Minta Doa Kepada Jamaah Haji yang Baru Pulang ke Tanah Air

Salah satu tradisi yang dilakukan umat Muslim termasuk di Indonesia saat jamaah haji baru tiba di kampung halaman adalah mengadakan syukuran penyambutan dengan mengundang sanak saudara dan sejumlah tetangga. Biasanya tuan rumah sudah menyuguhkan aneka hidangan untuk disantap bersama.  Selain itu, terutama di Indonesia, biasanya jamaah sudah menyiapkan oleh-oleh untuk dibagikan kepada seluruh tamu yang hadir. Mulai dari air Zamzam, kurma, tasbih, sejadah, dan sejumlah oleh-oleh khas haji lainnya. Tradisi demikian dibenarkan dalam Islam bahkan sudah terjadi sejak zaman Rasulullah saw.  Imam An-Nawawi menyebutkan tradisi ini dengan Naqi’ah, yaitu syukuran dalam rangka menyambut saudara yang baru tiba dari bepergian jauh termasuk setelah ibadah haji. Dasarnya adalah hadits berikut:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لَمَّا قدِمَ النَّبيُ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ المدينةَ : نَحر جَزورًا ، أو بقَرةً

Artinya, “Sesungguhnya Rasulullah saw ketika tiba dari Madinah sepulang safar, beliau menyembelih unta atau sapi.” (HR Bukhari).  Dalam hadits lain juga disebutkan:  Baca Juga: Doa Sambut Jamaah Haji Pulang ke Tanah Air

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ تُلُقِّيَ بِنَا .فَتُلُقِّيَ بِي وَبِالْحَسَنِ أَوْ بِالْحُسَيْنِ . قَالَ : فَحَمَلَ أَحَدَنَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَالْآخَرَ خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلْنَا الْمَدِينَةَ  

Artinya, “Jika Nabi saw pulang dari safar, kami menyambutnya. Beliau menghampiriku, Hasan, dan Husain, lalu beliau menggendong salah satu di antara kami di depan, dan yang lain mengikuti di belakang beliau, hingga kami masuk kota Madinah.” (HR Muslim) (An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, tanpa tahun: juz 4, h. 400)  Meminta doa  Selain mengadakan syukuran dengan menghidangkan makanan untuk disantap bersama, hal yang tidak kalah penting ketika jamaah haji baru tiba di Tanah Air adalah meminta doa ampunan. Sebab, seorang Muslim yang baru saja menunaikan rukun Islam yang kelima terbebas dari dosa seperti bayi yang baru lahir di dunia sehingga doanya mudah dikabulkan. Diriwayatkan:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

Artinya, “Siapa saja yang berhaji, lalu tidak berkata keji dan tidak berbuat dosa, niscaya ia pulang (suci) seperti hari dilahirkan oleh ibunya.” (HR Bukhari, Muslim, An-Nasai, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)  Dalam redaksi yang lebih tegas, Rasulullah saw bersabda:

الْغَازِي فِي سَبِيلِ اللهِ، وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ، وَفْدُ اللهِ، دَعَاهُمْ، فَأَجَابُوهُ، وَسَأَلُوهُ، فَأَعْطَاهُمْ

Artinya, “Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang beribadah haji, dan orang yang sedang umrah adalah tamu kehormatan Allah. Allah memanggil mereka, kemudian mereka memenuhi panggilan itu. Sehingga jika mereka memohon kepada Allah, maka Allah akan memberinya.” (HR Ibnu Majah)  Pada praktiknya, kita bisa menyambut langsung begitu jamaah tiba di rumah. Mengucapkan salam, menjabat tangannya, lalu memintanya untuk berdoa memohon ampunan bagi semua orang yang hadir. Dalam satu hadits diriwayatkan:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا لَقِيتَ الْحَاجَّ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَصَافِحْهُ وَمُرْهُ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَ بَيْتَهُ فَإِنَّهُ مَغْفُورٌ لَهُ

Artinya, “Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: ‘Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Jika kamu menjumpai orang yang baru berpulang dari haji maka berilah salam kepadanya, dan jabatlah tangannya, serta mintalah kepadanya untuk memohonkan ampun buatmu sebelum ia memasuki rumahnya, sebab ia telah diampuni dosa-dosanya.’” (HR Imam Ahmad)

