Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah, Berpahala Lebihi Jihad

Memasuki 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, muslim harus tahu terdapat deretan keutamaan di dalamnya. Pada waktu tersebut, muslim juga dianjurkan memperbanyak amal saleh.
Mengutip buku Misteri Panjang Umur: Mendapatkan Pahala Besar dengan Amalan Ringan dan Singkat karya Muhammad Ibrahim an-Nu’aim, disebutkan bahwa Allah SWT mencintai sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas RA.

Disebutkan dalam riwayat lainnya bahkan Rasulullah SAW bersabda, “Hari-hari di dunia yang paling utama adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” (HR Ahmad dan Bukhari)

Lebih lanjut, Muhammad Ibrahim an-Nu’aim menjelaskan bahwa sesungguhnya melakukan amal saleh, apa saja bentuknya pada hari-hari itu, pahalanya melebihi pahala beberapa bentuk jihad. Setiap muslim perlu bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu dan menahan godaan setan pada sepuluh hari bulan Dzulhijjah agar dapat memanfaatkannya keutamaannya.

5 Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
1. Allah SWT Bersumpah dengan Hari-hari Tersebut
Ali Mustafa Yaqub dalam buku” Kalau Istiqamah Nggak Bakal Takut Nggak Bakal Sedih“, menyebutkan keutamaan yang pertama dari sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, ialah Allah SWT bersumpah pada hari tersebut dan termaktub dalam surah Al Fajr ayat 1-2:

وَالْفَجْرِ . وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Artinya: “Demi waktu fajar, demi malam yang sepuluh.”

Para ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sepuluh malam itu adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Selain itu, mengenai keutamaan dasa dina (sepuluh hari) pertama Dzulhijjah serupa dengan sepuluh hari terakhir yang ada di bulan bulan Ramadan.


2. Hari-hari yang Paling Utama
Mengenai keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah selanjutnya, Muhammad Nurani dalam buku “Dahsyatnya Amalan Harian Rasulullah” Cara Jitu Mengaktifkan Kartu Ajaib Anti Api Neraka, menjelaskan bahwa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lebih utama daripada hari lainnya di dunia.

Rasulullah SAW sendiri yang menerangkan keutamaan tersebut dalam sebuah hadits yang berbunyi, “Hari-hari di dunia yang paling utama adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” (HR Bazzar dari Jabir)

Dalam riwayat lain juga dijelaskan dalam hadits berikut, “Tidak ada hari-hari yang paling agung di sisi Allah SWT dan paling dicintai amalan padanya, selain ayyaamul ‘asyar (sepuluh hari pertama Dzulhijjah), maka perbanyaklah padanya tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir.” (HR Thabrani)

3. Terdapat Hari Arafah
Alexander Zulkarnaen dalam buku” Apakah Amalan Kita Diterima Allah SWT?” menjelaskan bahwa sepuluh hari pertama Dzulhijjah menjadi utama sebab di dalamnya terdapat hari Arafah yang menjadi hari dibebaskan api neraka bagi mereka yang bersungguh-sungguh dalam ibadah.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi,

مَا مِنْ يَوْمِ أكثر من أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِن يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْعُو ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمُ الْمَلائِكَةِ فَيَقُولُ : مَا أَرَادَ هؤلاء

Artinya: “Tidak ada suatu hari dimana Allah banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka selain hari Arafah. Pada hari itu Allah mendekati hamba-Nya dan membanggakan mereka di hadapan para malaikat.” (HR Muslim)

4. Hari Berkumpulnya Amal Saleh
Masih merujuk sumber sebelumnya, menurut para ahli tafsir, 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah adalah waktu berkumpulnya semua amal-amal saleh, yaitu salat, zikir, puasa, menyembelih kurban, infak, dan sebagainya.

5. Pahalanya Lebih dari Jihad
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, keutamaan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah yakni, tiap amal saleh pada hari-hari tersebut adalah lebih utama dibandingkan jihad. Hal ini dijelaskan dalam riwayat hadits yang dinukil dari Kitab Shahih Bukhari.

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “‘Tidak ada hari-hari, di mana amal sholeh (yang dilakukan) pada hari ini lebih Allah cintai.’ Yaitu sepuluh hari. Para sahabat pun bertanya, ‘Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah?’ Rasul menjawab, ‘Bahkan jihad di jalan Allah sekalipun, kecuali seorang laki-laki yang keluar (berperang) dengan sepenuh jiwanya dan hartanya dan tidak (mengharapkan) ada imbalan dari semua itu’.” (HR Abu Dawud)

Adapun amalan lain yang dapat dilakukan pada 10 hari pertama selain memperbanyak tasbih, tahmid, tahlil dan takbir adalah amalan puasa. Puasa sunnah Dzulhijjah dilakukan mulai tanggal 1-9 Dzulhijjah.

Amalan pada 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
1. Menunaikan Haji dan Umrah
Amalan pertama, yakni ibadah haji dan umrah. Ibadah haji yang hanya dikerjakan pada bulan Dzulhijjah juga termasuk rukun ke-5. Ganjaran bagi mereka yang mendapat haji mabrur adalah surga.

Sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Dari umrah ke umrah lainnya adalah penghapus dosa antara keduanya, dan haji mabrur tidak ada balasan untuknya kecuali surga.” (HR Bukhari)

2. Perbanyak Puasa Sunnah
Mengutip buku Minhajul Muslimah karya Muhammad Syafii Masykur, menerangkan bahwa pada awal bulan itu, disunahkan untuk berpuasa, yaitu dari tanggal 1-9, terutama puasa Arafah. Sementara tanggal 10, diharamkan untuk berpuasa.

Dinukil dari buku Al-Lu’lu’ wal Marjan 2: Hadits-hadits Pilihan yang Disepakati Al-Bukhari-Muslim karya Muhammad Fuad Abdul Baqi terjemahan Taufik Munir, diterangkan keutamaan puasa Arafah, Nabi SAW bersabda:

مَا مْنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْماً فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللهُ بذلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفاً

Artinya: “Tidak seorang hamba pun melakukan puasa satu hari di jalan Allah, kecuali dengan (puasa) hari itu Allah menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh (perjalanan) tujuh puluh tahun.” (HR Bukhari-Muslim)


3 Puasa sebelum Idul Adha, Berpahala Hapus Dosa Setahun
Nabi SAW juga bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

Artinya: “Puasa di hari Arafah, aku berharap kepada Allah bisa menghapus dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya.” (HR Bukhari-Muslim)

3. Memperbanyak Dzikir
Muhammad Arifin Rahman dalam buku Berlimpah Harta dengan Beragam Dzikir, Shalat, dan Puasa Khusus, menyebutkan amalan yang utama ketika sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ialah berdzikir.

Seperti anjuran Rasulullah SAW pada sebuah hadits yang berbunyi, “Tidak ada hari-hari yang paling agung di sisi Allah Swt. dan paling dicintai amalan padanya, selain ayyamul ‘asyr (sepuluh hari pertama Dzulhijjah), maka perbanyaklah padanya tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir.” (HR Thabrani)

4. Berkurban
Dikutip dari buku Fikih Madrasah Ibtidaiyah karya Muhaemin Nur Idris dan Nurzaman, dijelaskan bahwa kurban pada Idul Adha merupakan sunnah yang dianjurkan. Tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Allah SWT memerintahkan muslim untuk berkurban dalam Al-Qur’an surah Al Kautsar ayat 2 yang berbunyi,

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢

Artinya: “Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!”

5. Memperbanyak Sedekah
Memperbanyak sedekah merupakan amalan yang dianjurkan pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah sebab pahalanya dilipatgandakan. Mengenai perintah sedekah, Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 254 yang berbunyi,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ يَوۡمٞ لَّا بَيۡعٞ فِيهِ وَلَا خُلَّةٞ وَلَا شَفَٰعَةٞۗ وَٱلۡكَٰفِرُونَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٢٥٤

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum datang hari (Kiamat) yang tidak ada (lagi) jual beli padanya (hari itu), tidak ada juga persahabatan yang akrab, dan tidak ada pula syafaat. Orang-orang kafir itulah orang-orang zalim.”

Editor : Alima sri sutami mukti

3 CARA BERSUKUR KEPADA ALLAH

Ketahuilah bersyukur kepada Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ sesungguhnya tidak cukup kalau hanya mengucapkan ‘alhamdulillah’. 

Dari sejumlah keterangan yang didapat dari berbagai literatur, setidaknya ada tiga cara mengungkapkan syukur sebagai berikut:  

1. Melalui Lisan 
Mengapresiasi syukur lewat lisan yakni dengan ucapan ‘alhamdulillah” adalah hal minimal yang harus dilakukan. Aktivitas lain adalah berkata yang baik-baik. 

Orang yang bersyukur kepada Allah akan selalu menjaga lisannya dari ucapan-ucapan yang tidak baik. Mereka akan selalu berhati-hati dan berusaha untuk tidak mengatakan sesuatu yang membuat orang lain tersakiti hatinya. 

