Sekilas Sejarah “Shalawat Thariqiyyah” Menjadi Lagu Wajib Jam’iyyah Thariqah

Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN) mempunyai bacaan shalawat yang khas. Mereka menyebutnya “Shalawat Thariqiyyah”. Dulu, dalam suatu acara thariqah yang dihadiri presiden, pihak protokoler presiden entah kenapa sempat melarang pembacaan shalawat ini, mungkin karena takut lantaran tidak paham arti bacaan shalawat itu. Namun karena pihak jam’iyyah thariqah mengatakan bahwa Shalawat Thariqiyyah itu adalah mars atau lagu wajib thariqah, maka protokoler pun tidak bisa melarang shalawat ini didendangkan di hadapan sang presiden.

Sebagai organisasi sosial keagamaan yang menjunjung semangat nasionalisme, Nahdlatul Ulama (NU) tak pernah luput menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam setiap acara formalnya. Namun ada 3 hal lagi yang selalu khas dan wajib mendapatkan porsi khusus dalam setiap acara NU, yakni pembacaan surat al-Fathihah untuk membuka acara, pembacaan ayat suci al-Quran dan pembacaan shalawat Nabi Muhamamad Saw.

Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah, salah satu badan otonom di bawah naungan NU mempunyai bacaan shalawat yang khusus, shalawat Thariqiyyah. “Allahummahdina thariqal mustaqim…” Shalawat ini juga dibaca dalam pembukaan Muktamar XI Jam’iyyah Thariqah di Pondok Pesantren Al-Munawwariyah, Bululawang, Malang, Rabu (11/1) yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. Pembacaan shalawat dipimpin oleh qari’ internaional pemenang MTQ Turki, H. Saiful Munir.

Baca Juga: Biografi Singkat Mama Syaikhuna

Menurut Ketua Komisi Bahtsul Masail Thariqiyyah Muktamar XI, KH. M. Adib Zaen, shalawat ini ‘diijazahkan’ oleh KH. Idham Chalid, Ketua Umum PBNU sebelum Gus Dur. “Saya tidak tahu apakah beliau yang menciptakan atau bukan, namun beliau (KH. Idham Chalid) yang menyampaikan shalawat ini kepada jam’iyyah thariqah,” katanya.

Kepastian bahwa shalawat ini bersal dari KH. Idham Chalid, kata KH. M. Adib Zaen, disampaikan oleh KH. Mudhoffar Fathurrahman yang pernah menjabat sekjen Majelis Ifta’ Jam’iyyah Thariqah selama tiga periode. KH. Idham Chalid juga sekaligus memberikan nama shalawat itu dengan “Shalawat Thariqiyyah”.

Menurut KH. M. Adib Zaen, shalawat ini sejak lama menjadi ciri khas Jam’iyyah Thariqah, namun baru secara formal menjadi semacam lagu wajib thariqah sejak Munas Jam’iyyah Thariqah di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, pada 2008 lalu. Waktu itu ia sendiri yang memimpin pembacaan shalawat itu di hadapan presiden.

Arti dari Shalawat Thariqiyah:

 

Allahumma shalli wasallim ‘ala ۞ Muhammadin wa alin washahbin ajma’in.

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqan minallahi Rabbil ‘alamin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan dari Allah Tuhan semesta alam)

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqan min ruhi Jibrilal matin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan dari Malaikat Jibril al-Matin)

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqal anbiya-i wal mursalin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan para nabi dan rasul)

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqassyuhada-i wal mujahidin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan para pahlawan dan pejuang)

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqal khulafa-i warrasyidin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan para Khulafaur Rasyidin)

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqal ‘ulama-i wal ‘amilin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan para ulama dan pengamal)

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqal auliya-i wal mukhlishin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan para wali dan orang-orang yang ikhlas)

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqassu’ada-i wal fa-izin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang menang dan bahagia)

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqal atqiya-i wasshalihin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang bertaqwa dan shaleh)

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqal budala-i wal qanithin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan para wali abdal dan ahli ibadah)

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqal ashfiya-i wadzdzakirin.

