Pentingnya Merawat dan Menjaga Alam dan Lingkungan

Berkenaan dengan dimensi kehidupan, manusia tak luput dari yang namanya alam sebagai penopang hidup sehari-hari. Hubungan erat antara manusia, tumbuh-tumbuhan serta hewan yang sudah hidup bersama-sama di muka bumi selama lebih dari jutaan tahun, telah membentuk sebuah ekosistem yang mendukung keberlangsungan agar tidak punah.

Merefleksi dari segala hal yang telah diciptakan oleh Allah di muka bumi ini, manusia diberi sebuah tanggung jawab besar untuk menjadi khalfatu fil ardh, status kehormatan sebagai pemimpin diantara spesies-spesies hewan maupun tumbuhan yang ada di jagad raya, berkaca pada firman Allah Swt dalam Surat Hud ayat 30,

هوأنشأكم من الأرض واستعمركم فيها

Dalam redaksi ayat tersebut terdapat penjelasan bahwasanya manusia memiliki dua pekerjaan rumah besar, membangun peradaban dibumi tanpa mengesampingkan kondisi alam dan mengupayakan agar jangan sampai berbuat kemungkaran. Dengan amanah yang sudah Allah berikan di setiap pundak manusia, yaitu memimpin kurang lebih 8,7 juta spesies hewan belum lagi tumbuhan, bakteri serta mikroba kecil lainnya yang jumlahnya milyaran lebih.

Selama ini, manusia hidup secara berdampingan dengan alam. Namun, semakin banyaknya populasi manusia di Bumi ini, alam seakan didesak untuk bekerja lebih keras memenuhi kebutuhan kita.

Dalam hal ini, alam telah memberi manusia banyak hal yang bermanfaat dan indah. Seperti pemandangan, makanan, tempat tinggal, hingga menjaga keseimbangan halus yang diperlukan untuk menopang kehidupan di planet ini.

Makanya, menjaga dan merawat alam dan lingkungan untuk berkembang dengan lebih baik sangat harus dilakukan oleh manusia. Peningkatan akan kesadaran menjaga lingkungan harus terus digalakkan.

Islam telah memberikan pedoman terhadap semua sisi kehidupan, termasuk lingkungan. Lingkungan sendiri merupakan bagian dari ciptaan Allah SWT dan setiap manusia ciptaan-Nya berkewajiban untuk menjaganya.

Dilansir dari berbagai sumber, inilah beberapa dalil yang menjelaskan ajaran Islam dalam melestarikan alam dan lingkungan.

1.Merusak lingkungan menjadi salah satu sifat orang munafik

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 205.

وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ ٱلْحَرْثَ وَٱلنَّسْلَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلْفَسَادَ

Artinya: Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.

2.Dilarang untuk mencemari lingkungan

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Jauhilah dua perbuatan yang mendatangkan laknat!” Sahabat-sahabat bertanya, “Apakah dua perbuatan yang mendatangkan laknat itu?” Nabi menjawab, “Orang yang buang air besar di jalan umum atau di tempat berteduh manusia.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Janganlah seorang dari kalian kencing di air tenang yang tidak mengalir kemudian mandi di dalamnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

3.Menanam tumbuhan sama dengan bersedekah

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidak seorang pun Muslim yang menanam tumbuhan atau bercocok tanam, kemudian buahnya dimakan oleh burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali yang dimakan itu akan bernilai sedekah untuknya.” (HR Bukhari)

4.Berlaku baiklah kepada segala sesuatu

Dari Syaddad bin Aus berkata:

“Ada dua hal yang aku hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata, ‘Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku ihsan kepada segala sesuatu. Bila kalian membunuh (seperti binatang berbahaya), bunuhlah dengan cara yang baik. Bila kalian menyembelih binatang, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya seorang dari kalian mengasah pisaunya dan memberi kemudahan kepada sembelihannya. (HR Muslim)

5.Larangan membakar pohon

Abu Bakar Radhiyallahu ’anhu berpesan ketika mengirim pasukan ke Syam, “… dan janganlah kalian menenggelamkan pohon kurma atau membakarnya. Janganlah kalian memotong binatang ternak atau menebang pohon yang berbuah. Janganlah kalian meruntuhkan tempat ibadah. Janganlah kalian membunuh anak-anak, orang tua, dan wanita.” (HR Ahmad)

Nah, itulah beberapa dalil dari Al-Quran dan hadis yang dapat kamu pahami bahwa menjaga dan merawat alam dan lingkungan itu penting untuk kelangsungan hidup di dunia. Bahkan, mereka yang menanam tumbuhan yang bermanfa’at sama dengan bersedekah. Wallahu’alam.

 

 

Penulis: Eka Nurlela

Biografi Singkat Mama KH.Ahmad Faqih

Mama KH.Ahmad Faqih adalah pendiri Pondok Pesantren Miftahulhuda Almusri’. Berikut ini adalah ulasan tentang kelahiran beliau, masa menuntut ilmu, dan perjalanan mengamalkannya.