Orang yang bersyukur tidak berkeberatan untuk meminta maaf atas kesalahannya sendiri kepada orang lain sebagaimana mereka juga tidak berkeberatan memaafkan kesalahan orang lain. 

Kepada Allah SWT, mereka senantiasa bersegera memohon ampunan kepada-Nya. Dan hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surat Ali Imran, ayat 133:


  وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ 

Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu 
 

Memohon ampun, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia memang tidak perlu ditunda-tunda. Lebih cepat tentu lebih baik. Betapa banyak kerugian yang timbul akibat macetnya hubungan atau silaturrahim antarsesama saudara, kawan dan relasi, gara-gara persoalan maaf-memaafkan belum terselesaikan.  

2. Melalui Hati 
Dalam aktivitas hati ini, bagaimana mengelola hati menjadi hal sangat penting. Aktivitas hati terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam bentuk perasaan senang, ikhlas dan rela dengan apa sudah yang ada. 
Orang-orang bersyukur tentu lebih mudah mencapai bahagia dalam hidupnya terlepas apakah mereka termasuk orang sukses atau belum sukses. Syukur tidak mensyaratkan sukses dalam hidup ini sebab kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada manusia takkan pernah bisa dihitung. 

Manusia takkan pernah mampu menghitung seluruh kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya. Allah dalam surat Ar-Rahman, ayat 13, bertanya kepada manusia:


 فَبِأَيِّ آلاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 

Artinya: Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? 
 

Ayat tersebut diulang berkali-kali dalam ayat-ayat berikutnya dalam surat yang sama, yakni Ar-Rahman. Dan pengulangan ini tentu bukan tanpa maksud. Allah menantang kepada manusia untuk jujur dalam membaca dang menghitung kenikmatan yang telah Dia berikan. Bagaimana bisa bisa bernapas, melihat dan mendengar, serta bagaimana bisa merasakan dengan panca indera kita? 

Dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu saja kita sudah tidak mampu menghitung berapa kenikmatan yang terlibat di dalamnya. Maka barangsiapa tidak bersyukur kepada Allah, sesungguhnya dia telah kufur atau mengingkari kenikmatan-kenikmatan yang telah diterimanya dari Allah  SWT. 

Orang-orang yang bersyukur kepada Allah tentu memiliki jiwa yang ikhlas dalam melakukan dan menerima sesuatu. Mereka yang bersyukur tentu tidak suka berkeluh kesah atas aneka kekurangan atau hal-hal tidak menyenangkannya. 

Kalangan yang bersyukur tentu lebih sabar daripada mereka yang tidak bersyukur. Memang untuk bisa bersyukur kita perlu kesabaran. Untuk bersabar kita perlu keikhlasan. Dengan kata lain, syukur, sabar dan ikhlas sesungguhnya saling berkaitan. 

Maka dalam ilmu tasawuf, syukur adalah suatu maqam atau tingkatan yang sangat tinggi yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang telah berhasil mencapai kompetensi tinggi dalam hal spiritualitas. 

Dari sinilah kemudian muncul konsep kecerdasan spiritual.  Kecerdasan ini hanya bisa dicapai melalui latihan-latihan yang sering disebut dengan riyadhah. Hal ini berbeda dengan kecerdasan intelektual yang bisa diterima seseorang  secara genetis tanpa melalui latihan-latihan tertentu.  

3. Melalui Fisik  
Aktivitas fisik atau perbuatan nyata terkait dengan syukur  bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik melibatkan orang lain atau hanya melibatkan diri sendiri. Yang terkait dengan orang lain misalnya seperti berbagi rezeki, ilmu pengetahuan, kegembiraan dan sebagainya.   

4 Keistimewaan Bulan Dzulqa’dah untuk Diteladani Umat Islam

Dzulqa’dah (KBBI: Zulkaidah) merupakan bulan ke-11 dalam kalender hijriah yang memiliki keistimewaan dan keutamaan dalam Islam.
Salah satu keistimewaan bulan Dzulqa’dah adalah menjadi bulan permulaan dari empat bulan yang dimuliakan.

Dengan mengetahui keutamaan dan keistimewaannya, diharapkan umat Islam dapat mengisi bulan ini dengan ibadah dan amalan.