(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan para sufi dan  ahli dzikir)

 

 

Salah Satu Program Unggulan Yang Membandingi 10x Pengajian Harian

Dari berbagai program unggulan di Miftahulhuda Al-Musri’ yang telah ada sejak pesantren dipimpin oleh Mama KH. Ahmad Faqih yang sekaligus pendiri Yayasan pondok pesantren pada tahun 1972 M, ada yang disebut program Tarkiban.

Dalam program Tarkiban ini setiap kelas akan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan satu orang pengawas di setiap kelompoknya. Setiap anggota kelompok akan bergantian memberi pertanyaan kepada anggota yang lain seputar pembahasannya masing-masing. Dan jika ada pendapat yang berbeda, mereka akan berdiskusi bahkan sesekali berdebat untuk memecahkan bagaimana jawaban yang benar. Lalu jika ada materi yang tidak terpecahkan, mereka bisa langsung bertanya kepada pengawasnya.

Mungkin Tertarik:
>>  Lihat Video bagaimana kegiatan Tarkiban
>> Program Pencetak Santri jadi Mubaligh
>> Hukum Menemani Shalat
>> Praktek Observasi Ilmu Falak di ALMusri

Pelajaran yang dibahas pun berbeda-beda setiap kelasnya, diambil dari beberapa mata pelajaran yang dipelajari pada pengajian Balaghan di masing-masing kelas. Pembahasan Tarkiban tersebut, yaitu:

  1. Tingkat I’dadiyah (pemula): Tajwid
  2. Tingkat Ibtidaiyah: Jurumiyah, Kailani (Shorof), Yaqulu
  3. Kelas 1 dan 2 Tsanawiyah: Alfiyyah Ibnu Malik
  4. Kelas 3 Tsanawiyah: Alfiyyah, Samarqondi
  5. Kelas 1 dan 2 Aliyah: Sulamul Munauroq, Uqudul Juman
  6. Kelas 3 Aliyah dan 1 Ma’had Aly: Uqudul Juman, Jam’ul Jawami’

Namun meski begitu, para santri dari tingkat kelas menengah hingga kelas atas pun tidak meninggalkan dan melupakan pelajaran sebelumnya. Mereka akan menambah pembahasan intinya dengan pelajaran yang pernah dipelajari pada kelas sebelumnya. Oleh karena itu, program ini mempunyai keunggulan satu kali Tarkiban membanding 10 kali Balaghan (pengajian harian)

Adapun dari mulai kelas 2 Ma’had Aly sampai tingkat Dirosatul Ulya, mereka yang akan menjadi pengawas kelompok pada program Tarkiban ini.

 

Sebagaimana di dalam kitab Ta’limul Muta’allim disebutkan, bahwa:

Ada 3 hal yang harus dilakukan dengan sesamanya oleh orang yang sedang menuntut ilmu, yaitu:

  1. مذكره. Saling bercerita membahas tentang ilmu yang sudah dipelajari
  2. مناظره. Berdiskusi jika ada pelajaran yang belum terpecahkan
  3. مطارحه. Saling melontarkan tanya jawab.

Dan dalam melakukan 3 hal tersebut, harus diiringi dengan bersikap tenang dan bersungguh-sungguh.

 

Semoga dengan adanya program Tarkiban ini, dapat menjadikan para santri lebih giat lagi dalam mengevaluasi sehingga tidak melupakan pelajaran-pelajaran yang sudah diaji.

 

penulis : Rahmi Rahmatussalamah

Memperingati Harlah NU Yang Ke-1 Abad

Sebagai salah satu pesantren yang berada di bawah ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah Annahdliyah, Pondok pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ tentu akan terus meneladani dan mengenang sejarah perjuangan para pahlawan terutama para ulama yang telah memperjuangkan dan mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Untuk itulah setiap tahun Miftahulhuda Al-Musri’ selalu menggelar peringatan Hari lahir NU.

 

Dalam rangka memperingati 1 abad Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama, Pada hari Kamis 2 Februari 2023, Miftahulhuda Al-Musri’ mengadakan acara yang diikuti oleh semua santri. Adapun inti dari acara tersebut, yaitu:

  1. Pesembahan dari IPNU dan IPPNU juga Pagar Nusa dan Sri Kandi
  2. Berbagai sambutan
  3. Talk Show ke-NU an
  4. Pemberian Cinderamata
  5. Lomba musikalisasi puisi antar kelas
  6. Nonton bareng film pahlawan.