Hadits ini menjelaskan umat Muslim disunnahkan menyambutnya dengan ucapan salam, menjabat tangan, dan meminta doa kepada jamaah haji yang baru pulang ke Tanah Air. Waktu yang paling utama adalah sebelum jamaah memasuki rumahnya. Kita bisa menunggu kedatangan jamaah ketika sedang perjalanan pulang. Begitu sampai, usahakan agar ia memanjatkan doa ampunan terlebih dulu.  Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumidddin dengan mengutip penjelasan (atsar) Umar bin Khattab memaparkan, waktu meminta doa tidak harus saat baru kedatangan jamaah haji. Memang itu yang lebih utama. Akan tetapi, keutamaan mendapat doa tersebut bisa diperoleh sejak bulan Dzulhijjah, Muharram, Shafar, sampai tanggal 20 Rabi’ul Awwal. Al-Ghazali menambahkan, penyambutan jamaah haji saat baru tiba di rumah sudah menjadi tradisi para ulama sejak dulu. Biasanya, begitu jamaah tiba mereka akan menyambutnya dengan mencium keningnya sebelum sempat melakukan sebuah dosa. Dasar tradisi ini adalah hadits Nabi berikut:

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ ابْنِ عُمَرَ نَتَلَقَّى الْحَاجَّ فَنُسَلِّمُ عَلَيْهِمْ قَبْلَ أَنْ يَتَدَنَّسُوا

Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Isma’il bin Abdil Malik dari Habib bin Abi Tsabit dia berkata, ‘Saya berangkat bersama Ibnu Umar, kami menjumpai para jema’at haji, dan mengucapkan salam kepada mereka sebelum mereka kotor (melakukan dosa).’” (HR Imam Ahamad) (Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumidddin, 2016 :juz 1, h. 315)

Salah satu doa yang bisa dibaca adalah redaksi riwayat Imam Al-Baihaqi dari Sahabat Abu Hurairah ra sebagai berikut,

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْحَاجِّ وَلِمَنِ اسْتَغْفَرَ لَهُ الحَاجُّ

Allâhummaghfir lil hâjj, wa li man istaghfara lahul hâjj.

Artinya, “Ya Allah, ampunilah dosa jamaah haji ini dan dosa orang yang dimintakan ampun oleh jamaah haji ini.”  Syekh Abdurrauf Al-Munawi memberi catatan agar doa di atas dibaca sebanyak tiga kali. (Al-Munawi, Faidhul Qadir, 2018: juz 2, h. 127) Wallahu a’lam.

Sumber: NuOnline

Editor: Rifky Aulia

Apa Saja Peristiwa Penting Di Bulan Dzulhijjah?

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan atau bulan Haram. Dalam Kitab Tahdzib Al-Asma’ Dzulhijjah berasal dari kata ‘Dzu’ yang artinya pemilik dan ‘Al-Hajjah’ yang artinya haji. Dinamakan Dzulhijjah karena sejak zaman Jahiliyyah, orang-orang Arab telah melakukan ibadah haji untuk melestarikan ajaran Nabi Ibrahim. Karena bulan ini merupakan bulan yang mulia, sangat dianjurkan bagi umat Muslim untuk memperbanyak ibadah. Mulai dari berpuasa, berzikir, berkurban, hingga melaksanakan sholat Idul Adha. Mengutip buku Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah oleh Hanif Luthfi, Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada 12 bulan, di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, yakni Dzulqa’adah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam kitab Durrat al-Nasihin, Ibnu Abbas meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW. bahwasanya di bulan ini terjadi berbagai peristiwa besar. Di mana sembilan peristiwa besar itu terjadi antara tanggal 1 hingga 9 Dzulhijah, atau persis sebelum hari raya Idul Adha. Apa saja peristiwa penting di bulan Dzulhijjah? Simak ulasan berikut.