1.Tentang Kelahiran

Kelahiran mama KH.Ahmad Fakih berawal dari cerita yang sangat unik, dimana sewaktu ayah beliau H.Kurdi bin Artibah menuntut ilmu dipesantren kudang sekitar tahun 1907. Tak berselang lama H.Kurdi mondok disana, pada suatu hari H. kurdi bin artibah dipanggil oleh gurunya dan disuruh pulang, padahal pada masa itu beliau merasa belum bisa apa-apa. Tak berselang lama ketika beliau berada di kampungnya, beliaupun menikah dengan salah seorang gadis pilihannya dan dari pernikahan inilah beliau dikaruniai seorang anak perempuan bernama Rukmini.  Karna beliau teringat perkataan gurunya bahwasannya beliau akan di karuniai anak laki-laki yang soleh, maka beliaupun menceraikan istrinya dan H.Kurdipun menikah lagi dengan seorang janda beranak dua yang bernama H.Halimah, anak dari Hj.Halimah yaitu Hj.Juariyah dan Bapak Enjum. Setelah sekian lama H.Kurdi menanti, disertai dengan do’a yang terus menerus terkabullah permohonan beliau dan beliau dikaruniai anak laki-laki yakni Syaikhuna Almukarrom Mama KH.Ahmad Fakih yang lahir di Kp. Cilenga Ds. leuwi sari Kec. Leuwi sari. Kemudian lahir pula dua anak laki-laki Bernama K.Jamal dan K.Romli, mereka bertiga beda selang usia 1 tahun.

2.Masa Menuntut Ilmu

Mama Syaikhuna Kh.Ahmad Faqih bin H.Kurdi Bin Artibah pertama kali menuntut ilmu ditanah kelahirannya kepada KH.Shobandi, mama belajar mengaji pada KH.Shobandi hanya mencapai ilmu shorof (itupun belum tahqiq). Kemudian setelah lulus Sekolah Rakyat, sekitar usia 12 tahun mama menuntut ilmu ke sukamanah Tasik Malaya kepada KH. Zaenal Musthofa (salahsatu alumni pesantren KH.shobandi). Beliau menuntut ilmu disukamanah kurang lebih sekitar 12 tahun, dari tahun 1925-1937 masehi. Dan adapun guru-guru sorogan mama pada waktu disukamanah diantaranya: KH.Rukhiyat Cipasung, KH.Fakih Damini Almubaroq Cibalanarik. Dan beliau pun mempunyai kaka kelas sekaligus teman seperjuangan (yang diketahui narasumber) KH. Mahmud Zuhdi Sumedang. Setelah menuntut ilmu di Sukamanah tahun 1937 M beliaupun memperdalam ilmu falaq kepada KH.Fakhrurozi selama kurang lebih satu bulan pada saat bulan Romadhon di daerah Sukalaya Gunung Sabeulah Tasikmalaya.

Setelah itu beliau tidak pernah bermuqim dimana mana lagi beliau langsung mukim di Kp. Kebon Kelapa, Ds. Sumelap, Kec. Cibeureum, Kab. Tasikmalaya. Mama adalah Angkatan ke-3 lulusan pesantren sukamanah. Adapun urutan angkatan Pesantren Sukamanah diantaranya:

  1. Angkatan ke-1 Satu orang yaitu ajengan hambali (Bermuqim di Cipanas)
  2. Angkatan ke-2 Ajengan A.Shobir, KH.Mahmud Zuhdi dan Ajengan Syamsudin.
  3. Angkatan ke-3 Mama KH.Ahmad Faqih, Ajengan Burhan (Suka Hurip), Ajengan Ma’rif, Ajengan Emor Ranca Paku

Mengenai KH.Khoer Afandi (Pendiri Ponpes Manonjaya Tasik) Ketika menuntut ilmu di Pesantren Legok Ringgit (di Pesantren Muqimin Sukamanah). Beliau selalu mengikuti tarkiban (Studi Banding) Ke Pesantren Sukamanah Babadan (Angkatan ke-5).

Baca Juga: Biografi KH Ruhiat Cipasung

3.Perjalanan dan Perjuangan Mengamalkan Ilmu

Sekitar tahun 1938 M setelah mengikuti HJ.Juaenah yang berasal dari Kp. Kebon Kalapa Ds.Sumelap Kec.Cibeureum, dalam perjalanan mengamalkan ilmu, begitu banyak rintangan yang dihadapi beliau, karna pada waktu itu negara kita masih di duduki oleh kolonial belanda. Seiring dengan itu, jiwa patriotism yang beliau peroleh saat dipesantren mendorong beliau turut serta aktif mempelopori Gerakan Hizbulloh di daerahnya yang menentang terhadap penjajahan belanda. Melihat kuatnya Aqidah dan jiwa patriotism beliau, Belandap pun menaruh curiga kepada pesantren-pesantren dan sejenisnya yang di anggap akan membahayakan kedudukan mereka.Mama KH.Ahmad Faqih pun sering keluar masuk penjara.

Pada tanggal 9 maret 1942 M Belanda dipukul mundur oleh jepang, Mama KH.Ahmad Faqih beserta kiyai lainnya dibebaskan Kembali setelah mengalami hukuman penjara selama beberapa hari. Akan tetapi ibarat kata “Dari mulut Harimau jatuh ke mulut Buaya” Jepang pun tak ada bedanya dengan Belanda. Pembuktian Sejarah ketika terjadi pemberontakan Sukamanah tahun 1944 yang dipimpin oleh KH.Zaenal Mustofa,yang akhirnya meskipun Mama KH.Ahmad Faqih tidak ikut serta dalam pemberontakan tersebut, namun karna beliau merupakan salah satu alumni dari salah satu pesantren sukamanah Jepang pun berusaha menangkapnya.

Pasca kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 M beliau mendirikan pondok pesantren di Kebon Kalapa Kecamatan Cibeureum. Namun Belanda yang terusir dari tanah Indonesia Datang Kembali dalam Agresi Militer II tahun 1949 M. Keadaan ini tentu saja memberikan pengaruh yang sangat negative terhadap penyelenggaraan pesantren dan Lembaga-lembaga non formal lainnya. Dan pada akhirnya Belanda pun membakar pesantren yang mama dirikan dengan susah payah dan tidak hanya itu, merekapun berusaha menangkap mama KH.Ahmad Faqih. Untuk menghindari dari kejaran belanda beliau mengungsi di tanah kelahirannya di Sumelap. Dan pada waktu itu beliau sudah beristri 2 yaitu Hj.Juaenah dan Hj.Qoniah dan dikaruniai dua orang anak laki-laki yaitu KH.Zaenal Musthofa (Putra dari Hj.Juaenah),Dan KH.Mamal Mali Murtadlo (putra dari Hj. Qoni’ah).

Belanda terus saja mengejar beliau, kemudian beliaupun mengungsi ke Kp. Parakan lisung dan dikampung inilah istri pertama beliau Hj.Juaenah meninggal dunia akibat terkena pecahan bom tantara belanda. Dimana sebelum Hj.Juaenah meninggal, Hj.Juhaenah sedang mengais KH.Mamal Mali Murtadlo, mendengar adanya pesawat tentara belanda Hj.Juaenah pun memberikan KH.Mamal Mali Murtadlo kepada HJ.Qoni’ah dan seketika itu pula Hj.Juaenah terkena pecahan bom dan akhirnya meninggal dunia.

Dari Parakan Lisung Mama pindah lagi ke Kp.Cilenga Girang, dari Cilenga Girang pindah lagi ke Cilengger (persis di kaki gunung galunggung). Setelah beberapa bulan di Cilengger, beliau beserta keluarga pindah Kembali ke Sumelap. Dan ketika berada di Sumelap beliau tertangkap oleh Belanda, satu bulan setelah beliau ditangkap beliau di bebaskan kembali karna ada pengakuan kedaulatan RI dari PBB tanggal 27 Desember1499 M. Pada sekitar tahun 1951 M, mama beserta keluarganya mengungsi ke Cirebon sambil berdagang pakaian dll. Dan di Cirebon pula lah istri beliau Hj.Qoni’ah Kembali melahirkan seorang anak laki-laki yaitu KH.Hilman Abdurrahman.

Sekitar tahun 1952-1953 M, Beliau pindah lagi ke sumelap dan sekitar tahun 1953 M beliau pindah dan berencana mendirikan pesantren disana, namun karna disana PKI sedang merajalela beliaupun dikepung dan hampir tertangkap. Kemmudian sekitar tahun 1954 M, beliau pindah lagi ke daerah kelahiranya di Sumelap. Setelah berada di Sumelap, beliau pun di curigai oleh TRI (Tentara Republik Indonesia). TRI curiga bahwa beliau bersekutu dengan DI/TII (Daarul Islam/Tentara islam Indonesia) yang ditunggangi oleh PKI dan memang berpusat di Tasik Malaya sebagai Pemberontak terhadap Negara Republik Indonesia. Beliaupun sempat tertangkap oleh TRI dan dipenjarakan selama 40 hari disebuah Gudang marks TRI di Awipari, disini pulalah beliau mengalami siksaan berat. Menurut bapak Sodiqin (anak tiri H.Qurdi) Putra dari Hj.Halimah, pada saat mama dan rekan rekan hendak di lindas oleh oknum TRI menggunakan kereta api, seketika itu pula kereta mendadak berhenti, pada akhirnya mama dan rekan-rekan selamat.

