Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag, Basnang Said. (Foto: Kemenag)
Kemenag Dorong Pesantren Masifkan Penggunaan Aksara Pegon
Bagikan ini :

Kemenag mendorong pimpinan pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan memasifkan penggunaan aksara pegon. Hal itu dilakukan agar warisan ulama Nusantara itu tidak hilang. Pasalnya, beberapa aksara daerah hilang karena tidak ada yang melestarikannya.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag, Basnang Said mengatakan upaya pelestarian pegon bisa dilakukan dengan menampilkan aksara itu di gerbang atau papan-papan di depan pesantren.

“Kalau narasi yang terpampang di papan atau gerbang pesantren ditulis dengan aksara pegon, maka kita sedang memperjuangkan kelestarian pegon sebagai warisan khazanah ulama Nusantara,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam Koordinasi Penguatan Digitalisasi Aksara Pegon dalam Kitab Kuning di Pesantren, Selasa (27/8/2024) di Jakarta.

Basnang menegaskan bahwa Kemenag pun terus melakukan upaya pelestarian aksara pegon. Salah satunya dengan melakukan digitalisasi aksara pegon.

“Alhamdulillah Kemenag telah meluncurkan papan ketik virtual aksara pegon (pegon virtual keyboard) di awal Januari tahun 2024. Kalau Bapak/Ibu menginstall aplikasi pegon virtual keyboard di smartphone, maka Bapak/Ibu bisa menulis atau berkirim pesan dengan aksara pegon,” lanjutnya.

“Makanya kami sedang menggodog dan menyiapkan perangkat digital berisi kitab kuning yang nantinya bisa diberi makna dengan aksara pegon,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kemenag telah meluncurkan aksara pegon dalam format digital, yaitu dalam bentuk papan ketik virtual, pada awal tahun 2024 lalu.

Sebagaimana jamak diketahui, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, pegon memiliki arti aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa. Aksara ini biasa digunakan masyarakat santri untuk memberikan makna pada teks kitab yang dikajinya.

Huruf Pegon bahasa Jawa pego, yang mempunyai arti menyimpang, sebagaimana dilansir NU Online. Penamaan ini mengingat memang huruf Pegon ini menyimpang dari literatur Arab dan juga menyimpang dari literatur Jawa. Huruf-huruf pegon ini bisa dikatakan sebagai sebuah aksara yang nyleneh karena susunan atau tatanannya yang agak berbeda dengan bahasa aslinya (Arab bukan, Jawa juga bukan).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *