Ziarah Akbar Ponpes Miftahulhuda Al-Musri’ Banu Mansur ke YPP. Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat

Selasa pagi, 1 Juli 2025, keluarga besar Ponpes Miftahulhuda Al-Musri’ Banu Mansur—yang terdiri dari kalangan santri laki-laki dan santri wanita—melaksanakan ziarah akbar bersama ke pondok induk YPP. Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat, yang berlokasi di Kertajaya, Ciranjang, Cianjur.

Rombongan besar ini dipimpin langsung oleh Sesepuh Pondok Pesantren, Pangersa Umi Hj. Yayah Rukoyah dan Pangersa Ang Ariful Kholiq Zaelani, bersama para asatidz dan masyaikh pendamping. Sementara itu, ziarah secara spiritual dipimpin oleh, Pangersa Ang Ariful Kholiq Zaelani.

Ziarah ini bukan hanya menjadi ajang silaturahmi dan muhasabah ruhani, tetapi juga mempererat keterikatan sejarah dan sanad keilmuan antara dua pondok pesantren yang bersaudara. Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ Banu Mansur sendiri merupakan bagian dari keluarga besar Al-Musri’ Pusat, melalui garis keturunan Dewan Sepuh Alm. Apa. K.H. Ade Muhammad Mansur, putra ke-4 dari Mama Syaikhuna KH. Ahmad Faqih Bin K.H. Qurdi (pendiri YPP. Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat.)

Turut hadir dalam ziarah ini para masyaikh utama Yayasan Pondok Pesantren Banu Manshur, yang juga masih bagian dari keluarga besar YPP. Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat, di antaranya:

  • Pangersa Umi Hj. Yayah Rukoyah
  • Pangersa Ang Maxsalmina
  • Pangersa Ang Ariful Kholiq Zaelani
  • Pangersa Ang Muslih
  • Pangersa Ang Darwis Munawarul Haq
  • Serta seluruh para masyaikh lainnya, baik dari kalangan laki-laki maupun wanita, yang hadir dengan penuh kekhidmatan dan rasa hormat.

Rombongan berangkat sejak pagi hari menggunakan pick-up terbuka, yang mencerminkan semangat kesederhanaan khas santri serta kekompakan dalam langkah perjuangan. Suasana selama perjalanan berlangsung dengan penuh semangat, tertib, dan ceria.

Setibanya di komplek YPP. Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat, rombongan langsung menuju area makam untuk melaksanakan rangkaian ziarah dan doa bersama. Adapun susunan kegiatan spiritual tersebut adalah sebagai berikut:

  • Salam pembuka disampaikan oleh Pangersa Ang Maxsalmina
  • Pembacaan Tahlil dipimpin oleh Pangersa Ang Ariful Kholiq Zaelani
  • Pemandu Surat Yasin dipimpin oleh Pangersa Ang Muan Habibul Falah
  • Doa penutup dipimpin oleh Pangersa Ang Darwis Munawarul Haq

Ziarah ini juga dilaksanakan sebagai rangkaian awal dalam menyambut Haul Akbar Apa. K.H. Ade Muhammad Manshur Bin Mama K.H. Ahmad Faqih yang ke-5 (pendiri Pondok Pesantren Banu Mansur). Haul tersebut insyaAllah akan dilaksanakan pada hari Kamis, dengan puncak peringatan pada malam Jum’at.

Semoga kegiatan ini membawa keberkahan yang melimpah, memperkuat ukhuwah Islamiyah antar keluarga besar Al-Musri’, serta menjadi wasilah kemudahan dalam meneruskan perjuangan dakwah dan pendidikan Islam yang luhur di kedua lembaga yang saling bersinergi ini.

Dengan segala hormat, kami mengundang seluruh mukimin, jamaah, alumni, dan simpatisan untuk hadir dalam rangkaian acara haul ini yang insyaAllah akan diselenggarakan pada:

Hari Kamis, 3 Juli 2025
Puncak acara: Malam Jum’at
Tempat: Komplek Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ Banu Mansur

Mari bersama-sama menyambung sanad ruhani, memupuk cinta kepada ulama, dan memohon keberkahan dari para pewaris ilmu Rasulullah ﷺ.