Pada sekitar tahun 1956 M beliau ikut mengajar di Pesantren Cilendek yang dipimpin oleh K.Bahrum atau Ajengan Enoh (Adik Kelas Mama sewaktu menuntut ilmu di sukamanah) sambal mengungsi. Pertikaian DI/TII dan TRI membawa pengaruh buruk bagi mama KH.Ahmad Faqih sebagai seorang kiyai di pesantren Cilendek. TRI menganggap beliau bersekutu dengan DI/TII begitu juga sebaliknya. Sekitar tahun 1956 M, Mama dibawa oleh KH.Ahmad Karang Anyar yang berasal dari Sumelap menuju kedaerah Pasir Honje Ds.Kertajaya Kec.Ciranjang Kab.Ci Anjur ke kediaman mang Khudori sebagai kaka dari KH. Ahmad (yang membawa mama) beserta santri-santrinya. Karena di Pasir Honje masih dalam keadaan darurat mama pindah lagi ke kampung Ngamprah, dari Ngamprah pindah lagi ke Sukaweuning dan dari Sukaweuning pindah lagi ke Kp. Ciendog dan sampai sekarang.

 

Penulis: Eka Nurlela

 

Hakikat Dan Prinsip Gaya Hidup Islami

Dalam kehidupan manusia sehari-hari islam hadir untuk mengatur kehidupan manusia di dunia fana ini, dengan berlandaskan pada kitab suci Al-Qur’an yang turun sebagai kitab suci untuk seluruh umat manusia dari awal peradaban manusia hingga kelak pada hari akhir zaman. Allah adalah satu – satunya Tuhan yang disembah oleh umat manusia, dan Nabi Muhammad adalah salah satu utusan dari Allah untuk mengarahkan umat manusia kepada jalan yang benar. Islam menyebar secara luas, baik itu dalam ilmu pengetahuannya hingga aturan-aturan yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad ke seluruh penjuru dunia.

Manusia diciptakan Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah, manusia tentu memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Allah SWT menganugerahi manusia suatu kemampuan yang tidak dimiliki makhluk lain, yaitu kemampuan berpikir dan kemampuan fisik. Hal itu dimaksudkan untuk membantu manusia dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah di bumi. Dengan kemampuan berpikirnya, manusia dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk di dalam kehidupan yang fana ini. Dengan anugerah tersebut manusia dalam kesehariannya dapat mengambil yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, serta mampu mencegah sesuatu yang dapat berakibat buruk bagi dirinya juga orang lain. Sedangkan kemampuan fisik yang dimiliknya, manusia dapat berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya.

Ada dua hal yang umumnya dicari oleh manusia dalam kehidupan ini. Yang pertama ialah kebaikan (al-khair) dan yang kedua ialah kebahagiaan (as-sa’adah). Jika dua hal tersebut terpenuhi dalam setiap perjalanan hidup manusia, jelas akan membuat manusia merasakan ketentraman lahir dan batin. Hanya saja, untuk mewujudkan kedua hal tersebut memang bukanlah sesuatu yang mudah. Masing-masing orang mempunyai pandangan yang berbeda ketika memahami hakikat keduanya, perbedaan inilah yang mendasari munculnya bermacam ragam gaya hidup manusia.

Perbedaan cara pandang yang akhirnya menjadi perbedaan persepsi itu memunculkan beragam cara hidup atau yang lebih populer disebut sebagai perbedaan gaya hidup. Bagi umat muslim, gaya hidup setiap individu telah diatur oleh Allah dan Rasul-Nya melalui Al Qur’an dan As Sunnah. Keduanya adalah penuntun yang paling tepat untuk menuju ke arah jalan yang lebih lurus. Namun, seiring perkembangan zaman sepertinya telah mengubah sebagian besar kaum muslim dalam memahami tuntunan dalam menjalani hidup. Saat ini sebagian orang memang bergaya hedonis, suka berfoya foya dan hanya memikirkan kepentingan duniawi saja. Sungguh hal tersebut sangat bertentangan dengan gaya hidup sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Dalam pandangan Islam gaya hidup dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, pertama gaya hidup Islami dan kedua gaya hidup jahili. Gaya hidup Islami mempunyai landasan yang mutlak dan kuat, yaitu tauhid. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT berikut ini yang artinya:

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)

 

Berdasarkan arti ayat tersebut, jelaslah bahwa bergaya hidup Islami hukumnya wajib bagi setiap muslim, dan gaya hidup jahili adalah haram hukumnya. Hanya saja dalam kenyataan justru membuat kita sangat prihatin, sebab justru gaya hidup jahili yang diharamkan itulah yang mendominasi sebagian besar gaya hidup umat Islam. Fenomena ini persis seperti yang pernah disinyalir oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta”. Ditanyakan kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?”. (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah, shahih)

Berikut ini adalah beberapa Prinsip Gaya Hidup Islami yang Diridhai Allah :

1.Berniat Untuk Ibadah.

2.Baik dan Pantas

3.Halal dan Thayib

4.Tanpa Kebohongan

5.Tidak Berlebihan

Berpola hidup sederhana harus dibudayakan dan dilakukan untuk umat Islam. Mengapa? Karena seseorang yang sederhana akan mudah melepaskan diri dari kesombongan dan lebih mudah merasakan penderitaan orang lain. Jadi, bagi orang yang merasa penampilannya kurang indah, perindahlah dengan kesederhanaan. Sederhana adalah buah dari kekuatan mengendalikan keinginan. Seperti hal nya sifat yang Rasulullah ajarkan.