Baca juga: Puasa 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah Lebih Utama dari Jihad

a.Tanggal 1 Dzulhijjah

Allah SWT mengampuni kesalahan Nabi Adam. Maka, barang siapa yang berpuasa pada tanggal 1 Dzulhijjah, niscaya akan diampuni dosa-dosa kecilnya.

b.Tanggal 2 Dzulhijjah

Do’a Nabi Yunus dikabulkan Allah dan dikeluarkan dari dalam perut ikan. Maka, barang siapa yang berpuasa pada hari kedua di bulan Dzulhijjah, pahalanya sebanding dengan berpuasa selama satu tahun tanpa mendurhakai Allah.

c.Tanggal 3 Dzulhijjah

Allah SWT mengabulkan do’a Nabi Zakariya yang menginginkan seorang putra. Padahal Nabi Zakariya waktu itu sudah berumur 120 tahun. Maka, barang siapa yang berpuasa pada tanggal 3 Dzulhijjah, semua keinginannya akan dikabulkan Allah.

d.Tanggal 4 Dzulhijjah

Nabi Isa dilahirkan oleh ibunya, Maryam di sudut kota Batlehem atau Baitullahm dalam kedaan sehat, meski sempat menggegerkan kaumnya. Pasalnya, ia terlahir dari seorang yang masih perawan. Barang siapa yang berpuasa di hari keempat dari bulan Dzulhijjah, maka Allah akan menghilangkan kesusahan hidup dan kefakirannya, dan kelak di hari kiamat akan dikumpulkan bersama orang-orang yang mulia.

e.Tanggal 5 Dzulhijjah

Nabi Musa dilahirkan dengan nama Yakubad di desa Uksur, Mesir. Beliau kemudian diasuh oleh Fir’aun dan berbelok menentang Fir’aun karena keangkuhan dan kesombongannya. Barang siapa yang berpuasa pada tanggal 5 Dzulhijjah, niscaya akan dihindarkan dari sifat munafik dan siksa kubur.

f.Tanggal 6 Dzulhijjah

Allah membuka pintu kebaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Maka, barang siapa yang berpuasa pada tanggal 6 Dzulhijjah, Allah akan menurunkan rahmat-Nya dan terhindar dari siksa selama-lamanya.

g.Tanggal 7 Dzulhijjah

Pintu-pintu neraka ditutup dan dikunci, dan baru akan dibuka setelah hari kesepuluh dari bulan Dzulhijjah. Barang siapa yang berpuasa pada tanggal 7 Dzulhijjah, maka akan terhindar dari 30 pintu kesusahan dan dibukakan baginya 30 pintu kemudahan.

h.Tanggal 8 Dzulhijah

Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah. Ketika bangunan Ka’bah telah jadi, Nabi Ibrahim merenung apakah yang ia lakukan mendapat pahala atau tidak. Maka disebutlah hari kedelapan dari bulan Dzulhijjah dengan yaum al-tarwiyah yang artinya hari merenung dan berfikir. Ada yang mengatakan Nabi Ibrahim bermimpi mendapat tugas dari Allah untuk menyembelih Ismail. Maka, seharian Nabi Ibrahim berfikir apakah perintah itu benar-benar dari Allah atau dari Setan. Maka, barang siapa yang berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah, Allah akan memberinya pahala yang nilaianya hanya Allah yang tahu.

i.Tanggal 9 Dzulhijjah

Nabi Ibrahim yakin betul bahwa mimpinya di malam kesembilan itu benar-benar dari Allah dan bukan dari Setan. Hari ini disebut yaumu arafah karena tempat yang digunakan untuk menyembelih Nabi Ismail dinamakan Arafah. Barang siapa yang berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya selama satu tahun yang telah berlalu dan satu tahun yang akan datang.

 

Penulis: Eka Nurlela 

 

5 Amalan Bertabur Pahala Di Bulan Dzulhijjah

Marhaban Ya Syahru Dzulhijjah, selamat datang bulan Dzulhijjah. Bulan yang diagungkan Allah dan keistimewaannya hampir setara dengan Ramadhan. Dzulhijjah adalah salah satu bulan Haram yang diagungkan Allah bersama Dzulqa’dah, Muharram, dan Rajab.

Allah Ta’ala bersumpah dengan menyebut sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Ini menunjukkan betapa agungnya bulan tersebut.