Acara yang diurus oleh IPNU dan IPPNU Miftahulhuda Al-Musri tersebut bertujuan untuk mempererat ke-NU an para santri dengan mengenang para Syuhada yang 1 abad lalu berjuang melawan para penjajah demi mempertahankan negara, agama, dan Nahdlatul Ulama.

 

Sebagaimana nasihat yang ada dalam motto Harlah tahun ini: “Mola Diri Sajeroning Budi Pekerti ku Ngagugu ka Guru, ku Ngahirup-hirup NU”. Maksudnya yaitu berbenah menjadi sebaik-baiknya diri sendiri dalam berbudi pekerti terutama kepada guru. Dan karena kita menuntut ilmu dengan berlandaskan Ahlussunnah Wal Jama’ah, maka kita juga harus mempertahankan dan menghidupkan Nahdlatul Ulama.

 

Dalam kitab Ta’limul Muta’allim dijelaskan, bahwa seorang murid tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, jika tidak menghormati ilmu dan guru.

TWIBBON HARLAH SATU ABAD NAHDLATUL ULAMA

Sejarah pondok pesantren bermula dari sistem pengembangan agama Islam yang dirintis oleh Wali Songo dan menyebar ke pelosok Nusantara. NU sebagai organisasi keagamaan, sejak kelahirannya sejak 1926, sangat memperhatikan keberadaan pondok pesantren. Bahkan dalam anggaran dasarnya (1927) maupun dalam Statutent Nahdlotoel Oelama (1927) dinyatakan bahwa bidang garapan NU untuk mencerdaskan sumber daya manusia dengan membantu pembangunan pondok pesantren. Fungsi dari pondok pesantren adalah sebagai lembaga dakwah, pengkaderan ulama, pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian masyarakat.

 

Nahdlatul Ulama (NU) artinya adalah kebangkitan ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari serta para ulama lain pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H di Surabaya. Tanggal tersebut kemudian yang hingga kini diperingati sebagai Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) atau Harlah Nahdlatul Ulama (NU).

Lahirnya Nahdlatul Ulama tidak hanya untuk merespons kondisi masyarakat yang pada saat itu sedang terjajah, problem keagamaan, dan problem sosial di tanah air, tetapi juga menegakkan warisan-warisan kebudayaan dan peradaban Islam yang telah diperjuangkan oleh Nabi Muhammad SAW. dan para sahabatnya.

Berdirinya NU berangkat dari komite dan berbagai organisasi untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis serta untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Setelah berkoordinasi dengan berbagai kiai, maka muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926 M). Organisasi NU pada saat itu dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar.

 

Akhir-akhir ini semakin nyata adanya fakta yang tak terbantahkan, sesuai sabda Rasulullah SAW. bahwa umat Islam akan terpecah menjadi banyak firqah dan aliran yang semuanya tidak ada yang selamat kecuali mereka yang ikut sunnah Nabi dan para sahabatnya. Perkataan Nabi ini sangat populer disebut Ahlussunnah Wal Jama’ah, yang dianut oleh organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia dengan nama Nahdlatul Ulama.

 

Ketika NU hidup di dunia modern, mau tidak mau organisasi ini juga harus mengembangkan diri, untuk menyesuaikan perkembangan zaman yang dijalani. Tujuan NU didirikan adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut paham Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menurut kepada salah satu dari madzhab 4 untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat.

 

pewarta : Rahmi Rahmatussalamah

Nikmat Tuhan Mana Lagi Yang Akan Kita Dustakan?

Diriwatkan, bahwa Amr bin Ka’ab dan Abu Hurairah r.a. pernah datang menemui Nabi Muhammad SAW. dan bertanya : “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berilmu?”

Nabi menjawab : “Orang yang berakal”.

Mereka bertanya pula : “ siapakah orang yang paling tekun beribadah?”

Nabi menjawab : “Orang yang berakal”.

Mereka bertanya pula : “Siapakah orang yang yang paling utama?”

Nabi menjawab : “Orang yang berakal. Segala sesuatu mempunyai senjata, dan senjata orang mukmin adalah akal. Setiap bangsa mempunyai pemimpin, dan pemimpin orang mukmin adalah akal. Dan setiap bangsa mempunyai cita-cita, dan cita-cita manusia adalah akal”.

