Sejarah NU (Nahdlatul Ulama), Ini Penjelasan Lengkapnya

 Sebagai Negara dengan penduduk beragama islam terbesar di dunia, Indonesia memiliki cerita tersendiri soal organisasi – organisasi islam yang berkembang. Termasuk kehadiran Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi islam terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dalam pengaruhnya bagi penganut islam di tanah air. Banyaknya perbedaan ideologi dan arah politik dalam agama di Indonesia, menjadi tanda munculnya sejarah NU yang lahir pada tanggal 31 Januari 1926 atas nama kaum tradisionalis dalam menanggapi fenomena yang ada di dalam dan luar negeri, khususnya di dunia Islam.

Pengertian Nahdlatul Ulama (NU)                                                                                                        

Lambang Nahdlatul Ulama diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah setelah  proses kontemplasi dan hasil doa istikharah Sebagai pemimpin Allah SWT. Nahdlatul Ulama lahir pada tanggal 31 Januari 1926 sebagai perwakilan ulama tradisionalis yang mendapat bimbingan ideologis dari Ahlus Sunnah wal jamaah, yakni tokoh- tokoh seperti K.H. Hasyim Asy’ari, K. H. Wahab Hasbullah dan para ulama lainnya ketika upaya reformasi mulai meluas. Meskipun terorganisir, mereka sudah memiliki hubungan yang sangat kuat. Perayaan  seperti haul, peringatan wafatnya seorang kyai, yang kemudian mengumpulkan masyarakat sekitar, para kyai dan mantan santrinya hingga sekarang masih dilakukan secara rutin di beberapa wilayah di tanah air.

Substansi dan Ideologi Nahdlatul Ulama (NU)

Dalam sejarah NU, penciptaan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan dengan dukungan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja). Ajaran ini bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma (keputusan ulama terdahulu). Qiyas  atau contoh kisah Al-Qur’an dan hadits menurut K.H. Mustofa Bisri memiliki tiga substansi di dalamnya, yakni sebagai berikut:

  1. Dalam bidang syariat Islam, sesuai dengan salah satu ajaran dari empat Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafiy, Hanbali), dan sebenarnya Kyai NU sangat taat kepada Syafi’i. “Saya sekolah
  2. Dari perspektif tauhid (ketuhanan), saya akan mengikuti ajaran Imam Abu Hasan Almaty Ali dan Imam Abu Mansur Al Maturidi
  3. Dasar-dasar Imam Abu Qosim Al Junaidi di bidang tasawuf Proses mengintegrasikan ide-ide Sunni berkembang. Cara berpikir Sunni di bidang ketuhanan bersifat eklektik: memilih  pendapat yang benar. Hasan al-Bashri seorang tokoh Sunni  terkemuka dalam masalah Qodariyah dan Qadariyah mengenai personel, memilih pandangan Qadariyah. Pendapat bahwa pelaku adalah kufur dan hanya keyakinannya yang masih tersisa (fasiq). Apa ide yang dikembangkan oleh Hasan AL Basri Belakangan justru direduksi menjadi gagasan Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Menurut Muhammad Abu Zahrah Islam memiliki dua bentuk utama, yakni praktis dan teoritis. Perbedaan tersebut justru terlihat pada kelompok-kelompok seperti  Ali bin Abi Thalib, Khawarij, dan Muawiyah. Bentuk keberatan kedua  dalam Islam bersifat  teoritis ilmiah, seperti  dalam kasus “Aqidah dan Penuh” (Fikhu). Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai salah satu aliran batin Islam tentunya memiliki nuansa politik dan sangat kental pada saat kelahirannya. Namun dalam perkembangan wacananya juga merambah bidang-bidang seperti Aqidah, hukum Islam, tasawuf, dan politik.

Untuk ideologi ahlussunnah wal jamaah lahir karena alasan yang sangat mendasar. Kekuatan penguasa kolonial Belanda untuk menghancurkan potensi Islam telah menumbuhkan rasa tanggung jawab di kalangan ulama untuk menjaga kemurnian dan keutuhan ajaran Islam. Selain itu ada pula rasa tanggung jawab  ulama sebagai pemimpin yang memperjuangkan kemerdekaan dan dibebaskan dari belenggu penjajahan. Ulama juga memiliki rasa tanggung jawab  untuk menjaga kedamaian bangsa Indonesia.

Fase Perkembangan NU

Tidak semua sejarah bangsa Indonesia dijelaskan pada fase- fase abad ke-19 hingga sekarang yang merupakan proses pengujian dan antitesis. Misalnya, pada masa gerakan kemerdekaan, ada tiga kelompok kekuatan yang berkembang secara bersamaan. Munculnya elite baru sebagai aliran Belanda disertai dengan dua gerakan yang bersumber dari Islam, yakni “Islam modern” dan “Islam tradisional”. Pada tahap ini, modernisasi Islam untuk berbagai agama mulai menyebar dan diterima secara luas di hampir semua kota besar di Indonesia, termasuk desa- desa kecil di pelosok Indonesia.