Allah berfirman:

وَالْفَجْرِ . وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Artinya: “Demi (waktu) Fajar, dan malam-malam yang sepuluh.” (QS Al-Fajr: Ayat 1-2)

Ibnu Katsir menyebutkan: “Malam-malam yang sepuluh dalam ayat di atas maksudnya adalah sepuluh pertama bulan Dzulhijjah. Sebagaimana hal ini juga dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan selain mereka baik dari kalangan salaf maupun khalaf. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada dua bulan pahala amalnya tidak akan berkurang. Keduanya dua bulan hari raya (ﺷَﻬْﺮَﺍ ﻋِﻴﺪٍ) bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah.” (HR Al-Bukhari no. 1912 dan Muslim no. 1089)

Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah saat itu tahlil, takbir dan tahmid.” Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada hari dimana suatu amal saleh lebih dicintai Allah melebihi amal salih yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah). Para sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah’, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah? Nabi menjawab: ‘Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecualai orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada 1 pun yang kembali (mati dan hartanya diambil musuh).” (HR Ahmad no. 1968, Al-Bukhari no. 969, dan at-Turmudzi no. 757)

  1. Puasa Sunnah

Dari Mujibah Al-Bahiliyah dari ayah atau pamannya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: “Berpuasalah kamu dari bulan Al-Hurum dan tinggalkan, berpuasalah kamu dari bulan Al-Hurum dan tinggalkan, berpuasalah kamu dari bulan Al-Hurum dan tinggalkan”. (HR Al-Baihaqi).

Maksudnya, kamu boleh berpuasa di sebagiannya dan boleh tidak berpuasa di sebagiannya. Bulan Al-Hurum adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Kaum muslimin dianjurkan berpuasa mulai dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah.

Dalam hal ini, Imam An-Nawawi mengatakan: “Dan di antara puasa sunnah juga adalah puasa sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah “. (An Nawawi, Al Majmu’, Hal 386 jilid 6). Dari 9 hari itu ada puasa yang disebut dengan puasa Arafah yaitu 9 Dzulhijjah dan puasa Tarwiyah tanggal 8 Dzuhijjah. Puasa Arafah ini berdasarkan dalil dari Abi Qatadah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Puasa hari Arafah menghapuskan dosa dua tahun, yaitu tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya. Puasa Asyura’ menghapuskan dosa tahun sebelumnya.”

  1. Menunaikan Haji

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Dari satu umrah ke umrah yang lainnya menjadi penghapus dosa di antara keduanya. Dan haji yang mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Untuk ibadah ini hanya diwajibkan bagi mereka yang memiliki kemampuan secara ekonomi maupun fisik.

  1. Menyembelih Hewan Kurban

Ibadah Kurban termasuk ibadah yang pahalanya sangat luar biasa jika dilakukan karena Allah Ta’ala. Dalam banyak riwayat Nabi senantiasa melakukan ibadah kurban setiap bulan Dzulhijjah. Allah Ta’ala berfirman: “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan bekurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: ayat 2)

  1. Sholat Idul Adha

Sholat ini dikerjakan pada hari 10 Dzulhijjah yang merupakan hari raya umat Islam. Pada hari itu diperintahkan untuk sholat ‘Id sebagai syiar dan mengikuti sunnah Nabi.

  1. Memperbanyak Dzikir

Rasulullah SAW memerintahkan kita memperbanyak dzikir tahlil, takbir, tasbih, dan tahmid. Tidak ada jumlah khusus, namun semakin banyak akan semakin berkah dan berpahala. Apalagi diamalkan pada 10 hari terakhir maka pahalanya akan berlipat ganda.

Adapun dalil anjuran memperbanyak zikir di sepuluh awal Dzulhijjah ini adalah,

“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan…..” (Surat Al-An’am ayat ayat 28)

Berikut ini merupakan Bacaan Dzikir yang diamalkan di Bulan Dzulhijjah.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِـيْمِ الَّذِيْ لَااِلَهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ ×٣

Arab latin: Astaghfirullaahal ‘adziim alladzii laaailaaha illaa huwal hayyul qoyyuum wa atuubu ilaih.

