Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’

KH. Ahmad Faqih (pendiri pertama) adalah seorang alumnus pondok pesantren Sukamanan Tasik Malaya, yang pada waktu itu dipimpin langsung oleh KH. Zaenal mustafa yang di kenal sebagai pahlawan nasional, dalam beberapa tahun beliau mempelajari ilmu agama di pesantren tersebut, setelah beliau cukup untuk bermukim dan mengembangkan ilmu yang diperolehnya, beliau diberi tugas membuka pondok pesantren di kampung halamannya yang tepatnya di Kebon Kalapa, Tasik Malaya, peristiwa ini terjadi pada tahun 1936 M.

Amanat Guru beliau yaitu harus tetap didalam jalur Ahli Sunnah Waljama’ah dan harus ada dalam naungan organisasi NU (Nahdlatul Ulama) dikerjakan dengan sangat tekun dan istiqomah, sehingga para santri berdatangan dari daerah Cibeureum dan sekitarnya, dan pada awal tahun 1946 M santrinya berjumlah 200 orang.

Kemudian beliau pindah ke Cianjur terdorong oleh situasi negara Republik Indonesia diawal-awal tahun kemerdekaannya yang belum sepenuhnya aman, tepatnya ke desa Gunung Halu (kini dimekarkan menjadi empat desa, yaitu : Desa Sindangsari, Desa Sindangjaya, Desa Kertajaya dan Desa Gunung Sari). Di Desa Kertajayalah dirintis kembali Pondok Pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri’ yang mana lokasi Pondok Pesantren tersebut berdekatan dengan basis Kristenisasi di Jawa Barat. Adapun Pondok Pesantren yang dahulu didirikan di Tasikmalaya sekarang diteruskan oleh keluarga beliau yang menetap di sana.

Tantangan dan hambatan ini lebih berat dirasakan karena kesadaran Umat Islam relatif rendah dan bersifat apatis, ditambah lagi adanya tantangan dari Umat Kristen dari kampung sekitar, bahkan sampai saat ini sembilan Gereja lebih telah mereka miliki dan Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’lah satu-satunya benteng pertahanan agar upaya kristenisasi dapat ditahan.

Disamping sembilan Gereja yang semakin bertambah, mereka juga memiliki fasilitas pendidikan seperti : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dua Gedung Aula dan Koperasi. Walaupun tantangan dan hambatan yang dihadapi cukup berat, tetapi berkat ketabahan dan kesabaran serta bertawakal kepada Alloh SWT sedikit demi sedikit masyarakat yang berada disekitar Pondok Pesantren mengerti akan kifrah Pesantren sebagai Lembaga Akhlaq.

Syahriahan Alumni, Muqimin dan Muqimat Korda Cianjur Kulon

Pengajian syahriahan merupakan kegiatan program pengajian bulanan yang di terapkan di pondok pesantren Miftahulhuda Al-Musri’.

Tidak hanya di Al-Musri Pusat saja namun di setiap pesantren cabang al-Musri termasuk juga Korda (koordinator Daerah) disetiap wilayah yang sudah terbentuk. Contohnya di Korda Cianjur Kulon yang diadakan setiap hari Minggu di akhir bulan Hijriah. 

Kitab yang digunakan yaitu kitab Al-Hikam karya Syaikh Ibnu ‘Athoillah Assakandari dan kitab Minhajul ‘Abidin karya Imam Al-Ghazali. Kegiatan syahriahan di setiap Korda ini dihadiri oleh Alumni, Muqimin dan Muqimat Pondok Pesantren Al-Musri Pusat atau Cabang  yang ada di daerah cangkupan Cianjur Kulon yaitu Kecamatan Cipanas, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi, dan Kecamatan Cugenang. Juga dihadiri oleh AMPUH (Amanat Sepuh) dari Al-Musri Pusat.

Pengajian Syahriahan yang saat ini diadakan bertepatan Hari/Tanggal Minggu, 5 September 2021 yang bertempat di kediaman salah satu Muqimin Al-Musri Pusat yaitu KH. Deden pimpinan Pondok Pesantren Al-Muthma’innah Beralamat di Kp. Sarampat Cugenang.

Kitab Al-Hikam yang dibawakan oleh Aang Ijang Kamaludin Misbah dan Kitab Minhajul ‘Abidin yang dibawakan oleh Ustad. Kakah Angkrong membuat daya tarik tertentu khususnya untuk Jema’ah Korda Cianjur Kulon yang hadir dengan gaya pengajian yang Interaktif antara Jema’ah dengan pembawa materi kitab.

Pengajian syahriahan yang merupakan Amanat dari Pangersa Alm. Mama KH. Ahmad Faqih (Pendiri Pontren Al-Musri Pusat) harus diadakan oleh setiap Alumni, Muqimin dan Muqimat dengan rasa Khidmah, seperti yang disebutkan oleh Aang Ijang “Walaupun peserta pengajian yang hadir belum maksimal pengajian ini harus tetap berjalan dengan dibarengi rasa khidmah”.

Pondok pesantren AL-Musri Pusat sendiri menghimbau bagi Alumni, Muqimin dan Muqimat yang belum merapat dikegiatan Kordanya masing-masing diharapkan segera merapat di kordanya masing-masing yang mana tujuannya hanya untuk Shilaturrahmi, karena dengan shilaturrahmi akan ada banyak keutamaan atau faidah yang akan didapatkan.


Penulis : Abdul Rohman Alfaqih (Almusri Media)

Alumni Al-Musri diharuskan bela NU dan NKRI

Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri, Ciranjang Kabupaten Cianjur menginstruksikan kepada seluruh alumninya untuk menjaga NKRI.

Hal itu tertuang dalam surat bernomor 092/YP-MHA/IV/2017 perihal Instruksi kepada alumni yang ditandatangani langsung oleh Ketua Yayasan, KH. Saeful Uyun, Lc dan Kabid Administrasi dan Organisasi, Hamzah Singana Gusti tertanggal 24 April 2017.

“Berhubung saat ini keutuhan organisasi NU dan NKRI sedang digoncang oleh berbagai pihak, maka kita selaku warga NU wajib membela dan mempertahankannya,” demikian isi pembuka surat tersebut.

 Dalam surat tersebut juga ditegaskan untuk menyikapi berbagai persoalan itu, keluarga besar Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri menginstruksikan kepada seluruh alumni untuk mengikuti dan aktif dalam segala kegiatan NU dan Badan Otonomnya.

“Diantara Banom tersebut yakni Muslimat, GP Ansor, Fatayat, IPNU-IPPNU, PMII dan lainnya agar pengetahuan kita tentang ke-NU-an semakin bertambah dan semakin mantap dalam membela keutuhan NU dan NKRI,” tegasnya dalam surat tersebut.