Sejak awal 1980-an sebelum berdirinya jam’iyah Nahdlatul Ulama pada tahun 1926, Kay H. Hasyim Asyari melarang salah satu muridnya yang paling cerdas, KH. Wahab Hasbullah untuk berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan dan sosial keagamaan Kelompok Modernisasi Islam. Tampaknya pemikiran Islam modern tentang gerakan Muhammadiyah tidak terpengaruh sampai kematian pendiri Muhammadiyah Kyai H. Ahmad Dahlan pada tahun 1923. Idealisme paling mendasar dari Islam tradisional adalah pada tahap awal gerakan Islam modern, yakni adanya tekanan yang ditempatkan pada revitalisasi sosial, ekonomi dan politik. Mungkin itu sebabnya gerakan itu tidak dianggap sebagai ancaman bagi posisi para pemimpin Islam tradisional.

Pada awal abad 20 dalam  waktu 10 tahun dengan dukungan  Kyai dan Ulama, Kyai Abdul Wahab Hasbro menyelenggarakan Islam tradisional dan didirikan pada tahun 1912 di Surakarta oleh Ikatan Pedagang Muslim. Ia juga aktif dalam Syarikat Islam (SI). Dari Pada tahun 1916, Kyai Wahab mendirikan  madrasah yang berbasis di Surabaya bernama Nahdl di Batam. Orang tuanya adalah Kyai Wahab Hasbullah dan Kyai H. Mas Mansyur.

Peningkatan luar biasa terjadi untuk jumlah anggota organisasi Islam pada akhir 1920-an terutama disebabkan peran Kyai yang memobilisasi waktu secara ideologis pada organisasi- organisasi Islam. Setelah gerakan Muhammadiyah berdiri pada  tahun 1912 dan sepeninggal Kyai H. Ahmad Daran, sering  terjadi perdebatan di kalangan Kyai- Kyai. Para pimpinan dan ulama pondok pesantren mendukung gerakan Muhammadiyah yang menangani berbagai aspek keislaman. Forum utama untuk diskusi ini adalah organisasi Taswirul Afkar di Surabaya dibawah pimpinan Kyai H. Wahab Hasbullah, Kyai H.

Dalam acara tersebut ada Mas Mansoer, Kyai H. Hasyim Ashari, Kyai KH. Bisri Syamsuri (keduanya dari Jombang), Kyai Lidowan (Semarang), Kyai Nawawi (Pasuruan),  Kyai Abdul Aziz (Surabaya) dan sebagainya. Keputusan yang diambil dalam rapat tersebut adalah sebagai berikut ini:

  1. Pengiriman delegasi dari Kongres Dunia Islam ke Mekah Perjuangkan Ibn Saud sesuai hukum Madzhab 4 (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali) Perlindungan dan kebebasan dalam bidang pertanggungjawaban
  2. Pembentukan (kebangkitan) Jamiya yang disebut Nahdlatul Ulama Cendekiawan bertujuan untuk menegakkan penegakan hukum Islam di bawah salah satu dari empat sekolah

Namun, kedua kelompok ini pada umumnya mendukung kegiatan Sarekat Islam karena organisasi tersebut tidak membahas masalah- masalah yang berkaitan dengan asimilasi konsep- konsep yang berkaitan dengan keagamaan.  Syarikat Islam lebih tertarik pada kegiatan politik dan tujuan umumnya adalah untuk menyatukan kelompok- kelompok Islam Indonesia, sehingga penekanannya adalah menghindari perbedaan pendapat tentang detail praktik keagamaan.

Pada bulan Februari 1923, Persatuan Islam (dikenal dengan singkatan Persis) didirikan di Mapan Bandung. Sejak saat itu para anggotanya mulai mengungkapkan pandangan tanpa kompromi, yang ditunjukkan dalam semangat Islam tradisional. Pada saat yang sama, persatuan Islam dapat memenangkan empati banyak intelektual Islam. Buah semangat Persis (Masyarakat Islam) memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembentukan ideologi keagamaan dalam masyarakat Islam sejak tahun 1923, termasuk perjalanan sejarah NU.

Selama Konferensi Islam ke-4 di Bandung Pada Februari 1926, Parlemen hampir sepenuhnya didominasi oleh para pemimpin organisasi Islam modern. Mereka menyetujui usulan para pemimpin Islam tradisional untuk melestarikan praktik keagamaan tradisional, termasuk pelestarian Mazhab, makam Nabi dan makam empat sahabat Medina. Alhasil, Kyai dan Ulama diajar langsung oleh Kyai H. Hasyim Asy’ari sangat mengkritik Islam modern dan telah mendirikan Jam’iyah Nahdlatul Ulama sebagai medan pertempuran bagi para pemimpin Islam tradisional sejak didirikan pada tahun 1926.

Tujuan Berdirinya NU

Pengaruh Nahdlatul Ulama sangat besar di kalangan Kyai dan Ulama di Jawa bagian timur dan tengah, serta masyarakat umum. Seperti statuta Nahdlatul Ulama. Perumusan Pada tahun 1927, organisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat kesetiaan Islam kepada salah satu dari empat Madzhab dan untuk melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi para anggotanya sesuai dengan ajaran Islam. Kegiatan utama organisasi NU adalah sebagai berikut.