Artinya “Aku memohon ampun kepada Allah yang maha agung , tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah , dzat yang maha hidup kekal abadi dan terus menerus mengurus makhluknya tiada henti. Dan aku bertaubat kepada-Nya.”

لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Arab latin: Laaailaaha illallaah wahdahu laa syariikalah lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syain qodiir.

Artinya: “Tiada Tuhan yang haq disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu baginya. Hanya milikinya segala kerajaan dan hanya milikinya segala puji, baik yang hidup atau mati, Dialah Dzat yang kuasa atas segala sesuatu.”

Walaupun zikir bisa dilakukan kapan dan di mana saja, namun 10 hari awal pertama bulan tersebut memiliki keutamaan yang sangat luar biasa.

Sebagaimana Allah firmankan dalam Al Qur’an:

لشهدوا منافع لهم ويذكروا اسم الله في أيام معلومات

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan…” (Qs. Al Hajj: 28)

Menurut mayoritas ulama , seperti Ibnu Abbas dan Imam Syafi’i, yang dimaksud dengan hari-hari yang telah ditentukan tak lain sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah itu. Ahmad Ibnu Hanbal dalam musnadnya menulis sebuah hadis, “Mengabarkan kepada kami ‘Affan, mengabarkan kepada kami Abu ‘Awanah, mengabarkan kepada kami Yazid Ibnu Abi Ziyad, dari Mujahid, dari Ibnu Umar, dari Nabi Muhammad, “Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah, dan lebih dicintai oleh Allah amal-amalnya dari hari-hari sepuluh awal Dzulhijjah. Maka perbanyaklah di hari-hari itu membaca tahlil, takbir dan tahmid”.

Lantas lafadz zikir apakah yang harus kita amalkan di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini? Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds dalam kitab ‘Kanzun Najah Was Surur’ menjelaskan lafadz zikir yang dianjurkan untuk diamalkannya adalah sebagai berikut:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ اللَّيَالِيْ وَالدُّهُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ اْلأَيَّاِم وَالشُّهُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَمْوَاجِ الْبُحُوْرِ،

Arab latin: Lailaha illah Allah ‘adadad duhur, Lailaha illah Allah ‘adada ayyam was shuhur, Lailaha illah Allah adada amwajil buhuur.

Artinya : “Tiada Tuhan selain Allah sebanyak / sepanjang malam-malam dan masa, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak hari-hari dan bulan-bulan, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak ombak di lautan”.

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَضْعَافِ اْلأُجُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الْقَطْرِ وَالْمَطَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَوْرَاقِ الشَّجَرِ،اَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الشَّعْرِ وَالْوَبَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الرَّمْلِ وَالْحَجَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الزَّهْرِ وَالثَّمَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَنْفَاسِ الْبَشَرِ.

Arab latin: Lailaha illah Allah adada adh’afil ujur, Lailaha illah Allah adada qatril matar, Lailaha illah Allah adada awraqis syajar, Lailaha illah Allah adada sya’ri wal wabar, Lailaha illah Allah adada ramli wal hajar, Lailaha illah Allah adada zahri was samar, Lailaha illah Allah adada anfasil basyar.

Artinya: “Tiada Tuhan selain Allah sebanyak pelipat gandaan pahala-pahala, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak rintik-rintik hujan, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak dedaunan di pohon-pohon, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak rambut dan bulu, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak pasir dan batu, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak bunga dan buah, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak hembusan nafas manusia”

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ لَمْحِ الْعُيُوْنِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ مَا كَانَ وَمَا يَكُوْنُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ تَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ فِي اللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ فِي الصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الرِّيَاحِ فِي الْبَرَارِيْ وَالصُّخُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ خَلْقِهِ أَجْمَعِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

Arab latin: Lailaha illah Allah adada lamhil ‘uyun, Lailaha illah Allah adada ma kana wa ma yakun, Lailaha illah Allah taala amma yushrikun, Lailaha illah Allah khaira mimma yajma’un, Lailaha illah Allah fil laili iza ‘as’as, Lailaha illah Allah fis subhi iza tanaffas, Lailaha illah Allah adada riyah fil birar was sokhur, Lailaha illah Allah min yaumina haza ila yauma yunfaghu fis suur, Lailaha illah Allah adada khalqihi ajmain, Lailaha illah Allah min yaumina haza ila yaumad din.