1. Permulawaan dari 4 bulan yang dimuliakan
Dzulqa’dah merupakan permulaan dari empat bulan yang dimuliakan (al-Asyhur al-Hurum). Empat bulan haram atau empat bulan yang dimuliakan itu adalah Dzulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Disebut Dzulqa’dah sebab orang-orang Arab pada masa lalu tidak melakukan perang (qu’uud ‘anil qitaal) di bulan ini. Allah Swt berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (سورة التوبة: ٣٦)

Artinya: Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (Dzulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab) (QS at-Taubah: 36).

2. Merupakan 1 di antara 3 bulan haji
Keistimewaan bulan Dzulqa’dah berikutnya adalah Dzulqa’dah merupakan satu di antara tiga bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqa’dah, dan sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah.

Tidak sah ihram untuk haji pada selain waktu tersebut. Allah swt berfirman:

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ (البقرة: ١٩٧)

Artinya: Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi (ditentukan) (QS al-Baqarah: 197).

3. Bulan baik melaksanakan umrah
Ketiga, Rasulullah Saw tidak pernah melakukan umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sahabat Anas bin Malik ra meriwayatkan:

اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ (رواه البخاري)

Artinya: Rasulullah Saw berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji (HR al-Bukhari).

4. 30 malam yang disebutkan Allah
Dzulqa’dah adalah 30 malam yang disebutkan oleh Allah Swt dalam firman-Nya:

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ (سورة الأعراف: ١٤٢)

Artinya: Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Dzulqa’dah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS al-A’raf: 142).

Itulah empat keistimewaan bulan Dzulqa’dah. Semoga kita dapat meneladani dan mengisi bulan yang mulia ini dengan amal dan ibadah.

5 Amalan Bulan Dzulqa’dah yang Dapat Dilakukan Umat Islam

Dzulqa’dah merupakan bulan kesebelas dalam kalender hijriah yang termasuk salah satu dari empat bulan yang dimuliakan oleh Allah Swt (asyharul hurum).
Bulan Dzulqa’dah adalah salah satu bulan yang memiliki keistimewaan dan keutamaan. Terdapat sejumlah amalan bulan Dzulqa’dah yang dapat dilakukan umat Islam.

Bulan Dzulqa’dah merupakan waktu yang baik untuk meningkatkan amal ibadah. Selain itu, terdapat sejumlah peristiwa penting di bulan ini.

Hal ini memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ini adalah lima amalan bulan Dzulqa’dah yang dapat dikerjakan muslim.

1. Puasa
Abu Bakar Usman ad-Dimiyathy dalam karya I’anah at-Thalibin berkata bahwa puasa yang paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan-bulan haram.

Urutannya paling afdal adalah puasa pada Rajab, kemudian Zulhijah, Dzulqa’dah atau Zulkaidah, dan terakhir puasa pada Syaban. (I’anah ath-Thalibin, 2/307)

Hal ini juga berdasarkan hadis Nabi Muhammad Saw sebagai berikut.

صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بَعْدَهُ وَصُمْ أَشْهُرَ الْحُرُ

Artinya: “Puasalah pada bulan Ramadhan, tiga hari setelahnya, dan pada bulan-bulan haram.” (HR Ibnu Majah).

2. Umrah
Amalan bulan Dzulqa’dah berikutnya adalah melaksanakan umrah bagi umat Islam yang mampu seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Dikutip dari laman NU Online, Rasulullah Saw tidak pernah melakukan umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadis berikut.

اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ (رواه البخاري)

Artinya: “Rasulullah Saw berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji” (HR al-Bukhari).

3. Sholat sunnah
Di bulan mulia Dzulqa’dah, umat Islam juga dapat memperbanyak amalan sholat sunnah, seperti sholat malam, sholat dhuha, dan sholat tobat.

4. Sedekah
Umat Islam juga dapat bersedekah di bulan Dzulqa’dah. Setiap perbuatan baik yang dilakukan termasuk bersedekah akan mendapat ganjaran pahala berkali-kali lipat oleh Allah Swt.

5. Dzikir
Amalan yang dapat dilaksanakan di bulan Dzulqa’dah berikutnya adalah berzikir. Mengingat Allah Swt dengan berzikir sangat dianjurkan di bulan Dzulqa’dah. 

Selain berzikir, jangan lupa juga untuk senantiasa bersikap baik kepada siapa saja.

Itulah beberapa amalan bulan Dzulqa’dah yang dapat dikerjakan umat Islam. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt.