Nabi Muhammad adalah sosok yang sangat sederhana. Walaupun harta beliau sangat banyak, rumah beliau sangatlah sederhana, tidak ada singgasana, tidak ada mahkota walaupun jika beliau mau hal itu akan sangatlah mudah beliau dapatkan. Lalu, untuk apa Nabi Muhammad memiliki harta? Beliau menggunakan harta tersebut untuk menyebarkan risalah Islam, berdakwah, membantu fakir miskin, dan memberdayakan orang-orang yang lemah. Dari apa yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, kita harus kaya dan harus mendistribusikan kekayaan tersebut kepada orang lain sebanyak-banyaknya, terutama untuk orang terdekat. Kita harus ingat bahwa Allah menunjuk kita sebagai khalifah di muka bumi.

وَهُوَ ٱلَّذِي جَعَلَكُمۡ خَلَٰٓئِفَ ٱلۡأَرۡضِ وَرَفَعَ بَعۡضَكُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٖ دَرَجَٰتٖ لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ ٱلۡعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٞ رَّحِيمُۢ

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Al-An’am:165]

Setiap Muslim adalah pelayan bagi bumi, dan Islam adalah agama yang adil. Kita harus berusaha untuk hidup dalam keselarasan dan kesederhaaan agar ketenangan jiwa dan ketentraman selalu dalam hati kita yang Insyaa Allah akan membawa kita lebih dekat kepada Allah. Hidup hanya sekali gunakan hidup untuk kebaikan dan kebermanfaatan untuk orang lain. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung.

Wallahu a’lam bisshawwab.

Penulis: Raisya Audyra

Peristiwa Yang Terjadi Dan Bantahan Rasulullah SAW Perihal Bulan Safar

Dalam khazanah Islam, bulan yang termasuk banyak peristiwa bersejarah terjadi adalah Safar. Safar adalah bulan kedua setelah bulan Muharram pada sistem penanggalan Hijriyah.

Meskipun Safar dikenal sebagai bulan keislaman, namun tak jarang terdapat berbagai kalangan yang salah dalam memaknai bulan tersebut. Bahkan terdapat anggapan bahwa Safar, dapat mendatangkan suatu kesialan.

Masyarakat Arab jahiliyyah dulu, mempercayai Safar sebagai bulan penuh kesialan, kemalangan dan hal-hal buruk lainnya. Mereka percaya bahwa pada bulan tersebut, akan datang berbagai kemalangan yang dapat menimpa siapa saja. Kepercayaan tersebut bahkan tetap ada sampai masa Rasulullah SAW.

Safar sendiri dalam bahasa Arab berarti “kosong”, makna ini merujuk pada kebiasaan masyarakat Arab dulu yang terbiasa berpergian meninggalkan rumah untuk mengumpulkan makanan ataupun untuk keperluan perang.

Akan tetapi sebagian orang Arab dulu mengartikan Safar juga sebagai sejenis penyakit dalam perut, berbentuk ulat besar yang mematikan. Karena kepercayaan itu pulalah orang Arab dulu menganggap Safar sebagai bulan sial atau bulan nahas.

Mengutip dari buku karangan H. A Zahri berjudul “Pokok-Pokok Akidah yang Benar”, kepercayaan bahwa Safar mendatangkan kesialan dapat disebut juga sebagai jenis khurafat atau mitos. Yakni secara bahasa artinya cerita bohong dan secara istilah khurafat berarti cerita rekaan atau khayalan. Kepercayaan tersebut bahkan dibantah langsung oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang berbunyi:
لا عدوى ولا طيرة ولا هامَة ولا صَفَر
“Tidak ada kesialan karena ‘adwa (keyakinan adanya penularan penyakit), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada hammah (keyakinan jahiliyah tentang rengkarnasi) dan tidak pula Safar (menganggap bulan Safar sebagai bulan haram atau keramat).” (HR Bukhari)

Muhammad Khoirul Huda dalam bukunya Ilmu Matan Hadis, menyitir Abu ‘Ubaid bahwa melalui hadits di atas, Rasulullah SAW sedang berupaya mengkritik keyakinan khurafat kaum jahiliyyah. Yaitu keyakinan bahwa kesialan, keburukan nasib, dan mara bahaya disebabkan sesuatu di luar takdir Allah seperti karena pengaruh hama/wabah (‘adwa), maupun musim atau waktu tertentu seperti Safar.

Kepercayaan semacam itu bukanlah bagian dari ciri orang beriman, yakni orang yang memahami bahwa segala rahasia dari peristiwa-peristiwa itu hanya ada dalam genggaman Allah SWT, dan tidaklah suatu peristiwa itu terjadi melainkan karena rencana-Nya. Bukanlah keyakinan seorang mukmin pula untuk membenci Safar, ataupun enggan menyambutnya, ataupun menahan diri dari urusan hidup seperti pada hari-hari dan bulan lain biasanya.