Baca Juga:

Bolehkah Menggabungkan Niat Kurban dan Aqiqah dengan Seekor Hewan?

Puasa 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah Lebih Utama dari Jihad

Orang-orang yang berzikir di kalangan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam memiliki kemuliaan di sisi Allah Ta’ala. Keutamaan berzikir (mengingat Allah) di bulan Zulhijah ini akan mendapatkan ganjaran kebaikan di dunia dan akhirat. Habib Ahmad mengatakan, amalan zikir khusus pada 10 hari Zulhijah adalah Tahlil dan Takbir. Tahlil adalah ucapan “Laa Ilaha Illallah” (tidak ada Tuhan selain Allah). Sedangkan Takbir ialah kalimat “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar).

Selain berzikir, kaum muslimin juga dianjurkan menghidupkan zikir umum dan takbir pada hari raya Idul Adha dan hari-hari taysrik. Terkait amalan berzikir ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih DIA cintai dibanding melakukan amal ibadah di 10 hari bulan Zulhijah . Maka perbanyaklah di 10 hari ini membaca Tahlil, Takbir dan Tahmid”. (HR Imam Ahmad dari Ibnu Umar RA)

Kemudian riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menuturkan, pada suatu hari Rasulullah SAW keluar memimpin kami menghadapi musuh. Tiba-tiba beliau shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam memerintahkan, “Ambillah perisai kalian!” Kami bertanya, “Ya Rasulullah , apakah ada musuh yang datang?” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Ambillah perisai kalian terhadap neraka, ucapkanlah:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّهِ وَلآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

“Maha Suci Allah; Segala Puji Bagi Allah; Tiada Tuhan Selain Allah; Allah Maha Besar; Tiada Daya dan Kekuatan kecuali dengan Pertolongan Allah”.

 

Penulis: Raisya Audyra

 

Bolehkah Menggabungkan Niat Kurban dan Aqiqah dengan Seekor Hewan?

Kata aqiqah secara harfiah adalah sebutan bagi rambut di kepala bayi. Sedangkan menurut ahli fiqih, aqiqah ialah hewan sembelihan yang dimasak  kemudian disedekahkan kepada orang fakir dan miskin. Hukum awal aqiqah adalah sunnah muakkad. Namun, bisa menjadi wajib jika sebelumnya telah dinadzarkan. Ada perbedaan jumlah hewan antara bayi lelaki dengan bayi perempuan. Untuk bayi lelaki minimal dua ekor kambing, sedangkan untuk bayi perempuan satu ekor kambing. Biasanya pelaksanaan aqiqah dilaksanakan di hari ketujuh dari kelahiran si bayi.

Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya: “Dari Samurah, ia berkata, Nabi bersabda: Seorang bayi itu digadaikan dengan (jaminan) aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh (dari hari kelahiran), (pada hari itu pula) si bayi diberi nama dan dipotong rambutnya”. (HR Tirmidzi)

Namun, sering kali kita menemukan orang yang melakukan aqiqah di bulan Dzulhijjah dan dibarengkan dengan pelaksanaan kurban di mushalla maupun masjid yang ada di sekitar kita. Pertanyaannya adalah “Apakah kita diperbolehkan untuk menggabungkan aqiqah kita dan kurban dengan satu hewan yang sama?”

Mengenai hal ini, para ulama Syafi’iyah ada perbedaan pandangan. Hukum Menyembelih Sapi dengan Niat Kurban dan Aqiqah Sekaligus Menurut Imam Ibnu Hajar al-Haitami, orang tersebut hanya berhasil mendapatkan pahala salah satunya saja. Sedangkan menurut Imam Romli, ia bisa mendapatkan pahala kedua-duanya. Maksudnya bagaimana? Andaikan ada seseorang yang pada 10-13 Dzulhijjah berniat untuk berkurban sekaligus beraqiqah dengan hewan yang sama berupa satu kambing (untuk perempuan) atau dua kambing (untuk lelaki), maka ia bisa mendapatkan pahala kurban dan aqiqah. Ini merupakan pandangan dari Imam Romli. Pahalanya bisa berlipat ganda. Tentunya orang yang berkurban itu harus berniat dulu. Apabila tidak diniati, tidak akan mendapat pahala kedua-duanya.