  1. Memperkuat persatuan Diantara sesama ulama yang masih setia pada ajaran mazhab
  2. Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis buku yang diajarkan oleh lembaga pendidikan Islam
  3. Penyebarluasan ajaran Islam atas permintaan empat Madzhab
  4. Meningkatkan jumlah Madrasah dan Organisasi
  5. Mendukung pembangunan Masjid, Langgar dan Pesantren
  6. Membantu anak yatim  dan fakir miskin.

Perkembangan NU di Indonesia

Berdasarkan sejarah NU, organisasi islam terbesar di Indoneisa ini telah memantapkan dirinya sebagai pengawas tradisi dengan mempertahankan ajaran empat mazhab Syafi’i, yang diterima oleh sebagian besar umat Islam di seluruh tanah air. Selain itu, NU memberikan perhatian khusus pada bidang- bidang yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, seperti kehidupan  pemilik tanah dan para pedagang.

Sebenarnya, Nahdlatul Ulama, salah satu organisasi masyarakat (ormas) terbesar di Indonesia dari komunitas Islam yang ada sejak kelahirannya di tahun 70-an. Selain itu NU juga selalu menekankan pentingnya menjaga dan menghormati kekayaan budaya nusantara. Terinspirasi dari tipikal tudingan terhadap Wali Songo yang berhasil “menghubungkan” bidang agama (Islam) dengan wilayah budaya. Dalam praktiknya NU berwajah familiar atau muda, sebagaimana diakui oleh seluruh masyarakat.

Untuk menghindari pendekatan negatif memerlukan dorongan dari dua hal yang sangat dibutuhkan dalam konteks pluralisme, yakni: Pertama, melekatnya identitas nasional karena mereka mengikuti jalur budaya dengan karakter pluralistic. Komunitas budaya jarang merasa bahwa keberadaan mereka secara langsung atau tidak langsung terancam. Dari sinilah  muncul aturan hukum Islam “al`adah muhakkamah”.

Ini memberikan peluang besar untuk mengubah tradisi apa pun menjadi bagian dari hukum Islam. Kecuali ibadah Mahdah, seperti shalat atau puasa, kegiatan budaya sangat mungkin dianggap sebagai kegiatan yang dipaksakan secara agama jika  berperan dalam mendukung prinsip-prinsip Islam. Dan setidak-tidaknya kegiatan budaya tersebut tidak  dilarang kecuali mengganggu kemanfaatannya.

Oleh karena itu, kehormatan Islam di Indonesia  selalu didukung dengan cara yang dapat diterima oleh kelompok lain, meskipun secara statistik dikategorikan mayoritas, dan tidak dipaksakan oleh kepentingan masyarakat dan penindasan atau penolakan keberadaannya. Langkah-langkah ini dapat sangat membantu dalam mendukung upaya untuk memantapkan identitas nasional bersama.

Kedua, Pengembangan nilai- nilai kemanusiaan yang tidak bisa dipungkiri bahwa kemunculan Islam yang toleran secara tidak langsung  berdampak positif terhadap upaya penegakan nilai-nilai kemanusiaan jika dibandingkan dengan sikap tegas beragama yang dapat membahayakan hak asasi manusia. Mudah memicu kekerasan agama dari keringnya keterlibatan Islam yang  memonopoli kebenaran dan menunjukkan kelemahan iman. Toleransi, di sisi lain, tampaknya menjadi bukti keutuhan pemahaman agama, yang diyakini  menjadi berkah bagi semua.

Pada akhirnya, sikap pemaaf yang muncul dari  kesadaran untuk memahami perbedaan dan keragaman budaya merupakan salah satu landasan kokoh dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku yang lebih peka terhadap nilai- nilai kemanusiaan. Jadi orang tidak Seharusnya diperlakukan secara manusiawi hanya karena mereka adalah Muslim, tetapi didasarkan pada pemahaman bahwa nilai- nilai kemanusiaan adalah milik semua orang.

Nahdlatul Ulama  menjadikan dirinya sebagai organisasi sosiologis dan keagamaan dalam menjawab permasalahan bangsa. Bukan seluruh  sejarah negara Indonesia, Nahdlatul Ulama telah melalui tahap yang berkembang dari akhir abad ke-19 hingga saat ini. Ini adalah proses pengujian dan antitesis. Pada masa pergerakan kemerdekaan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tingkat berikutnya untuk menelusuri dan memahami sejarah NU yang panjang dan sangat berpengaruh pada perkembangan Negara Indonesia pulau. Berikut ini fase atau kondisi organisasi Nu dan kaitannya dengan Indonesia dalam sejarah NU:

1. Nahdlatul Ulama Sebelum Kemerdekaan 

Sebelum kemerdekaan, Nahdlatul Ulama berkembang sebagai organisasi yang disegani oleh penjajah. Sangat memungkinkan kekuatan Ulama dan anggota NU untuk menjembatani kepentingan Islam dan negara Indonesia saat itu yang telah menjadi pilar pengantar  lahirnya negara kesatuan Republik Indonesia.

2. Nahdlatul Ulama Di masa kemerdekaan 

  • Periode Orde Lama –NU memutuskan  menjadi partai politik semata-mata karena berkonfrontasi dengan Komunis. Kekuatan komunisme sebagai partai politik membutuhkan pola yang sama. Nahdlatul Ulama  akhirnya mampu mempertahankan dasar Pancasila dengan suara lantang.
  • Masa Orde Baru –Karena kebijakan pemerintah yang kuat, posisi NU adalah Ulama, bersama kelompok Islam lainnya, kembali sebagai kelompok sosiologis dan religious, kemudian sepakat untuk membentuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Secara sosial merupakan kepedulian Nafatur Utama dan secara politik merupakan partai Nahdlatul Ulama.
  • Masa Reformasi Pada masa reformasi –Pola politik NU mulai berubah. NU telah sepakat untuk kembali ke Khittah. Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi yang murni sosiologis dan religius, menjaga jarak dengan partai politik yang ada. Oleh karena itu, Nahdlatul Ulama bukan milik siapa pun, melainkan milik potensi negara Indonesia.

Nahdlatul Ulama sebenarnya berdiri dalam sejarahnya sebagai bentuk reaksi eksternal (gerakan pemurnian). Dan berdirinya organisasi ini tidak terlepas dari peran Kyai, wakil utama kelompok Islam tradisionalis, dan komunitas Pesantrennya. Nahdlatul Ulama mengacu pada salah satu Imam Mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanabari) dan merupakan organisasi keagamaan yang melayani negara, negara bagian dan Muslim.

Nah, itulah penjelasan tentang sejarah NU dan kaitannya dengan perkembangan kondisi Indonesia, termasuk ajaran agama islam. Sebagai salah satu organisasi islam besar di Indonesia, Grameds pasti sudah tidak asing lagi dengan ormas yang satu ini. Dalam praktiknya mungkin kita masih kesulitan membedakan organisasi islam ini dengan lainnya dalam melakukan amalan agama islam. Dari situlah sebenarnya dapat menjadi ciri khas masing- masing aliran dalam melakukan ibadah.

Editor: Alima sri sutami mukti

HAUL MASYAYIKH

AL-MUSRI’ XXIV

Pada tanggal 22 januari sampai tanggal 26 januari tahun 2024 Yayasan Miftahulhuda Al-Musri’ mengadakan agenda acara tahunan yaitu Haul pendiri Yayasan  Miftahulhuda Al-Musri’ beserta istri dan putra-putra nya, dan adapun yang di haulkan Mama Kh. Ahmad Faqih ke-24, Umi Hj. Juhaenah ke-74, Umi Hj. Siti Qoni’ah ke-34  Umi Hj. Siti Maryam ke-02, Kh. Zaenal Musthofa ke-20,  Kh. Hilman Abdurrohman ke-03, Kh. Ade Manshur Shomad ke-11, Ang Habibul Mannan ke-28.

Acara Haul tersebut dimulai hari senin , untuk hari senin dengan pengunjung atau peziarahnya warga terdekat, namun santri juga sudah mulai mengaji qur’an di maqbaroh para masyayikh Al-Musri’ dengan jadwal yang telah ditentukan oleh biro ta’mirul masjid.

Adapun pra acara haul semua pihak yang bersangkutan, contoh biro keamanan yang telah di jauh2 hari mempersiapkan stand untuk para pedagang yang kurang lebih 60 stand untuk para pedangan yang telah disediakan oleh pihak keamanan dan disamping itu juga pihak keamanan yang senantiasa menjadi bagian parkir di acara haul tersebut.

Dan juga biro akomodasi yang biasa disebut bagian peralatan atau pelistrikan di acara haul tersebut juga telah mempersiapkan dari jauh – jauh hari. Dan biro-biro lainnya. Bagian dana usaha juga sangat-sangat berantusias untuk mencari dana yang lumayan besar nominalnya dan juga dibantu oleh tiap alumni / muqimin di kordanya masing-masing.

Dan acara malam kamis diisi dengan acara ataqoh sugro yang diikuti oleh santriyin dan santriyat Miftahulhuda Al-Musri’ yang dilaksanakan di mesjid al-hidayah ,  dan puncak haul tersebut di selenggarakan pada malam jum’at tanggal 25 januari 2024, adapun beberapa acara yang dilangsungkan ketika acara puncak tersebut yang di hadiri para pezairin dan pezairot dari berbagai macan kabupaten.

Pada waktu hari kamis sore berlangsungnya acara rapat para jam’iyyatul muqimin Al-Musri’ Pusat Yang dilaksanakan di kantor jam’iyyah yang berlokasikan tidak jauh dari gerbang madinatul ilmi yang biasa disebut dengan nama gerbang jam’iyyah.

Acara puncak haul tersebut diisi oleh para caleg yang di usung oleh Al-Musri’ Dan juga Tabligh Akbar Oleh Buya Umar Tamim yang dilaksanakan di mesjid Al-hidayah juga, karena memang panggung utama berlokasi di mesjid Al-hidayah , Kenapa acara puncak haul tersebut berlokasi di mesjid Al-Hidayah? Jawabannya : Mesjid Al-Hidayah adalah mesjid pertama yang berada di Miftahulhuda Al-Musri’ dan juga mesjid tempat ibadah nya para masyayikh Al-Musri’ sewaktu hidupnya.