Lebih dari sekadar tradisi tahunan, haul ini adalah majelis cinta dan doa, tempat ruh-ruh rindu berkumpul, dan harapan-harapan diangkat bersama ke langit.

Semoga langkah-langkah menuju ziarah ini dan haul akbar nanti menjadi wasilah turunnya rahmat, keberkahan, dan penguatan ikatan antar sesama Akwan (makhluk) dan pencinta ilmu.

Pewarta: M Wildan Musyaffa

Saat Langit Cianjur Penuh Dzikir: Sebuah Catatan dari Hari Bersejarah

Cianjur, Masjid Agung Cianjur, 27 Juni 2025 M | 01 Muharram 1447 H
Pagi itu, langit tampak tenang. Udara terasa lebih sejuk dari biasanya. Di tengah pusat kota Cianjur, tepatnya di Masjid Agung Cianjur, Alun-Alun, yang biasanya riuh oleh lalu lalang masyarakat, hari itu berubah menjadi sesuatu yang lain—lebih syahdu, lebih khidmat, lebih hidup.

Ribuan orang mulai berdatangan sejak pagi buta. Mereka datang dari berbagai penjuru Jawa Barat. Dari pesantren, dari kota, dari desa-desa pelosok. Tidak ada batas antara tua dan muda, antara santri dan petani, semua larut dalam satu semangat yang sama: berdzikir bersama dalam cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.


Detik-Detik Awal: Sholat Jum’at dan Ayat Langit

Acara dimulai setelah pelaksanaan sholat jum’at berjamaah. Ribuan jamaah menunaikan sembahyang dengan tertib, langit tetap cerah, angin berhembus lembut, dan bumi Cianjur menjadi sajadah raksasa yang menyatukan hati-hati yang ingin pulang kepada Allah.

Usai sholat, pembacaan Al-Barzanji dan Sholawat Nabi mengisi ruang udara yang panas pelan-pelan menjadi sejuk. Lantunan pujian kepada Rasul ﷺ menggetarkan hati. Lalu mikrofon berpindah ke seorang qari muda yang dengan tartil membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. Orang-orang menunduk. Beberapa menangis. Entah karena rindu, entah karena merasa pulang ke hati yang lama mereka tinggalkan.


Satu Panggung, Banyak Amanah

Tak hanya itu, bahkan masyaikh Ponpes Miftahulhuda Al-Musri’ pusat, para muqimin sepuh, dan dewan ampuh berdatangan menghadiri acara Ijtima ini. Hadir pula muqoddam-muqoddam dari berbagai daerah yang membawa semangat dan barokah untuk kebersamaan dzikir ini, di antaranya yaitu: 1. K.H. Ikhyan Sibaweh Badruzzaman (Garut), 2. K.H. Abuy Jamhur Badruzzaman(Garut), 3. K.H. Maman Abdurrahman Bz (Padalarang), 4. K.H. Ade Hidayat (Garut), 5. K.H. Asep Saefudin (Garut), 6. K.H. Maman Bin Dadang Bz (Garut), 7. K.H. Salim Hidayat (Garut), 8. K.H. Khoer Hasanul Akhlaq (Garut), 9. Kyai. Asep Sofwan (Garut), 10. K.H. Mahmud Munawwar (Cianjur) Setelah pembukaan resmi, Ketua Panitia, P. Akang K.H. Burhan Rosyidi, S.E., naik ke panggung. Dengan suara yang tenang namun penuh tekad, beliau menyampaikan laporan pelaksanaan. Disusul sambutan dari shohibul bait, perwakilan pemerintah daerah, yang menyambut dengan hangat dan penuh hormat.

Kemudian naiklah para sesepuh Thariqah Tijaniyah. Suasana berubah hening. Setiap kalimat yang mereka ucapkan bukan hanya didengar, tapi dirasakan. Sambutan sesepuh Thariqah Tijaniyah disampaikan oleh Habib Umar Toyyib. “Kita berkumpul bukan untuk dunia, tapi untuk menghidupkan warisan ruhani,” ucap salah satu mursyid. Tepuk tangan tak terdengar. Tapi getaran kalbu itu nyata.

Sambutan terakhir datang dari Bupati Cianjur, Slamet Riyadi, S.STP, M.AP, yang mewakili aspirasi pemerintah dan masyarakat. Dalam pidatonya, ia menyampaikan harapan agar Cianjur tak hanya maju dalam pembangunan fisik, tapi juga menjadi pusat kemajuan ruhani. yang mewakili aspirasi pemerintah dan masyarakat. Dalam pidatonya, ia menyampaikan harapan agar Cianjur tak hanya maju dalam pembangunan fisik, tapi juga menjadi pusat kemajuan ruhani.


Ketika Jamaah Bersujud Bersama

Waktu dzuhur berlalu (Waktu Sholat Jum’at), lalu tibalah sholat Ashar berjamaah. Ribuan orang berbaris rapih. Langit tetap cerah. Angin masih lembut. Dan bumi Cianjur menjadi sajadah raksasa yang menyatukan hati-hati yang ingin pulang kepada Allah.


Puncak Dzikir: Wadzifah dan Haelalah

Setelah istirahat singkat, acara dilanjutkan dengan tausiyah ruhani dari para mursyid Tijaniyah, yang kali ini dibawakan oleh Syekh Ikhyan (Syekh Zawih Samarang). Tak hanya berisi nasihat, tapi juga kisah, sanad, dan ajakan untuk terus berada di jalan dzikir, cinta, dan adab. dari para mursyid Tijaniyah. Tak hanya berisi nasihat, tapi juga kisah, sanad, dan ajakan untuk terus berada di jalan dzikir, cinta, dan adab. Menjelang maghrib, para jamaah duduk rapat. Suara dzikir mulai bergema. Wadzifah—dzikir khas Thariqah Tijaniyah—dilantunkan serentak dipimpin oleh K.H. Maman Abdurrahman. Hati-hati pun tunduk. Beberapa menangis, banyak yang terdiam. Inilah saat yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Setelah itu, Haelalah dipimpin oleh K.H. Maman Abdurrahman (Padalarang KBB) mengguncang langit Cianjur. Kalimat “La ilaha illallah” membahana, menggema dari bibir ribuan manusia menuju langit yang luas. Tak ada suara lain. Tak ada dering ponsel. Hanya kalimat tauhid yang menjadi napas bersama. dipimpin oleh Drs.Syekh.Ikhyan Shibaweh mengguncang langit Cianjur. Kalimat “La ilaha illallah” membahana, menggema dari bibir ribuan manusia menuju langit yang luas.


Di Balik Layar: Mereka yang Diam Tapi Bergerak

Acara sebesar ini tak mungkin berjalan tanpa para pahlawan tanpa nama. Sebanyak 1000 panitia dikerahkan. Mereka bekerja dalam senyap tapi sungguh-sungguh.

  • Ada 100 orang penerima tamu yang berdiri sejak pagi.
  • 110 tim keamanan menjaga jalannya acara dengan tenang.
  • 170 petugas kebersihan memastikan setiap sudut bersih dan nyaman.
  • 25 personil logistik, 9 petugas transportasi, dan 15 tim kesehatan bekerja tanpa henti.
  • Tim publikasi & dokumentasi, konsumsi, acara, hingga humas semua bergerak dalam semangat khidmah.

Mereka berasal dari santri Al-Musri’ pusat, dibantu dari cabang, serta aparat dari Polres, Dishub, dan Satpol PP. Sebuah kolaborasi indah antara pesantren dan negara, antara spiritualitas dan ketertiban.


Saat Langit Mulai Gelap, Dzikir Masih Menyala

Acara pun ditutup menjelang malam. Tidak dengan pesta, tidak dengan sorak-sorai. Tapi dengan doa, dan dzikir pelan yang masih mengalun. Orang-orang mulai kembali ke asal mereka—tapi tidak dengan hati yang sama.

Hari ini, Cianjur menjadi rumah bagi ruh-ruh yang kembali menyala. Dan dari Ijtima ini, semoga lahir generasi yang tak hanya paham dunia, tapi juga paham jalan pulang.

“Bersatu dalam dzikir, bergerak dalam iman –
Wujudkan Cianjur Jaya di Tanah Jawa Barat Istimewa.”

