Pengajian Triwulan, Sosialisasi Masyayikh & Wali santri Al-Musri’

            Telah di selenggarakannya acara pengajian triwulan dan sosialisasi di ponpes Miftahul Huda Al Musri’. Kegiatan tersebut di hadiri oleh para guru guru Al Musri dan Orang tua wali santri. Dengan diadakannya kegiatan tersebut bertujuan mempererat tali silaturahmi antara para guru guru yang ada di Al Musri’ dan orang tua wali santri, tidak hanya dengan acara sosialisi kegiatan tersebut pun di isi dengan pengajian kitab kuning yaitu kitab Ihya Ulumuddin, isi dari sosialisasi tersebut juga para guru guru al musri memaparkan program progam ke Al Musrian yang diantara nya : Program Ketarbiyahan dan program keamanan, guna supaya orang tua santri mengetahui kegiatan kegiatan yang ada di Al Musri’.

                Dalam pemaparan program, ada yang menarik para orang tua santri yaitu pemukiman. Di Al Musri ada program pemukiman yang selalu di laksanakan ketika salah seorang santri telah di wisuda di Ponpes Miftahul Huda Al Musri’. Program ini sangat membantu bagi seorang santri yang bingung setelah beres/lulus dari pesantren harus bagaimana, dan program ini adalah salah satu cara dewan kyai al musri menitipkan santri nya kepada masyarakat umum. Menurut pengersa Eteh Hj Iyam “Loba Ku zaman Ayeuna Nu Nyuprih Kana Elmu tapi hasil/teu nepi kana tsamrohna elmu(buah na elmu)”.

                Acara ini juga sekaligus waktu penjengukan orang tua kepada anak nya yang sering dilakukan pada setiap hari kamis dan jum’at di Al Musri’. Sosialisasi menjadi dorongan semangat kepada orang tua santri  dalam mempesantrenkan anak nya.

Miftahul Huda Al Musri’ Pusat

Kamis, 5/8/2025

Selamat Hardiknas 2025! Merdeka Belajar Dalam Mewujudkan Pendidikan Tuntas dan Berkualitas

Mengusung tema “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Semua” peringatan ini menjadi momentum untuk meneguhkan dan memperkuat tekad serta komitmen dalam memajukan pendidikan nasional. Tanggal 2 Mei Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional yang sering disingkat Hardiknas, menjadi momen penting dalam menghargai kemajuan dunia pendidikan di tanah air. Hari ini bukan hanya sekadar tanggal di kalender, melainkan sebuah refleksi tentang bagaimana pendidikan memegang peranan vital dalam kemajuan bangsa.

Momen ini mengingatkan kita akan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan untuk mempersiapkan generasi yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global. Lantas, bagaimana sejarah singkat mengenai Hari Pendidikan Nasional yang selalu diperingati setiap tahunnya? Simak ulasannya berikut ini.

Sejarah singkat Hari Pendidikan Nasional

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap tanggal 2 Mei di Indonesia untuk menghormati jasa Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa. Tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan hari kelahiran beliau pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Hal tersebut tertuang dalam keputusan presiden (Keppres) Nomor 316 tahun 1959 pada tanggal 16 Desember 1959.

Sebagai menteri pendidikan pertama di Indonesia pada tahun 1950, ia menanamkan semangat pendidikan yang merdeka dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ki Hajar Dewantara juga dikenal dengan semboyannya ‘Tut Wuri Handayani’ yang menjadi slogan Kementrian Pendidikan Indonesia hingga kini.

Pada masa penjajahan Belanda, Ki Hadjar Dewantara, yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, menentang kebijakan pendidikan kolonial yang hanya mengutamakan golongan tertentu. Sebagai bentuk perlawanan, beliau mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli 1922, sebuah lembaga pendidikan yang terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang status sosial.

Atas dedikasinya, Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan setelah Indonesia merdeka. Beliau wafat pada 26 April 1959, dan sebagai penghormatan, pemerintah menetapkan hari kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959.

Peringatan Hardiknas bertujuan untuk merefleksikan pentingnya pendidikan dalam membangun bangsa. Meskipun bukan hari libur nasional, peringatan ini biasanya diisi dengan upacara bendera di sekolah-sekolah dan instansi pendidikan lainnya.