Pada bulan Safar pun, Selain karena pada bulan tersebut Nabi Muhammad SAW melakukan Hijrah untuk pertama kalinya, ada banyak lagi peristiwa bersejarah penting lainnya yang perlu kita ketahui bersama. Banyak peristiwa penting yang bisa memberikan pelajaran penting bagi seluruh umat Islam untuk mengamalkan banyak kebaikan untuk kemajuan dakwah Islam.

Selama ini Bulan Safar seringkali dikaitkan dengan mitos masa-masa kesialan, atau bahkan disebut juga sebagai bulan marabahaya.

Asumsi negatif itu berangsur-angsur berkembang bahkan hingga pada masa Rasulullah SAW. Namun Rasulullah SAW menampiknya dan bahkan menyelenggarakan acara penting seperti pernikahan pada bulan Safar.

Lalu apa saja peristiwa-peristiwa bersejarah penting yang terjadi di bulan Safar?

Berikut ini rangkuman peristiwa bersejarah di Bulan Safar:

  1. Perang Al-Abwa, Perang Pertama dalam Islam

Dalam terminologi sejarah keislaman, terdapat dua macam jenis perang, yakni Ghazwah yang artinya peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW sendiri, dan Sariyah yang artinya peperangan yang dipimpin oleh para sahabat.

Pada tahun pertama hijriah Bulan Safar, Rasulullah SAW. ikut andil dalam perang Abwa. Secara langsung, Rasulullah SAW turut terjun dalam medan perang yang kadangkala disebut juga sebagai perang Buwath itu.

  1. Perang Khaibar

Dikutip dari buku Sirah Nabawiyyah karya Abul Hasan Ali Al-Hasani An Nadwi, sekembalinya Rasulullah SAW dari Hudaibiyah pada bulan Dzulhijjah, beliau tinggal di Madinah selama beberapa hari pada bulan Muharram, lalu sisa hari dari bulan Muharram ke Bulan Safar itulah Rasulullah SAW pergi menuju Khaibar. Dengan pasukannya yang berjumlah 1.400 orang disertai 200 pasukan berkuda itu, Rasulullah SAW mampu menaklukan Khaibar yang meliputi benteng-benteng terkenal bernama Naim, Qumush, Syiq, dan Nithah. Perang tersebut terjadi pada tahun ketujuh hijriah di Bulan Safar.

  1. Ekspedisi Qutbah bin Amir bin Hadidah

Qutbah bin Amir adalah seorang dari Kaum Ansor. Pada Bulan Safar di tahun 9 hijriah, Rasulullah SAW mengutus Qutbah bin Amir menuju daerah yang dihuni Suku Khas’am, dekat dengan wilayah Bisah dekat Turabah. Qutbah pergi dengan membawa 20 tentara, dan memerintahkannya untuk menyerang Suku Khas’am.

  1. Perang Dzu’Amr

Disitir dari keterangan Ibnu Ishaq, sekembalinya Rasulullah SAW dari perang Sawiq, nabi tinggal sementara di Madinah pada bulan Dzulhijjah dan Muharram dengan umatnya. Lalu Rasulullah SAW bersama 450 orang sahabatnya kemudian menyambangi wilayah Najid untuk memerangi Kabilah Ghathafan. Perang tersebut dikenal sebagai perang Dzu’Amr. Lalu Rasulullah SAW berdiam di wilayah Najid selama satu bulan Safar penuh.

  1. Datangnya utusan dari Bani Udzra menghadap Rasulullah SAW

Dikutip dari Sirah Nabawiyyah karya Abul Hasan Ali Al-Hasani An Nadwi, pada tahun ke – 9 Hijriah, setelah penaklukan Makkah dan sekembalinya Rasulullah dari perang Tabuk, masuklah momen bersejarah di mana Rasulullah SAW menyurati raja-raja dan pemimpin-pemimpin di semenanjung Arab untuk masuk dalam naungan Islam. Selepas itu banyak kabilah-kabilah Arab mengirim utusan menghadap Rasulullah dan menyatakan diri masuk Islam. Salah satu di antaranya adalah Bani Udzra.

Pada bulan Safar, utusan dari Bani Udzra yang berjumlah 12 orang datang menghadap Rasulullah SAW. Rasulullah lalu menyambutnya dengan memberi kabar gembira akan kemenangan Syam. Tidak lupa Rasulullah melarang Bani Udzrah untuk meminta pertolongan dari dukun, dan melarang mereka menyembelih hewan seperti yang biasa mereka lakukan selain untuk kepentingan qurban.

  1. Islamnya Amr bin Ash

Amr bin Ash dikenal sebagai salah satu dari pemuka Suku Quraisy. Ia adalah seorang yang memiliki kelihaian dalam bertempur, bahkan dalam suatu pertempuran ia dapat menaklukkan Mesir dari cengkeraman Imperium Romawi dan Persia, sampai para sejarawan menjulukinya sebagai “Pembebas Mesir”.