Dokumentasi

Berikut beberapa dokumentasi dari acara ini: potret ribuan jamaah memadati Masjid Agung Cianjur, barisan sholat berjamaah yang rapih, para masyaikh duduk di panggung kehormatan, tangis haru saat dzikir, dan senyum bahagia para panitia yang bekerja sepenuh hati. Semoga setiap momen ini menjadi saksi berkah dan cahaya bagi perjalanan ruhani kita bersama.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kami haturkan, dengan untaian kata yang tak akan pernah cukup menampung syukur dan bangga. Kepada semua yang hadir, semua yang setia mendukung, semua yang menata langkah dan menebar doa. Ijtima Wadzifah dan Haelalah ini tak akan menjadi cahaya di bumi Cianjur tanpa kalian. Semoga berkah melimpah, semoga dzikir terus bersemi, dan semoga cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi pelita sepanjang hayat. Teriring salam takzim, untuk kebersamaan, persaudaraan, dan kesuksesan yang kita rajut di bumi Jawa Barat tercinta.

Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Tharieq, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pewarta: M Wildan Musyaffa

Ijtima Wadzifah & Haelah Thariqah Tijaniyah Se-Jawa Barat akan Digelar di Cianjur

Cianjur – Tanah Dzikir, Di tengah hembusan angin lembut tanah Sunda, di jantung kota yang dikenal religius dan bersahaja, sejarah pun digores; untuk pertama kalinya, Ribuan pengamal Thariqah Tijaniyah dari berbagai wilayah di Jawa Barat berkumpul dalam satu harmoni, dalam satu niat, dalam satu semangat; Ijtima Wadzifah dan Haelalah Thariqah Tijaniyah Cianjur se-Jawa Barat dengan tema “Bersatu dalam Dzikir, Bergerak dalam Iman – Wujudkan Cianjur Jaya di Tanah Jawa Barat Istimewa.” yang akan dilaksanakan di 54JR+6FX, Jl. Suroso, Pamoyanan, Kec. Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 43211 (Masjid Agung Cianjur), Hari Jum’at, Tanggal 27 Juni 2025, Pukul 13.00 WIB s/d Selesai.

Masjid Agung Cianjur akan menjadi saksi kebersamaan spiritual ribuan jamaah Thariqah Tijaniyah dalam acara Ijtima Wadzifah dan Haelah Thariqah Tijaniyah se-Jawa Barat.

Acara yang diselenggarakan pertama kali ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi besar antar ikhwan Thariqah Tijaniyah (antar murid Thariqah dengan Mursyid, Muqoddam) dari berbagai daerah di Jawa Barat, dengan tujuan utama memperkuat ukhuwah, memperdalam spiritualitas, serta menjaga kelestarian amalan Thariqah sesuai tuntunan para masyayikh.

Rangkaian Agenda Penuh Hikmah

Kegiatan akan diisi dengan beberapa agenda utama, di antaranya:

NOWAKTUACARAPENGISIKET
1.13.00-13.30
(30 Menit)
Pembacaan Al-Barzanji/Dibai & SholawatGrup Hadroh Al-Musri’ 
 13.30-13.40
(10 Menit)
PembukaanUst. Dodi Sopyadi / Ust. Mukhsin 
  2.13.40-13.50
(10 Menit )
Pembacaan Ayat Suci Al- Qur’anUst. Yusril Jamil  
3.13.50-14.00
(10 Menit)
Laporan Ketua PanitiaP. Akang KH. Burhan Rosyidi, S.E. 
  4.14.00-15.00
(1 Jam)
Sambutan Shohibul BaitPengurus DKM Kaum Cianjur 
  5.Sambutan Sesepuh Thoriqoh At-TijaniHabib Umar Toyyib 
  6.Sambutan Gubernur Jawa Barat/Bupati CianjurSlamet Riyadi,S, STP,M, AP 
  7.15.00-16.00
(1 Jam)
Berjama’ah Sholat Ashar & IstirahatBersama 
  8.16.00-18.00
(2 Jam)
Tausyiah TijaniyahSyekh Ikhyan (Zawih Samarang) 
9.WadzifahSyekh Abuy Samarang (Garut) 
 HaelalahK.H. Maman Abdurrahman (Padalarang KBB) 
10.18.00 s/d SelesaiPenutupMc 

Rangkaian ini diharapkan menjadi media penyegaran ruhani serta penguat kecintaan kepada Rasulullah SAW melalui wasilah para mursyid dan muqoddam yang bersanad.