Tema Hardiknas tahun 2025

Pada tahun 2025, tema Hardiknas adalah “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”, yang menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam mewujudkan pendidikan berkualitas bagi seluruh masyarakat. Tema ini mengajak seluruh elemen bangsa untuk bekerja sama dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Melalui peringatan ini, diharapkan semangat Ki Hadjar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan untuk semua dapat terus menginspirasi generasi penerus bangsa. Semangat tersebut menjadi landasan penting untuk menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan merata bagi setiap lapisan masyarakat.

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2025. Mari kita lanjutkan perjuangan Ki Hajar Dewantara demi kemajuan pendidikan Indonesia

Editor: Siti Lidiana

Untuk yang Lelah Tanpa Banyak Kata: Selamat Hari Buruh

Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional sebagai penghormatan atas perjuangan para pekerja. Bagi umat Islam, ini menjadi momen penting untuk merenungkan makna bekerja dalam perspektif Islam, serta mengambil teladan dari Nabi Muhammad SAW dalam hal etos kerja, kemandirian ekonomi, dan integritas dalam profesi.

Islam memandang bekerja bukan sekadar aktivitas duniawi, melainkan ibadah yang bernilai tinggi jika diniatkan dengan benar dan dilakukan secara halal. Allah SWT berfirman:


َؤَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

“Dan bahwa manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)

Usaha dan kerja keras adalah bagian dari tanggung jawab manusia, dan hasil yang diperoleh adalah buah dari jerih payahnya sendiri. Maka, setiap tenaga yang dikeluarkan dalam bekerja menjadi bagian dari pengabdian kepada Allah SWT.

Nilai-nilai luhur dalam bekerja berupa kejujuran, amanah, tanggung jawab, disiplin, dan profesionalisme.

Rasulullah SAW bersabda:


مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ…

“Tidak ada seorang pun yang makan makanan lebih baik dari hasil kerja tangannya sendiri…” (HR. Bukhari no. 2072)

Etos ini sangat relevan dalam momentum Hari Buruh, di mana penghargaan terhadap para pekerja harus diwujudkan dalam kebijakan yang adil, gaji yang layak, dan suasana kerja yang manusiawi. Islam menekankan kemandirian dalam mencari nafkah, bahkan Rasulullah SAW melarang umatnya menjadi peminta-minta. Beliau bersabda:


لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً… خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا

“Jika salah seorang dari kalian memikul seikat kayu di punggungnya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain…” (HR. Bukhari)

Bekerja adalah bentuk kemuliaan, bukan sekadar keterpaksaan. Islam mendorong setiap individu menjadi produktif dan mandiri, agar hidup bermartabat.

Sebelum diangkat menjadi Nabi Muhammad SAW telah dikenal sebagai pedagang muda yang sukses dan terpercaya. Ia bekerja pada seorang saudagar wanita terhormat, Siti Khadijah RA. Integritas dan kejujurannya membuat Khadijah terkesan dan akhirnya meminangnya. Kisah ini menjadi inspirasi bahwa kesuksesan lahir dari etos kerja yang baik, kejujuran, dan tanggung jawab.

Hari Buruh seharusnya tidak hanya diperingati dengan aksi, tetapi juga menjadi sarana muhasabah (introspeksi). Bagi pekerja apakah kita sudah bekerja dengan niat ibadah dan akhlak mulia? Bagi pemberi kerja apakah kita telah memperlakukan para pekerja dengan adil.


أَعْطُوا الْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ

“Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya.” (HR. Ibnu Majah, sahih).

Dalam islam martabat pekerja menyiratkan bahwa semua jenis pekerjaan yang sah layak mendapatkan rasa hormat yang sama, baik secara fisik maupun mental.