“Jika ada orang berniat melakukan aqiqah dan kurban (secara bersamaan) tidak berbuah pahala kecuali hanya salah satunya saja menurut Imam Ibnu Hajar (al Haitami) dan berbuah pahala kedua-duanya menurut Imam Romli.” (Ibnu Hajar al Haitami, Itsmidil Ain, [Darul Fikr], h: 127). Sedangkan menurut pendapat yang diutarakan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dari para tabi’in dalam kitab Fathul Bari, orang yang belum diaqiqahi oleh orang tuanya, kemudian ia menjalankan ibadah kurban, maka kurbannya itu saja sudah cukup baginya tanpa perlu beraqiqah. “Menurut Abdur Razzaq, dari Ma’mar dari Qatadah mengatakan ‘Barangsiapa yang belum diaqiqahi maka cukup baginya berkurban’. Menurut Ibnu Abi Syaibah dari Muhammad ibn Sirin dan al-Hasan mengatakan ‘Cukup bagi seorang anak kurban dari aqiqah’,” tulis al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari juz 15 hlm 397. Kesimpulannya, ada dua pendapat antara Imam Romli yang memperbolehkan menggabung niat kurban dan aqiqah dengan satu hewan saja. Sedangkan menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, apabila penyembelihan bertepatan waktu kurban maka cukup diniatkan kurban saja. Ini akan mencukupi tuntutan sunnah aqiqah pada seseorang.

Sumber: NuOnline

Editor: Rifky Aulia

Puasa 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah Lebih Utama dari Jihad

Umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan puasa di 10 hari pertama. Puasa ini dianjurkan secara langsung oleh Nabi Muhammad saw melalui haditsnya, bahwa puasa ini bahkan lebih baik daripada jihad fi sabilillah. “Tidak ada hari di mana amal saleh padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni 10 hari pertama Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: ‘Tidak juga dari jihad fi sabilillah?’ Beliau menjawab: ‘Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan satu pun dari keduanya.”

Hadits ini, menurutnya, mengungkapkan anjuran untuk memperbanyak amal ibadah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Tidak hanya puasa, tetapi juga amal ibadah lainnya, seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, bertasbih, dan bersilaturahim. Ibnu Hajar (w. 1449 M) dalam Fath al-Bârî menjelaskan, keistimewaan sepuluh hari pertama tersebut disebabkan pada hari itu terkumpul ibadah-ibadah utama, yaitu shalat, puasa, sedekah, dan haji.

Lebih jelas, Syekh Zakaria al-Anshari (w. 1520 M) dalam kitab Asnâ al-Mathâlib menjelaskan, bahwa disunnahkan berpuasa dari tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah. Untuk tanggal satu sampai tujuh disunnahkan bagi orang yang sedang menunaikan ibadah haji ataupun tidak, sedangkan tanggal delapan (hari Tarwiyyah) dan sembilannya (hari ‘Arafah), hanya disunnahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Bagi yang tengah menjalankan ibadah haji, berpuasa pada tanggal delapan dan sembilan Dzulhijjah hukumnya khilâful aulâ (menyalahi yang lebih utama), bahkan makruh menurut Imam An-Nawawi. Sebab, mereka lebih dianjuran untuk memperbanyak berdoa pada hari tersebut, sekalipun andaikan mereka kuat untuk berpuasa. Demikian karena dalam rangka mengikuti sunnah Nabi ﷺ (ittibâ’).

Adapun niat Puasa Sunnah Dzulhijjah ini dilaksanakan pada malam hari, yakni sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Berikut adalah lafal niatnya:

  1. Niat puasa dari tanggal 1 sampai 7 Dzulhijjah
    نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
    Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
    Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta’âlâ.”
  2. Niat pada pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyyah)
    نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
    Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
    Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta’âlâ.”
  3. Niat puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah)
    نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
    Nawaitu shauma arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.
    Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’âlâ.”

     

    Sumber : NuOnline
    Editor : Rifky Aulia