Dan acara ini akan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dalam jaringan Thariqah Tijaniyah, baik dari Jawa Barat maupun luar daerah, seperti para Muqoddam (Wakil Talqin), dan para Mursyid (guru yang membingbing murid-muridnya dalam jalan spiritual, khususnya dalam tarekat)

Sebagaian Panitia dari Santri Al-Musri’ Pusat: Semangat Khidmah untuk Jamaah

Menariknya, pelaksanaan acara ini turut melibatkan 200 santri dari Pesantren Al-Musri’ Pusat sebagai panitia utama. Selain itu, sebagian santri dari pesantren cabang Al-Musri’ juga ditugaskan untuk membantu menyukseskan kegiatan besar ini.

Para santri yang tergabung dalam panitia menjalankan berbagai peran, mulai dari pengamanan, konsumsi, penyambutan tamu, hingga dokumentasi. Semangat khidmah dan keikhlasan menjadi nilai utama yang ditanamkan dalam keterlibatan mereka.

“Ini adalah ladang amal dan pembelajaran langsung bagi para santri tentang pelayanan umat dan pengabdian dalam Thariqah,” ujar [Pangersa Eteh Hj. Siti Maryam selaku Wakil Pimpinan Ponpes Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat].

Panitia Besar: 1000 Personil Siap Khidmah

Sebagai bentuk kesiapan luar biasa, sebanyak 1000 personil panitia telah dipersiapkan. Mereka bergerak dengan struktur yang tertib, profesional, dan penuh semangat khidmah.

Bidang TugasJumlah Personil
Penerima Tamu100 orang
Keamanan110 orang
Kebersihan170 orang
Logistik & Akomodasi25 orang
Transportasi9 orang
Kesehatan15 orang
Acara5 orang
Tim Gelar Sorban40 orang
Publikasi & Dokumentasi15 orang
Konsumsi100 orang
Humas5 orang
Total1000 personil

Ditambah lagi dengan dukungan dari instansi terkait, seperti:

  1. Polres Cianjur
  2. Dinas Perhubungan (Dishub)
  3. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

Makna dan Tujuan Utama

Menurut panitia pelaksana, kegiatan ini bukan hanya sekadar berkumpul, tetapi merupakan media untuk memperkuat sanad keilmuan, menjaga kesucian amalan thariqah, serta sebagai bentuk ketaatan kepada para mursyid.

“Ijtima ini adalah momentum penting untuk menyegarkan ruhaniyah, memperdalam rasa cinta kepada Rasulullah SAW melalui amalan-amalan yang telah diwariskan oleh para guru Thariqah. Di tengah kehidupan modern, kita membutuhkan oase ruhani seperti ini,” ujar [K. Aceng Syarif (Pimpinan Ponpes Asy-Syihabudiniah Al-Musri’ 1].

Dengan digelarnya acara ini di jantung kota Cianjur, yakni Alun-Alun Cianjur tepatnya Masjid Agung Cianjur, diharapkan gema dzikir dan syiar Islam dapat menjangkau masyarakat lebih luas. Selain sebagai ajang silaturahmi ruhani, kegiatan ini juga menjadi bentuk nyata dakwah yang lembut dan menyejukkan hati.

Panitia juga menghimbau seluruh jamaah untuk menjaga ketertiban, adab, dan kebersihan selama acara berlangsung, serta membawa perlengkapan pribadi seperti sajadah, kitab wadzifah, dan perlengkapan ibadah.


📍 Lokasi: Masjid Agung Cianjur
📅 Tanggal: 27 Juni 2025 M | 01 Muharram 1447 H
⏰ Waktu: 13.00 s/d Selesai
📞 Kontak Informasi: +62 838-1134-3000


Liputan Khusus oleh Tim Media Al-Musri’

Tim media Pesantren Al-Musri’ akan menghadirkan dokumentasi lengkap dalam bentuk foto, video, dan laporan live dari lokasi. Pantau terus informasi dan update melalui website ini serta akun resmi media sosial Al-Musri’.


Semoga kegiatan ini menjadi momen penyatuan hati, penguatan sanad ruhani, dan peneguhan langkah dalam perjalanan Thariqah Tijaniyah menuju ridha Allah SWT. Aamiin.

Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Tharieq, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pewarta: M Wildan Musyaffa

Takbir di Pagi Hari, Qurban di Siang Hari: Sehari Penuh Berkah di Pesantren

📍 Yayasan Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat, 🗓️ 6 Juni 2025, 10 Dzulhijjah 1446 H Idul Adha, Hari ini, mentari pagi menyapu halaman pesantren dengan cahaya hangat. Suara takbir menggema dari mushala, menyatu dengan langkah-langkah kecil para santri yang bersiap menyambut hari istimewa: Yaitu Hari Raya Idul Adha. Di sudut halaman, seekor sapi qurban berdiri tenang, dan juga kambing yang tak melawan, tak gelisah, seakan tahu bahwa kehadirannya bukan sekadar simbol, tetapi bagian dari ibadah yang penuh cinta dan pengorbanan.

Hari Raya Idul Adha adalah salah satu momen paling sakral dalam kalender Islam. Ia bukan sekadar perayaan tahunan, melainkan perwujudan ketaatan, keikhlasan, dan kepedulian sosial. Di pesantren, pelaksanaan Sholat Idul Adha menjadi momentum pendidikan spiritual yang nyata. Santri tidak hanya diajak untuk memahami makna ibadah secara teoritis, tetapi juga untuk merasakannya secara langsung dalam suasana yang khusyuk dan penuh keberkahan.

Kegiatan Sholat Idul Adha di Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat menjadi bagian penting dari pembentukan karakter santri. Sholat dilaksanakan secara berjamaah dengan bimbingan para asatidz, diikuti dengan khutbah yang menggugah hati dan memperdalam pemahaman makna pengorbanan.

Pelaksanaan Sholat Idul adha di Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ bukan hanya menjadi kewajiban ibadah, tetapi juga bagian dari proses pendidikan yang bermakna. Melalui sholat berjamaah dan refleksi spiritual, santri diajak memahami bahwa hidup bukan sekadar tentang diri sendiri, tetapi juga tentang memberi, berkorban, dan patuh kepada perintah Allah SWT. Semoga kegiatan ini menjadi amal jariyah dan inspirasi bagi pelaksanaan ibadah di tahun-tahun berikutnya.

Intisari Hari Raya Idul Adha bukan sekadar perayaan, ia adalah panggilan untuk meneladani kesabaran Nabi Ibrahim dan ketaatan Nabi Ismail. Dan di pelataran pesantren, gema kisah agung itu kembali hidup, bukan hanya dalam ceramah, tapi dalam tindakan nyata.

Di pesantren, qurban menjadi ladang amal sekaligus ladang ilmu. Di sinilah para santri belajar bukan hanya tentang fiqih penyembelihan, tapi juga tentang manajemen kepercayaan, pengabdian kepada umat, dan kepedulian sosial. Setiap hewan yang dikurbankan bukan hanya menyisakan daging, tetapi meninggalkan pelajaran tentang ketulusan dan kebersamaan.

Jurnal ini merupakan saksi atas proses itu. Ia bukan hanya laporan kegiatan, melainkan kisah kolektif tentang bagaimana pesantren menjadikan qurban sebagai media pendidikan spiritual, sosial, dan organisatoris. Karena bagi kami, qurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tapi menyuburkan jiwa.

Laporan ini hadir untuk merekam jejak kebaikan itu. Sebuah catatan sederhana tentang bagaimana qurban menjadi bagian dari kehidupan pesantren yang penuh makna—bukan hanya untuk mereka yang menerima, tetapi juga bagi mereka yang belajar memberi.

Idul Adha adalah momentum penting dalam Islam yang mengajarkan nilai keikhlasan, kepedulian sosial, dan semangat berkorban. Sebagai bagian dari pelaksanaan ibadah serta pembelajaran keagamaan, Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ secara rutin melaksanakan kegiatan penyembelihan hewan qurban setiap tahunnya.