Dan acara jum’at pagi diisi oleh pengajian ibu-ibu dan acara tabligh akbar oleh mubalighoh kondan yaitu alumni pondok pesantren Al-Musri’ yang bernama Ustd. H.J Sri Awaliah Juz’iyah dan Juga Ustd. Cucu Rosmiati Yang biasa dikenal dengan H.J Ummu Syakier Dan Ambu Cantik. Acara tersebut dihadiri oleh ibu-ibu pengajian rutin yang dilaksanakan pada hari jum’at dan juga para alumni perempuan atau muqimat.

Acara haul para masyayikh Al-Musri’ ditutup dengan acara haelalah wadzifah toriqoh tijani pada hari jum’at pada jam 14:00 sampai selesai  bertempatan di gedung aula Al-faqih .

Penulis : Ridwan Fauzi

Haul Para Masyaikh Pondok Pesantren Miftahulhuda Al Musri’

   Pada tanggal 20 -­ 26 januari 2024  Di Pondok pesantren Miftahulhuda al musri, di selengarakan nya haul para Masyaikh di antaranya :

 haul pendiri pondok pesantren  Miftahulhuda almusri   Mama K.H Ahmad faqih yang ke  24 

 Umi H.J  Juhaenah  yang ke 72

Umi H.J  Siti Qoniah yang ke 34

Umi H.J Siti Maryam yang ke 2

 Aa K.H  Zaenal Mustofa  yang ke 20

Apa K.H Hilman abdurrohman yang ke 3

Akang  K.H Ade mansur somad yang ke  11

Dengan di laksanakannya haul  para Masyaikh ini kita bisa banyak  mengambil hikmah, dan di antara hikmah – Hikmah nya adalah :

Pertama adalah lil istighfar yang artinya memohon ampunan kepada Allah swt dengan membacakan doa serta meminta rahmat untuk diri kita dan para guru, khususnya guru yang sedang diperingati haulnya.

“Tujuannya lil istighfar meminta ampunan kepada Allah swt, meminta curahan rahmat , khususnya  kepada para almarhum Masyaikh  Pondok Pesantren  Miftahulhuda al musri’, juga kepada guru-guru kita dan kiyai-kiyai kita,”  

Hikmah kedua yaitu lil istidzkar, artinya melalui forum haul, kita yang masih hidup bisa meneladani dengan mengenang perjanan hidup dan mengingat kembali kebaikan-kebaikan yang dilakukan almarhum.

Ketiga adalah lil istijma’, yakni agar dikumpulkan bersama para guru dan ulama, yang sedang diperingati haulnya. “Semoga kita dipertemukan dan dikumpulkan dengan para kekasih dan guru, khususnya bersama  para Masyaikh pondok pesantren Miftahulhuda al musri’. Sebuah kebanggan bagi kaum muslimin apabila dapat dipertemukan kembali dengan orang yang diidolakan, terlebih bisa bertemu dengan Nabi Muhammad saw, untuk ikut dibarisanya dan mendapatkan syafaatnya,”

    Dalam suatu acara, apalagi acara besar seperti ini yang pasti di kunjungi banyak orang bahkan ribuan orang pasti harus ada persiapan yang matang ,  para santri dan para guru  pondok pesantren Miftahulhuda al musri’ sebelum di laksanakan acara haul ini membentuk sebuah panitia untuk keberhasilan terselengaranya haul ini  adapun persiapan para panitia di antaranya:

  1. Ketua panitia : mengurus dan memastikan seluruh persiapan lancar sampai tiba waktunya.
  2. Dana usaha : mengurus dan melakukan pengajuan dana Haul kepada orang tua santri, muqimin, beberapa Majlis Ta’lim, dan donatur lainnya.
  3. Bendahara : mengurus keuangan acara Haul secara keseluruhan.
  4. Penerima tamu : mempersiapkan berbagai tempat serta perlengkapan yang akan dibutuhkan oleh para tamu nanti.
  5. Sekretaris : membuat ID card panitia dan name tag.
  6. Dokumentasi : menyiapkan live stream, membuat banner, spanduk, juga informasi seputar Haul.
  7. Al-Qur’an : mengurus air barokah serta kegiatan baca Al-Qur’an yang sudah dimulai sejak hari kemarin oleh para santri di masjid dan maqbaroh.
  8. Kebersihan : melakukan pembersihan di seluruh lingkungan pesantren.
  9. Keamanan : membuat cadar dan ID card khusus untuk santri putri jika kelak saat acara keluar dari batas komplek yang ditentukan, membuat stand berdagang, stand penerima tamu, stand kesehatan, stand keamanan, juga mengatur jalur keluar-masuk.
  10. Publikasi
  11. Kesehatan : menyiapkan berbagai alat kesehatan dan obat-obatan.
  12. Peralatan : menyiapkan dan membersihkan barang-barang yang akan digunakan, memasang auning, panggung, dan mengatur kabel listrik.
  13. Konsumsi : menyiapkan tempat, berbagai perabot, dan kebutuhan konsumsi lainnya
  14. Srikandi : menjaga keamanan para tamu .