Pada Bulan Safar pula inilah Amr bin Ash menjemput hidayah Allah SWT dan mulai menjadi sahabat setia Rasulullah SAW yang gagah berani. Menurut Ibnu Ishaq, keislaman Amr bin Ash dipengaruhi oleh Raja Negus, seorang penguasa dari wilayah Habasyah, Ethiopia. Amr bin Ash memilih Islam sebagai pegangan dan jalan hidupnya tepat pada tahun ke 8 Hijriah.

  1. Hijrah pertama Rasulullah SAW

Salah satu momen bersejarah dalam khazanah Islam adalah hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Peristiwa hijrah pertama tersebut terjadi pada bulan Safar. Rasulullah berangkat dari Makkah pada Bulan Safar, dan sampai di Madinah pada bulan Rabiul Awwal.

Dalam buku Sirah Nabawiyyah karya Abul Hasan Ali Al-Hasani An Nadwi, peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dapat diambil pelajarannya sebagai simpulan bahwa dakwah dan akidah dapat melepaskan seseorang dari setiap yang dicintainya, dan sebaliknya, segala sesuatu tidak akan dapat melepaskan dakwah dan akidah dari manusia.

  1. Pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Khadijah

Sebagaimana yang kita ketahui, Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, seorang bangsawan Suku Quraisy yang terpandang, cerdas, dan berakhlak mulia itu merupakan istri pertama Rasulullah SAW. Menurut Ibnu Ishak, Rasulullah SAW menikahi perempuan yang disebut juga “Ummul Mukminin” itu tepat pada bulan Safar, yakni ketika Rasulullah SAW berusia genap 26 tahun.

  1. Pernikahan Ali bin Abi
    Thalib RA dengan Sayyidah Fatimah

Dikutip dari keterangan Ibnu Katsir, bulan Safar rupanya bukan saja bulan pernikahan Rasulullah SAW dengan Sayyidah Khadijah RA., melainkan juga bulan pernikahan putri Rasulullah, Sayyidah Fatimah RA dengan seorang sahabat yang pandai, Ali bin Abi Thalib RA. Keduanya menikah tepat pada bulan Safar di tahun ke-2 Hijriah.

  1. Penaklukan Romawi oleh Usamah bin Zaid

Romawi adalah satu dari beberapa imperium kekaisaran dengan kekuatan militer dan politik yang besar pada zaman Rasulullah SAW. Keberadaannya yang kuat seringkali menjadi halangan Rasul dan sahabat dalam berdakwah. Pada bulan Safar tahun ke – 11 Hijriah, Rasulullah SAW memerintahkan pasukan umat Islam untuk bersiap menyerang Romawi. Rasulullah menunjuk Usamah bin Zaid sebagai komando perang.

Dikutip dari buku Sirah Nabawiyyah karya Abul Hasan Ali Al-Hasani An Nadwi, penunjukan Usamah bin Zaid mengundang tanda tanya di tengah umat. Sebab, di antara pasukan yang akan berangkat menuju Romawi itu terdapat pembesar-pembesar Kaum Anshar dan Kaum Muhajirin.

Bahkan salah satu di antaranya ialah Umar bin Khattab RA. Dengan kondisi sakit yang parah, Rasulullah SAW lantas datang ke hadapan orang-orang yang meragukan Usamah bin Zaid, dengan meyangga kepala dan duduk di mimbar, Rasulullah SAW lalu bersabda

“Wahai manusia! Laksanakanlah (perintah) pengiriman Usamah. Demi Allah jika kalian berkata (meragukan) tentang kepemimpinan Usamah, maka kalian telah berkata (meragukan) tentang kepemimpinan ayahnya sebelumnya. Sesungguhnya ia pantas menjadi pemimpin, sebagaimana ayahnya juga pantas untuk menjadi pemimpin.” Rasulullah SAW kemudian turun dari mimbar. Dan bala tentara pasukan yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid pun bergegas mempersiapkan keperluan perang, lalu berangkatlah sampai tiba di hari pertempuran, yang kemudian misi tersebut diteruskan oleh Abu Bakar RA.

Wallahu a’lam bishawab.