Sunnah-sunnah Ibadah Haji

Ibadah haji terdiri atas rukun haji, wajib haji, dan sunnah-sunnah haji. Semua ini yang membuat ibadah haji menjadi sempurna. Masing-masing semua itu memiliki konsekuensi yang berbeda-beda. Sebagian darinya berimplikasi serius bagi manasik haji jamaah yang bersangkutan. Syekh Abu Syuja dari mazhab Syafi’i dalam Taqrib-nya menyebut tujuh hal yang menjadi sunnah-sunnah haji: 1. Ifrad, yaitu mendahulukan haji dibandingkan umrah. 2. Talbiyah, (membaca “Labbaik allahumma labbaik”). 3. Thawaf qudum. 4. Mabit di Muzdalifah. 5. Shalat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat. 6. Mabit di Mina. 7. Thawaf wada‘. Namun demikian, pandangan Abu Syuja diberi catatan oleh para ulama Syafiiyah sesudahnya. KH Afifuddin Muhajir mendokumentasikan catatan verifikasi para ulama Syafiiyah tersebut. Menurutnya, sebagian sunnah haji yang disampaikan Syekh Abu Syuja masuk ke dalam wajib haji, bukan sunnah haji.

و) الرابعة (المبيت بمزدلفة) ليلة النحر. وعده من السنن مرجوح والمعتمد أنه واجب)

Artinya, “Keempat (mabit di Muzdalifah) pada malam nahar (9 Dzulhijjah). Pendapat yang menganggap mabit di Muzdalifah ini lemah. Menurut pendapat yang muktamad, mabit di Muzdalifah itu masuk wajib haji,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 91). Kiai Afif mengatakan bahwa pendapat yang memasukkan mabit di Muzdalifah sebagai sunnah haji lemah. Pendapat yang dapat diandalkan menempatkan mabit di Muzdalifah sebagai wajib haji. Catatan ini juga dinyatakan perihal kesunnahan mabit di Mina pada malam-malam hari Tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

ـ (و) السادسة (المبيت بمنى) ليالي أيام التشريق الثلاثة والمعتمد أنه واجب

Artinya, “Keenam (mabit di Mina) pada malam-malam Tasyriq. Menurut pendapat yang muktamad, mabit di Mina itu masuk wajib haji,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 91). Catatan Kiai Afif terakhir perihal sunnah-sunnah haji adalah tawaf wada‘. Thawaf wada‘ merupakan wajib haji menurut pandangan ulama syafi’iyah yang lebih shahih.

ـ (و) السابعة (طواف الوداع) عند إرادة الخروج من مكة، والمعتمد أن طواف الوداع واجب

Artinya, “Ketujuh (tawaf wada‘) ketika ingin meninggalkan Kota Makkah. Menurut pendapat yang muktamad, thawaf wada‘ itu masuk wajib haji,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 91). Jadi sunnah-sunnah haji menurut pendapat ulama Syafi’iyah yang muktamad adalah sebagai berikut: 1. Ifrad, yaitu mendahulukan haji dibandingkan umrah. 2. Talbiyah. 3. Thawaf qudum. 4. Shalat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat. Adapun shalat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat dilakukan setelah thawaf. Shalat sunnah thawaf dapat dilakukan di mana saja di tanah haram. Tetapi sedapat mungkin shalat sunnah thawaf ini dilakukan di belakang maqam Ibrahim. 

ـ (و) الخامسة (ركعتا الطواف) أي ركعتان بعد الفراغ من الطواف ويصليهما خلف المقام، فإن لم يتيسر ففي الحجر فإن لم يتيسر ففي المسجد فإن لم يتيسر فحيث شاء من الحرم

Artinya, “Kelima (shalat dua rakaat thawaf), yaitu dua rakaat setelah selesai thawaf. Shalat sunnah thawaf dilakukan di belakang maqam Ibrahim. Kalau tidak mungkin, maka shalat sunnah thawaf dilakukan di Hijir Ismail. Kalau tidak mungkin, shalat sunnah thawaf dilakukan di masjid. Kalau tidak mungkin, maka shalat sunnah thawaf dilakukan di mana saja di tanah haram,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 91). Adapun shalat sunnah thawaf dilakukan sebagaimana shalat sunnah pada umumnya. pembacaan Al-Qur’an dalam shalat sunnah thawaf juga dilakukan sebagaimana shalat pada lazimnya.

ـ (ويسر بالقراءة فيهما نهارا) إلا ما بعد الفجر (ويجهر بها ليلا) وما بعد طلوع الفجر إلى طلوع الشمس

Artinya, “(Al-Quran dibaca perlahan (sirr) pada shalat sunnah thawaf di siang hari) kecuali setelah fajar. (Al-Quran dibaca lantang (jahar) di malam hari) dan setelah terbit fajar hingga terbit matahari,”