Para  santri pondok pesantren Miftahul huda al musri’ , seminggu sebelum  haul, biro Al quran menyelangaran air barokah yang mana para santri membaca al quran yang alhamdulilah telah menghatamkan  sebanyak 163 kali dan yasin 2612 kali

Dan  dalam haul kali ini kelas 2 tsanawiyah yang dinamai ALFATIHULIMAUGLIKO dan IPPNU ikut berpartisipasi dalam berdagang, begitu antusias nya mereka dalam berpartisipasi dalam haul kali ini dari pagi sampai malam mereka berdagang dengan berbagai macam jajanan yang begitu mengiurkan,mulai dari para santri ,pengunjung bahkan sampai para guru banyak yang mengunjungi dagangan mereka.

dalam haul akan  diadakan nya Tablig akbar dan Ataqoh .Apa itu Ataqoh ?( dzikir penebus dosa diri sendiri atau orang lain dari siksaan Alloh)

Diterangkan dalam hadits dari Siti Aisyah:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قاَلَ لاَإِلهَ اِلاَّاللهُ اَحَدَ وَسَبْعِيْنَ اَلْفًا اِشْتَرَى بِهِ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَكَذَا فَعَلَهُ لِغَيْرهِ.(خزينة الاسرا 1884)

Diriwayatkan dari Aisyah ra. Ia berkata; Rasulullah bersabda: barang siapa yang membaca laa ilaaha illah sebanyak tujuh puluh satu ribu maka berarti ia menebus (siksaan) dengan bacaan tersebut dari Allah ‘Azza Wajalla dan begitu juga hal ini bisa dilakukan untuk orang lain. (Khazinah al-Asrar, hal.188)

pada tanggal 25 -26 dilaksanakan nya Ataqoh Sugro dan Ataqoh kubro yang di pimpin oleh para guru pondok pesantren Miftahul huda al musri’  dan di ikuti oleh seluruh santri dan para penziarah

dan di akhir acara para santri, alumni, dan Para penziarah , memberikan kesan dan pesan nya tersendiri atas acara haul pada tahun ini

santri “saya sangat bangga menjadi santri Mama K.H Ahmad Faqih,meskipun saya belum pernah menggalami belajar secara langsung dengan beliau tapi saya yakin akan kebarokahan dan doa beliau sellau  mengalir untuk para santri nya,

panitia alhamdulilah saya bisa berpartisipasi dalam acara Haul tahun ini yang mana  lebih meriah dari pada sebelumnya. Mengadakan berbagai hal baru, bertambah banyaknya para pedagang, semakin banyak pengunjung setiap harinya, banyak sekali alumni dan santri dari pesantren lain yang hadir, bahkan pengunjung yang tidak pernah mondok pun tertarik untuk berziarah dengan menghadiri acara ini.

Orang tua santri: “Alhamdulillah bisa mengikuti acara Haul tahun ini yang sangat luar biasa meriah dan penuh berkah

Mama KH. Ahmad Faqih adalah seorang ulama yang luar biasa sehingga dapat mendirikan pondok pesantren dengan santri yang juga luar biasa. Oleh karena itu, saya menitipkan anak saya mondok di Al-Musri’. Mudah-mudahan dia bisa menjadi penerus para ulama.”

 Pengunjung “  Alhamdulilah saya bisa menghadiri haul para masyaikh pondok pesantren Miftahul huda al musri meskipun berdesak desakan tapi saya senang bisa menziarahi makam para guru almusri

Pedagang dari kelas Alfatihulimaugliqo”    alhamdulilah dengan ikut berpartisipasi nya dalam berdagang di haul Mama saya dan teman teman saya jadi lebih banyak pengalaman dan kereatifitas karna santri itu tidak harus hanya bisa ngaji tapi juga harus punya keahlian

Dan saya sangat bangga bisa menjadi santri beliau  

Alumnisaya sangat bersyukur haul mama semakin kesini semakin banyak para penziarah , Mama adalah seorang ulama yang luar biasa dan bisa mencetak santri yang luar biasa juga.

Betapa agung jasa dan pengorbanan Pendiri pondok pesantren Miftahulhuda Al-Musri’, hingga ribuan pengunjung pun berantusias menghadiri acara ini dengan tujuan berziarah ke makam beliau juga sekaligus bersilaturahmi baik kepada para guru maupun antara alumni.

Pewarta: Alima sri sutami mukti

Kisah Al-Jahidz Al-Kinani, Sastrawan Kutu Buku Sampai Akhir Hayat


Al-Jahidz adalah salah satu ulama dan ilmuwan Muslim paling berpengaruh di dunia Islam. Nama panjangnya Abu Utsman ibn Bahr al-Kinani al-Basri. Ia lahir di Basra, Irak, pada tahun 163 H. Sejak masa kanak-kanak, Al-Jahidz sudah menunjukkan ketertarikannya pada ilmu pengetahuan.  Tak heran, sebab Al-Jahidz adalah sosok yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia gemar belajar, membaca, dan menulis. Buku-buku bacaannya sangat banyak dan beragam, terbukti dari luasnya pengetahuan dan wawasannya.  Al-Jahidz tumbuh pada masa ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam sedang berkembang pesat. Banyak ulama dan ilmuwan Muslim yang lahir dari kalangan rakyat biasa, termasuk Al-Jahidz. Ia belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan dari para tokoh-tokoh pada masanya, seperti bahasa, sastra, sejarah, politik, akhlak, bahkan biologi tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Dalam Kitab Siyar A’lam an-Nubala, Jilid 11 halaman 527, karya Syamsuddin Az zahabi, disebutkan ketika meninggal dunia, Al-Jahidz sudah ratusan kitab dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Salah satu karya fenomenalnya yang masih menjadi rujukan adalah kitab Al-Bayan wa At-Tabyin. Kitab ini menyajikan tema-tema sastra Arab, seperti gaya bahasa, retorika, dan puisi.  selain itu, ada pula kitab Al-Hayawan sebanyak 7 jilid. Kitab ini menyajikan penjelasan mengenai lebih dari 350 spesies hewan. Buku ini menjadi rujukan dalam ilmu zoology, yaitu ilmu tentang kehidupan binatang. Dari karya yang kedua inilah, ia dikenal sebagai bapak zoology Arab.

Nasihat Al Jahidz tentang cinta Al-Jahiz, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Siyar A’lam an-Nubala, Jilid 11 halaman 527 menyampaikan nasihat dalam salah satu karyanya tentang pentingnya cinta. Al-Jahiz mengatakan bahwa manfaat yang dirasakan oleh seseorang akan menimbulkan rasa senang dan bahagia. Hal ini akan membuat orang tersebut merasa dihargai dan dihormati. Rasa senang dan bahagia tersebut akan menimbulkan perasaan cinta dan kasih sayang terhadap orang atau hal yang memberikan manfaat tersebut. Sebaliknya, kerugian yang dialami oleh seseorang akan menimbulkan rasa sedih dan kecewa. Hal ini akan membuat orang tersebut merasa tidak dihargai dan dihormati. Rasa sedih dan kecewa tersebut akan menimbulkan perasaan benci dan dendam terhadap orang atau hal yang menyebabkan kerugian tersebut. Ia berkata:   المنفعة توجب المحبة, والمضرة توجب البغضة ، والمضادة عداوة ، والأمانة طمأنينة ، وخلاف الهوى يوجب الاستثقال ، ومتابعته توجب الألفة . العدل يوجب اجتماع القلوب ، والجور يوجب الفرقة . حسن الخلق أنس ، والانقباض وحشة . التكبر مقت ، والتواضع مقة ، الجود يوجب الحمد ، والبخل يوجب الذم ، التواني يوجب الحسرة ، والحزم يوجب السرور ، والتغرير ندامة ،  Artinya: “Manfaat menimbulkan cinta, kerugian menimbulkan kebencian, kontroversi menimbulkan permusuhan, amanah menimbulkan ketenangan, melawan hawa nafsu menimbulkan beban, mengikutinya menimbulkan keakraban. Keadilan menimbulkan persatuan hati, kezaliman menimbulkan perpecahan. Akhlak yang baik menimbulkan kegembiraan, dan penyusutan menimbulkan kegelisahan. Kesombongan menimbulkan kebencian, kerendahan hati menimbulkan kebencian, kemurahan hati menimbulkan pujian, dan kekikiran menimbulkan celaan. Kelambanan menimbulkan penyesalan, ketegasan menimbulkan kegembiraan, dan penipuan menimbulkan penyesalan. “

Sosok yang mencintai ilmu pengetahuan Tak bisa dipungkiri, Al-Jahidz adalah sosok yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, yang telah menulis lebih dari 200 karya dalam lintas disiplin ilmu pengetahuan. Terkadang saking cintanya pada ilmu dan belajar, ia sering lupa diri.

Dikisahkan sebuah kejadian aneh yang dialami oleh al-Jahiz, bahwa dia pernah lupa akan kuniyah [nama panggilan] sendiri selama tiga hari. Hal ini menunjukkan betapa al-Jahiz tenggelam dalam dunia pemikiran dan ilmu pengetahuan. Dia bahkan lupa akan hal-hal yang remeh, seperti kuniyahnya sendiri, yang julukannya Abu Utsman. Di kisah yang lain, sebagaimana dikatakan oleh Syekh Muhammad Amin al-Shinqiti, seorang mufassir besar kontemporer bahwa karena kesibukan Al-Jahidz menuntut ilmu telah memisahkan dirinya dari memikirkan hal-hal yang remeh-temeh hingga membuatnya terpisah dari kehidupan masyarakat. 

Meninggal ditimpa kitab Terkait kematiannnya, para sejarawan berbeda pendapat. Pendapat yang masyhur mengatakan bahwa Al-Jahidz meninggal pada tahun 255 H di Baghdad, Iraq. Ia meninggal dunia karena tertimpa koleksi buku-bukunya yang menumpuk saat ia belajar. Hal ini wajar, karena Al-Jahidz memang dikenal sebagai seorang kutu buku yang rajin membaca. Buku-bukunya sangat banyak dan ditumpuk dalam satu tempat hingga menjulang tinggi. Sementara itu, pendapat lain yang menyebutkan bahwa Al-Jahidz meninggal karena terkena penyakit lumpuh yang juga tidak dapat dibantah. Hal ini karena Al-Jahidz memang pernah menderita penyakit tersebut pada akhir hidupnya. Namun, pendapat ini kurang didukung oleh sumber-sumber sejarah. Jadi, penyebab pasti kematian Al-Jahidz kendati ada perbedaan pendapat di tengah ulama. Namun, pendapat yang menyebutkan bahwa ia meninggal karena tertimpa koleksi buku-bukunya yang menumpuk saat ia belajar adalah pendapat yang lebih kuat. Pendapat ini didukung oleh beberapa sumber sejarah dan juga oleh fakta bahwa Al-Jahidz memang dikenal sebagai seorang kutu buku yang rajin membaca.