Dari Aisyah r.a., ia berkata : “Akal itu ada sepuluh bagian. Lima diantaranya tampak, dan lima lainnya tidak tampak. Adapun bagian-bagian yang tampak itu ialah :

  1. Sebagaimana sabda Nabi SAW. :

من صمت نجا

Artinya : “Barangsiapa diam, maka ia selamat”.

Dan sabdanya :

من كثر كلامه كثر سقطه

Artinya : “Barangsiapa banyak bicaranya, maka sering pula ia terjatuh”.

  1. Santun.
  2. Rendah hati. Sebagaimana sabda Nabi SAW. :

من تواضع رفعه الله ومن تكبر وضعه الله

Artinya : “Barangsiapa bersikap rendah hati, maka Allah akan meninggikan (derajat)nya dan barangsiapa bersikap sombong, maka Allah akan menghinakannya”.

  1. Menyuruh kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.
  2. Beramal saleh.

Adapun bagian-bagian akal yang tidak tampak adalah :

  1. Tafakkur (berpikir)
  2. Ibrah (mengambil pelajaran dari sesuatu kejadian)
  3. Merasa berat dengan dosa-dosa.
  4. Merasa takut kepada Allah SWT.
  5. Merasa dirinya hina.

Baca Juga>>Keutamaan Dan Amalan Di Bulan Rajab

Keindahan itu diciptakan dengan tujuh bagian : kelembutan, kemanisan, cahaya, sinar, kegelapan, keramahan dan kehalusan. Ketika semua makhluk dan semua hal telah diciptakan, maka tiap-tiap sesuatu diberi satu bagian dari bagian-bagian tersebut. Kelembutan diberikan kepada surga, kemanisan untuk bidadari, cahaya untuk matahari, sinar untuk bulan, kegelapan untuk malam, kelembutan dan kehalusan untuk angin. Alam besar, yaitu langit dan bumi, dihiasi dengan semua hal tersebut. Dan ketika Allah telah menciptakan Adam a.s. dan Hawa, yaitu alam kecil, maka Allah juga menghiasinya dengan hal-hal tadi. Kelembutan Dia berikan untuk ruhnya, kemanisan untuk lidahnya, cahaya untuk wajahnya, sinar untuk matanya, kegelapan untuk rambutnya, kelembutan untuk hatinya dan kehalusan untuk nuraninya.

 

Konon, susunan falak dan gugusan bintang adalah seperti susunan manusia. Jadi, sebagaimana falak itu ada tujuh, maka demikian pula anggota tubuh manusia. Falak terbagi menjadi dua belas gugusan bintang, maka demikian pula pada tubuh manusia terdapat dua belas lubang : dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, kubul dan dubur, dua payudara, mulut dan pusar. Enam gugusan bintang itu ada di sebelah selatan, dan enam lainnya ada di sebelah utara. Maka demikian pula halnya dengan lubang itu ada di belahan kanan manusia, dan enam lainnya ada di belahan kirinya. Dan pada falak ada tujuh bintang, demikian pula pada tubuh manusia ada tujuh kekuatan : pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, peraba, pemikir, dan pembicara. Jadi, Gerakan-gerakanmu adalah seperti gerakan-gerakan bintang, kelahiranmu seperti terbitnya bintang-bintang, dan kematianmu seperti tenggelamnya bintang-bintang. Dan ini perumpaan di alam atas.

Adapun perumpamaan di alam bawah adalah tubuhmu diumpamakan seperti bumi, tulang-tulangmu diumpamakan gunung-gunung, otakmu seumpama bahan-bahan mineral, keringatmu seumpama sungai-sungai, dagingmu seumpama tanah, rambutmu seumpama tumbuh-tumbuhan, wajahmu seumpama timur, punggungmu seumpama barat, tangan kananmu seumpama selatan, dan tangan kirimu seumpama utara, nafasmu seumpama angin, pembicaraanmu seumpama halilintar, tertawamu seumpama kilat, tangismu seumpama hujan, marahmu seumpama awan, tidurmu seumpama mati, jagamu seumpama hidup, masa mudamu seumpama musim panas, dan masa tuamu seumpama musim dingin. (Maha suci Allah, Pencipta yang sebaik-baiknya).

 

penulis : Rahmi Rahmatussalamah