Penulis: Raisya Audyra

Syair Syekh Ibnu Rajab tentang Bulan Safar
Nama Ibnu Rajab al-Hanbali sudah tak asing lagi di kalangan pengaji kitab hadits maupun fiqih. Di antara karangan yang ditulisnya adalah Syarh ‘Ilal at-Tirmidzi, Fadhlu ‘Ilmi Salaf ‘ala al-Khalaf, al-Qawâ’id al-Kubra, Lathâif al-Ma’ârif, dan masih banyak lagi.
Ulama kelahiran Baghdad (736 H) ini lahir di keluarga yang saleh dan berilmu. Nama Rajab dinisbahkan kepada kakeknya, Abu Ahmad Rajab. Disebut Rajab sebab beliau lahir di bulan Rajab. Konon kakeknya adalah seorang yang ahli dalam bidang fiqih. Adapun ayahnya adalah Ahmad bin Rajab al-Hanbali, lahir di Baghdad dan tumbuh di sana.
Al-‘Alîmi menyebut Ibnu Rajab al-Hanbali sebagai seorang yang berilmu, mengamalkan ilmunya, zuhud, memiliki keteladanan, al-hafidh yang tsiqah (penghafal hadits yang terpercaya), penasihatnya kaum Muslimin, orang yang memberi faedah kepada para ahli hadits, orang yang karangannya sangat indah. (Ibnu Rajab al-Hanbali ad-Dimasqi, Lathâif al-Ma’ârif fîmâ li Mawâsim al-‘Am min al-Wadhâif, Dar Ibn Katsir, Damaskus, halaman 11)
Dalam kitabnya , Lathâif al-Ma’ârif, Ibnu Rajab dalam bab Wadhâif Syahri Shafar menyebutkan syair di bulan Safar:
وَغَيْرُ تَقِيٍّ يَأْمُرُ النَّاسَ بِالتُّقَى … طَبِيْبٌ يُدَاوِي النَّاسَ وَهُوَ سَقِيْم
Orang yang tidak bertakwa memerintahkan orang-orang untuk bertakwa, (ia seperti) seorang dokter yang mengobati manusia sedangkan dirinya sedang sakit.
يَا أَيُّهَا الرَّجُلُ الْمُقَوِّمُ غَيْرَهُ. … هَلَّا لِنَفْسِكَ كَانَ ذَا التَّقْوِيْم
Wahai seorang yang suka menilai orang lain, bukankah dirimu yang lebih berhak dievaluasi.
اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ فَأَنْهِهَا عَنْ غَيِّهَا … فَإِذَا انْتَهَتْ عَنْهُ فَأَنْتَ حَكِيْم
Mulailah dari dirimu, kemudian cegahlah ia dari kesesatan. Apabila kesesatan telah sirna dari dirimu, maka engkau adalah orang yang bijaksana.
فَهُنَاكَ يَقْبَلُ مَا تَقُوْلُ وَيَقْتَدِى … بِالْقَوْلِ مِنْكَ وَيَنْفَعُ التَّعْلِيْم
Maka nasihatmu akan diterima, ucapanmu akan dituruti, tutur katamu akan jadi pengajaran.
لَا تَنْهَ عَنْ خَلْقٍ وَتَأْتِي مِثْلَهُ … عَارٌ عَلَيْكَ إِذَا فَعَلْتَ عَظِيْم
Janganlah engkau melarang suatu tingkah laku sedangkan engkau melakukanya, sebuah aib besar jika engkau melakukannya
كَمْ ذَا التَّمَادِي فَهَا قَدْ جَاءَنَا صَفَرُ … شَهْرٌ بِهِ الْفَوْزُ وَالتَّوْفِيْقُ وَالظَّفَرُ
Berapa banyak orang yang memiliki tuntutan, maka ini telah datang bulan Safar kepada kita. Bulan yang disertai dengan kemenangan, taufik, dan keberhasilan.
فَابْدَأْ بِمَا شِئْتَ مِنْ فِعْلٍ تَسُرُّ بِهِ … يَوْمَ الْمَعَادِ فَفِيْهِ الْخَيْرُ يَنْتَظِرُ
Maka mulailah berbuat sesuatu yang akan membuatmu senang di hari kembali (hari kiamat), maka di sana engkau akan melihat kebaikan.
تُوْبُوا إِلَى اللهِ فِيْهِ مِنْ ذُنُوْبِكُمْ … مِنْ قَبْلُ يَبْلُغُ فِيْكُمْ حَدُّهُ الْعُمْرُ
Bertaubatlah kepada Allah di bulan Safar dari dosa-dosa, sebelum batas akhir usia menghampiri pada kalian.
(Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathâif al-Ma’ârif fîmâ li Mawâsim al-‘Am min al-Wadhâif, Dar el-Ibn Hazm, juz 1 halaman 79)
Bait-bait di atas mengingatkan kita untuk senantiasa memerhatikan keadaan diri kita sendiri sebelum menasihati orang lain. Jika kita telah mengoreksi diri kita dan membenahinya, maka akan timbul teladan dalam diri, sehingga ucapan dan perilaku baik kita akan diikuti oleh orang lain.
Juga di bait-bait selanjutnya, Ibnu Rajab al-Hanbali mengingatkan kita bahwa bulan Safar telah datang, bulan yang mana di dalamnya terdapat banyak kebaikan. Beliau mengimbau kita untuk bertobat, memperbarui hubungan vertikal antara kita dan Allah ﷻ sebelum ajal menjemput.
Semoga kita diberikan anugerah untuk selalu ingat kepada Allah SWT di sepanjang waktu dan sisa umur yang kita miliki. Terkhusus di bulan Safar ini. Âmîn..
Sumber: NuOnline
Pewarta: Raisya Audyra