Editor: Alima sri sutami mukti


Dalil dan Hikmah Tradisi Haul

Masyarakat Islam ahlussunnah wal jamaah di Indonesia, khususnya  Nahdlatul Ulama sudah sangat sering mengadakan tradisi yang bernama haul setiap tahunnya. Haul sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti satu tahun. 

Tradisi haul juga sangat beragam dalam pelaksanaannya. Ada yang bersifat keluarga, pondok pesantren, dan haul umum. 

Haul yang bersifat keluarga ini lingkupannya sangat kecil, karena hanya sebatas kampung atau desa.

Biasanya juga, yang meninggal masyarakat umum biasa, sehingga keluarga hanya memperingatinya sekedar mengundang masyarakat satu kampung untuk berdoa bersama di rumahnya. 

Sedangkan haul di pondok pesantren, lingkupnya akan sedikit meluas. Apalagi pesantren yang sudah sangat lama, dan pendirinya sudah wafat sejak lama juga. 

Karena mengingat, pesantren merupakan sumber dari ajaran agama Islam, yang mungkin kiyai dan pesantrennya sangat bermanfaat bagi masyarakat umum di sekitarnya. 

Kiyai yang juga seorang guru, jelas sudah banyak mencetak manusia-manusia yang berilmu dan beradab yang mulia. Sehingga sangat wajar jika pelaksanaan haul di pondok sedikit besar.

Sehingga keluarga pesantren akan mengundang masyarakat umum yang lebih luas dan seluruh santri dan alumni pondok pesantren tersebut. 

Dan selanjutnya, haul yang memperingati ulama besar. Ini seperti memperingati para penyebar Islam di Nusantara, seperti Wali Songo. bisa sampai satu kota bahkan lintas provinsi. Mengingat dakwah yang diajarkan sudah sangat lama dan sangat bermanfaat bagi muslim zaman sekarang. Karena dakwah merekalah, Islam tersebar luas di Nusantara. 

Panitia akan mengundang seluruh masyarakat Indonesia dan akan menyiapkan acara yang sangat besar juga. 

Dalil Tradisi Haul

Tradisi haul diadakan berdasarkan hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Muslim bahwa, “Rasulullah berziarah ke makam Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dalam perang Uhud dan makam keluarga Baqi’. Beliau mengucap salam dan mendoakan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan (HR Muslim).

Hadits lain diriwayatkan oleh Al-Wakidi bahwa Rasulullah saw mengunjungi makam para pahlawan perang Uhud setiap tahun. Jika telah sampai di Syi’ib (tempat makam mereka), Rasulullah agak keras berucap: Assalâmu’alaikum bimâ shabartum fani’ma uqbâ ad-dâr (Semoga kalian selalu mendapat kesejahteraan atas kesabaran yang telah kalian lakukan Sungguh akhirat adalah tempat yang paling nikmat). Abu Bakar, Umar dan Utsman juga malakukan hal yang serupa. (Najh al-Balâghah, halaman 394-396).

Para ulama menyatakan peringatan haul tidak dilarang oleh agama bahkan dianjurkan. Ibnu Hajar dalam Fatâwa al-Kubrâ Juz II halaman 18 menjelaskan, para sahabat dan ulama tidak ada yang melarang peringatan haul sepanjang tidak ada yang meratapi mayyit atau ahli kubur sambil menangis.

Dari dalil di atas bahwa, haul merupakan hal yang boleh dilakukan selagi tidak melampaui batas seperti meratapi mayit dan menimbulkan maksiat yang lainnya. 

Hikmah Tradisi Haul

Biasanya juga tradisi haul yang diadakan selalu mengandung tiga hikmah yang besar.

Pertama, untuk mendoakan mayit. 

yakni dengan membaca tahlil dan doa yang ditujukan kepada ahli kubur. 

Bahkan tidak hanya tahlil, kadang juga ada yang mengadakan khataman Al-Quran, istighotsah kubro, shalawatan dan pembacaan manaqib ulama. 

Kedua, ibrah (pelajaran).

Setiap haul akan ditampilkan biografi keteladanan seorang ulama dan kiai semasa hidup. Baik ditampilkan melalui video, buku maupun secara lisan. 

Dengan ditampilkannya biografi hidupnya, kita yang hadir dianjurkan untuk bisa mencontoh dan meneladani para kiyai dan ulama tersebut. 

Ketiga, tempat berkumpulnya ulama.

Sudah menjadi hal umum, jika ada acara haul, banyak ulama dan kiyai yang diundang. Sehingga tempat acara haul bagaikan perkumpulan/reuni para alim ulama. 

Masing-masing ulama yang hadir akan memberikan keberkahan tersendiri bagi acara tersebut. 

Maka tidak ada suatu tradisi diadakan oleh ahlussunah wal jamaah tanpa didasari dalil dan hikmah yang bermanfaat bagi umat muslim itu sendiri.

Editor: Alima sri sutami mukti