, muhasabah dapat membantu untuk memperbaiki diri dan menjauhi perbuatan dosa.

Hal ini karena muhasabah adalah proses introspeksi diri, di mana kita merenungkan dan mengevaluasi perbuatan, sikap, dan kebiasaan sendiri. muhasabah dapat dilakukan setiap hari, di awal dan di akhir hari.  Di awal hari, kita dapat berjanji kepada diri sendiri untuk berpegang teguh pada kebenaran. Kita dapat menetapkan tujuan dan target yang ingin dicapai pada hari itu. Di akhir hari, kita dapat menuntut jiwa kita dan memperhitungkannya atas semua gerak-geriknya dan diamnya. Kita dapat meninjau kembali perbuatan kita selama hari itu, dan mengidentifikasi kesalahan atau kekurangan yang telah kita lakukan. Hal ini selaras dengan hadits Nabi Muhammad saw, yang menganjurkan seorang Muslim untuk introspeksi, kemudian memperbaiki diri. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, disebutkan bahwa orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Orang yang merugi adalah orang yang hari ini sama dengan hari kemarin. 
Sementara orang yang celaka adalah orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Hal ini berarti bahwa orang tersebut justru mundur atau mengalami kemunduran dalam dirinya. Simak sabda Rasulullah berikut: من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون.( رواه الحاكم)

 Artinya: “Barangsiapa hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan kemarin, maka ia merugi. Barangsiapa hari ini lebih buruk dari kemarin, maka ia terlaknat”. (HR. Al-Hakim).

Kedua, muhasabah akan menumbuhkan rasa tanggung jawab.

Kita sadar akan kewajiban di hadapan Allah, sesama manusia, dan diri sendiri yang terikat akan aturan agama. Melalui muhasabah, manusia mengerti bahwa hidup ini bermakna dan kelak kembali kepada Allah. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah dalam Q.S al-Hasyr [59] ayat 18

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” menjelaskan bahwa ayat ini mengajarkan kita untuk selalu berorientasi pada masa depan. Apa yang kita lakukan hari ini akan berdampak pada masa depan kita. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang baik dan menghindari hal-hal yang buruk.

 يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ في كل ما تأتون وما تذرون، وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ برة أو فاجرة ما قَدَّمَتْ لِغَدٍ، أي ما تريد أن تحصله ليوم القيامة فتفعله، وَاتَّقُوا اللَّهَ بأداء الواجبات وترك المعاصي، إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِما تَعْمَلُونَ (١٨) من الخير والشر، فلا تعملون عملا إلا كان بمرأى منه تعالى، ومسمع، فاستحيوا منه تعالى

 Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dalam segala hal yang kamu lakukan dan tinggalkan. Hendaklah setiap orang, baik yang saleh maupun yang jahat, memperhatikan apa yang telah ia persiapkan untuk hari esok. Artinya, apa yang ingin ia raih untuk hari kiamat, maka lakukanlah. Dan bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan. Sesungguhnya Allah Mahatahu apa yang kamu kerjakan, baik yang baik maupun yang buruk. Tidak ada satu pun perbuatan yang kamu lakukan kecuali berada di hadapan dan di pendengaran-Nya. Maka, malu lah kepada-Nya.”  

  Ketiga, muhasabah menjaga diri dari perbuatan maksiat.

 Orang-orang yang  selalu introspeksi, maka ia akan menjaga diri dari godaan dosa, yang kelak akan membahayakan diri di hari kiamat. Lebih dari itu, orang yang selalu bermuhasabah diri akan siap menjawab pertanyaan Allah swt dan akan mendapatkan akhirat yang baik. Sebaliknya, orang yang tidak introspeksi diri akan menyesal dan akan berdiri lama di padang mahsyar.

استدل بذلك أرباب البصائر أن الله تعالى لهم بالمرصاد ، وأنهم سيناقشون في الحساب ، ويطالبون بمثاقيل الذر من الخطرات واللحظات ، فتحققوا أنهم لا ينجيهم من هذه الأخطار إلا لزوم المحاسبة وصدق المراقبة ومطالبة النفس في الأنفاس والحركات ، ومحاسبتها في الخطرات واللحظات

 Artinya: “Dengan demikian, orang-orang yang memiliki pemahaman yang mendalam mengetahui bahwa Allah swt mengawasi mereka, dan bahwa mereka akan diadili dan dimintai pertanggung jawaban atas setiap gerak-gerik dan pikiran mereka, meskipun sekecil atom. Mereka menyadari bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka dari bahaya ini kecuali dengan selalu introspeksi, benar-benar menjaga diri dari godaan, menuntut diri sendiri dalam setiap tarikan napas dan gerakan, dan memperhitungkan diri sendiri dalam setiap pikiran dan momen.”

   . فمن حاسب نفسه قبل أن يحاسب خف في القيامة حسابه ، وحضر عند السؤال جوابه ، وحسن منقلبه ومآبه ، ومن لم يحاسب نفسه دامت حسراته ، وطالت في عرصات القيامة

 “Siapa pun yang introspeksi diri sebelum dihakimi, maka perhitungannya di hari kiamat akan menjadi lebih ringan, jawabannya akan siap ketika ditanya, dan akhir dan kembalinya akan menjadi baik. Siapa pun yang tidak introspeksi diri, maka penyesalan akan terus ada dalam dirinya, dan ia akan berdiri lama di padang mahsyar.  Dengan demikian, tujuan muhasabah adalah untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan. Muhasabah dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran diri akan kesalahan dan kekurangan, sehingga dapat menjadi motivasi untuk memperbaiki diri 

Cara Melakukan Muhasabah Diri

 cara melakukan muhasabah diri yaitu sebagai berikut:

1. Bersahabat dengan orang-orang saleh

Salah satu rezeki yang Allah SWT berikan kepada seorang muslim adalah dengan dikelilingi oleh sahabat yang saleh. Teman yang saleh dapat mengingatkan kekeliuran kamu. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:

“Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karenanya, ingatkanlah aku ketika diriku lupa” [HR. Bukhari]

Selain itu, dalam hadis juga disebutkan:

“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi diri seorang pemimpin/pejabat, maka Allah akan memberinya seorang pendamping/pembantu yang jujur yang akan mengingatkan jika dirinya lalai dan akan membantu jika dirinya ingat” [HR. Abu Dawud].

2. Tidak menutup diri dari masukan orang lain

Seseorang terkadang melakukan kesalahan yang tidak ia sadari. Dengan tidak menutup diri, seorang muslim dapat senantiasa mengevaluasi diri. Dalam suatu riwayat, Imam Bukhari menceritakan usul Umar kepada Abu Bakar RA dalam mengumpulkan Al Qur’an. Saat itu, Abu Bakar menolak usul tersebut namun Umar terus mendesak dan mengatakan bahwa hal itu adalah kebaikan. Akhirnya, Abu Bakar menerima usul tersebut dan mengatakan:

“Umar senantiasa membujukku untuk mengevaluasi pendapatku dalam permasalahan itu hingga Allah melapangkan hatiku dan aku pun berpendapat sebagaimana pendapat Umar” [HR. Bukhari]

3. Menyendiri untuk bermuhasabah

Menyediri untuk bermuhasabah tentunya inti dari muhasabah diri itu sendiri. Hal ini bisa kamu lakukan untuk mengevaluasi dan introspeksi diri. Diriwayatkan dari Umar bin Khathab, beliau mengatakan: 

“Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi]

Selain itu, dari Maimun bin Mihran, beliau berkata: 

“Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” [HR. Tirmidzi]

Editor: Alima sri sutami mukti