Tahun ini, kegiatan qurban dilaksanakan dengan semangat kolaborasi antara Dewan Sepuh, Dewan Ampuh, Masyarakat Santri, Pengurus.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan, Sesudah Sholat Idul Adha, Halaman pinggir Masjid Al-Jamal, Komplek Pesantren. Adapun jenis dan jumlah hewan qurban akan disebutkan di bawah ini:

  1. Sapi: 7 Ekor | Kambing: 5 Ekor | Para Masyaikh Sepuh Wa Ampuh & Donatur Muhibbin Pesantren & Wali santri

Total hewan qurban keseluruhan mencapai: 12 Ekor

Data Donatur Hewan Qurban di Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat 1446 H

  1. H Abdul Halim Rohmatulloh Bin Abah H. Ma’mun Watma
  2. Siti Quraesin Binti H. Abdul Halim Rohmatulloh
  3. Akang Haji Acep sanusi Bin K.H. Tajudin
  4. Elsa Derita Wati Bin H. Jenal
  5. Hafidz Abdul Mujib Bin Dian Heri Permana
  6. Hanif Abdul Muhyi Bin Dian Heri Permana
  7. Hilya Raudhatul Hailalah Binti Dian Heri Permana
  8. Afika Najla Safana Binti Pepen
  9. Salwa Binti H. Asep Hilman
  10. ⁠Alparel Addikro Silitonga Bin Rahmat Hidayat Silitonga
  11. ⁠Ade Raina Aulia Binti H. Asep Saepulloh
  12. ⁠Ibu Karmilah Binti Bapak Kamad
  13. Rina Anggraeni Binti Wasep

Dan untuk penyembelihan dilakukan dengan melibatkan Dewan sepuh juga Dewan ampuh, dan untuk pengemasan dan pemotongan dilakukan oleh santri bagian panitia qurban, pendistribusian daging dibagikan kepada santri, warga sekitar pesantren, dan mustahik yang sudah terdata.

Sekapur sirih, kami segenap keluarga besar Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat mengucapkan Jazakumullahu Khairan Katsiran kepada seluruh donatur yang telah dengan ikhlas menyalurkan hewan qurban melalui lembaga kami.

Semoga amal qurban yang Bapak/Ibu/Saudara sekalian tunaikan diterima oleh Allah ﷻ sebagai bentuk ketakwaan dan keikhlasan, serta menjadi wasilah turunnya keberkahan, rezeki yang melimpah, dan keselamatan dunia akhirat.

Doa kami, semoga Allah ﷻ membalas kebaikan para donatur dengan balasan terbaik, menjadikan setiap tetesan darah qurban sebagai penghapus dosa dan penyelamat di hari hisab kelak.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Tanggapan dan Harapan

”Qurban untuk Umat, dari Pesantren yang Bermartabat, ini bukan sekadar seremonial, tapi juga pelajaran hidup bagi santri. Kami harap semangat ini terus tumbuh setiap tahun.”

Penutup

Kegiatan qurban tahun ini di Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat berjalan dengan lancar dan penuh khidmat. Semoga Allah SWT menerima ibadah qurban seluruh pihak yang berkontribusi dan menjadikannya amal jariyah. Terima kasih kepada para donatur, panitia, dan seluruh elemen yang terlibat.

Wallahu Muwafiq Ilaa Aqwamitthoriq

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pewarta: M Wildan Musyaffa

ilustrasi
Hukum Membalik Mushaf Al-Quran dengan Jari Dibasahi Air Liur

Membalik lembaran mushaf al-Quran dengan menggunakan jari yang dibasahi air liur terlebih dahulu merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh sebagian orang ketika membaca al-Quran. Alasan munculnya fenomena demikian ialah bertujuan mempermudah proses membalik lembaran mushaf al-Quran. Karena ketika jari seseorang (bagian ujungnya) dalam kondisi basah sedikit (khususnya sebab air liur), maka menjadi tidak licin dan cenderung menempel (lengket) ketika memegang lembaran mushaf al-Quran.

Sehingga lembaran mushaf al-Quran yang tersentuh oleh jari tersebut menjadi mudah dibalik dari satu lembar ke lembar yang lain.

Dalam menyikapi kebiasaan yang lazim dilakukan oleh sebagian kalangan umat Islam ini, bagaimana Islam memandang kajian atau ketentuan hukumnya?

Apakah memang membalik lembaran mushaf al-Quran dengan menggunakan jari yang dibasahi air liur termasuk perkara yang diperbolehkan ataukah justru sebaliknya, yakni tidak diperbolehkan?

Dalam pandangan syariat Islam, terdapat perbedaan pendapat para ulama mengenai persoalan hukum membalik lembaran mushaf al-Quran dengan jari yang dibasahi air liur. Menurut Imam Qalyubi, kebiasaan demikian ini diperbolehkan selama tidak mengindikasikan adanya penghinaan (niat meremehkan atau menyepelekan) terhadap kitab suci al-Quran.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Hasyiyah asy-Syarwani yang disyarahi Imam Ibnu Hajar al-Haitamiy dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj (1/152) berikut:

وَفِي الْقَلْيُوبِيِّ عَلَى الْمَحَلِّيِّ يَجُوزُ مَا لَا يُشْعِرُ بِالْإِهَانَةِ كَالْبُصَاقِ عَلَى اللَّوْحِ لِمَحْوِهِ؛ لِأَنَّهُ إعَانَةٌ اهـ.

Artinya: “Dalam keterangan Al-Qalyubi terhadap Al-Mahalli, boleh hukumnya (membalik lembaran mushaf al-Quran menggunakan jari yang ujungnya dibasahi air liur) selama tidak mengindikasikan adanya penghinaan terhadap al-Quran. Karena, hal ini (menggunakan jari yang ujungnya dibasahi air liur ketika membalik lembaran mushaf al-Quran ini) memang bertujuan untuk membantu (memudahkan proses membalik lembaran).”

Selanjutnya, pendapat yang dikemukakan oleh Imam Qalyubi ini juga selaras dengan pendapat yang dikemukakan Imam Ramli. Masih dalam kitab yang sama (1/152), berikut keterangannya:

وَفِي فَتَاوَى الْجَمَالِ الرَّمْلِيِّ جَوَازُ ذَلِكَ حَيْثُ قُصِدَ بِهِ الْإِعَانَةُ عَلَى مَحْوِ الْكِتَابَةِ

Artinya: “Dalam Fatawa Al-Jamal Ar-Ramli, (dikatakan bahwa) kebolehan hal ini selama sekiranya memang bertujuan untuk membantu (mempermudah) membalik lembaran mushaf (al-Quran).”

Namun demikian, menurut Imam Ibnu Hajar al-Haitamiy, beliau berpendapat bahwa kebiasaan membalik lembaran mushaf al-Quran dengan jari yang dibasahi air liur termasuk perkara yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan umat Islam. Hal ini sebagaimana disebutkan beliau dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj (1/153) berikut:

وَفِي فَتَاوَى الشَّارِحِ يَحْرُمُ مَسُّ الْمُصْحَفِ بِإِصْبَعٍ عَلَيْهِ رِيقٌ إذْ يَحْرُمُ إيصَالُ شَيْءٍ مِنْ الْبُصَاقِ إلَى شَيْءٍ مِنْ أَجْزَاءِ الْمُصْحَفِ

Artinya: “Dan di Fatawa–nya Syarih (maksudnya Imam Ibnu Hajar), haram menyentuh mushaf al-Quran dengan jari yang terdapat air liurnya. Karena, haram (hukumnya) mengenakan air liur terhadap salah satu dari beberapa bagian mushaf al-Quran.”

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pendapat hukum dari kalangan para ulama dalam persoalan ini. Pendapat pertama menyatakan boleh selama tidak ada indikasi menghina atau meremehkan kitab suci al-Quran. Alasan yang mendasari kebolehan ini ialah karena memang hal demikian ini sejatinya memudahkan proses membalik satu lembar ke lembar lainnya. Sementara itu, pendapat kedua menyatakan bahwa kebiasaan membalik lembaran mushaf al-Quran dengan jari yang dibasahi air liur termasuk perkara yang dilarang alias tidak diperbolehkan. Alasan yang mendasari ketidakbolehan ini ialah adanya larangan mengenakan air liur terhadap mushaf al-Quran. Sebab, selain bisa saja ada potensi meremehkan bagi yang melakukannya, hal juga itu dikhawatirkan dapat mengotori atau merusak kertas daripada mushaf al-Quran itu sendiri. Demikian penjelasan hukum tentang membalik lembaran mushaf al-Quran dengan menggunakan jari yang dibasahi air liur terlebih dahulu. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Pewarta : M Wildan Musyaffa