Adapun hak-hak buruh dalam pandangan islam antara lain:

  • Hak atas upah yang layak (QS. Al Ahqaf:19): Upah harus sebanding dengan nilai kerja bukan sekedar minimum.
  • Hak atas perlindungan sosial (QS. An Nur): Negara dan masyarakat wajib melindungi pekerja dari kehinaan ekonomi.
  •  Hak atas waktu istirahat (HR. Bukhari): Rasulullah SAW bersabda agar buruh tidak dipaksa melebihi batas kemampuannya.
  •  Hak atas keamanan dan keselamtan kerja: Islam melarang segsala bentuk kekerasan atau ekspoitasi terhadap kerja.

Rasulullah adalah teladan dalam memperlakukan buruh. Beliau tidak pernah menunda upah kerja, tidak membebani mereka melebihi batas kemampuan, dan memperlakukan mereka sebagai manusia seutuhnya. Sebuah teladan yang sangat relevan di era kapitalisme digital yang sering memperlakukan buruh hanya sebagai angka-angka produktivitas.

Hari buruh internasional adalah hari pengingat bahwa tidak ada pembangunan tanpa buruh. Mereka adalah fondasi ekonomi, kekuatan sosial, dan harapan masa depan. Alquran dan teladan Rasulullah SAW telah memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana memperlakukan buruh secara adil dan manusiawi. Sudah saatnya kembali kepada nilai-nilai wahyu.

Memberi upah sebelum keringat mengering, memperlakukan buruh sebagai saudara, dan menjamin hak-haknya sebagai manusia. Karena di mata islam, buruh bukan hanya alat produksi, tapijuga pemilik kehormatan dan harga diri.

Selamat hari buruh internasional. Semoga Hari Buruh menjadi titik tolak untuk mewujudkan keadilan kerja, memuliakan pekerja, dan menjadikan setiap pekerjaan sebagai jalan menuju ridha Allah SWT. Semoga keadilan sosial benar-benar menjadi kenyataan, bukan sekedar slogan.

Editor: Siti Lidiana

UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN)

Sedang Terselenggaranya Ujian Akhir Nasional (UAN) oleh Kepengurusan Pendidikan Kesetaraan Pondok Pesantren Salafiyah (PKPPS) tingkat ‘Ulya atau Setara dengan SMA di YPP. Miftahulhuda Al-Musri’ Pusat.

Adapun Mata Pelajaran yang di Agendakan, Yaitu:

Ujian Akhir Nasional (UAN) adalah ujian yang diselenggarakan secara nasional untuk mengukur kompetensi lulusan pada akhir jenjang sekolah menengah pertama atau atas. UAN bertujuan untuk: Menentukan kelulusan siswa, Memetakan kualitas pendidikan nasional, Seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya. 

Setiap sistem pendidikan yang ada di sekolah mengacu pada peraturan perundangan. PKPPS Al -Musri’ merupakan instansi pendidikan yang terus berusaha memperbaiki sistem pendidikan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang ada. Salah satu bentuk perbaikan pelaksanaan sistem pendidikan yang dilakukan oleh PKPPS Al -Musri’ adalah dengan penerapan kurikulum merdeka.

            Kemudian, dalam rangka kesuksesan pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Assesmen PKPPS Al-Musri’ yang dilaksanakan pada tanggal 14-20 April 2025, PKPPS Al-Musri membentuk panitia dan pengawas dalam penyelengaraan Ujian Akhir Nasional (UAN). Adapun pembentukan panitia dan pengawas pada pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) Guna menertibkan para peserta Ujian Akhir Nasional (UAN) yang berjumlah 358 orang. baik dari kalangan santriyin dan juga santriyat. Sehingga hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan ujian dapat mencerminkan kemampuan dan kompetensi peserta didik selama proses pembelajaran.

Hikmah di Balik Keputusan Rasulullah Memilih Hidup Sederhana

Rasulullah saw adalah makhluk terbaik sepanjang masa yang diciptakan dan diutus oleh Allah ke muka bumi. Perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan selalu menyisakan hikmah yang berharga untuk umatnya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, bahwa Rasulullah adalah suri teladan yang baik. Allah berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:

  لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ  

Artinya: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” Salah satu keteladanan Rasulullah yang dapat diikuti ialah beliau memilih hidup dalam kesederhanaan. Dalam sejarahnya, Rasulullah bukan terpaksa hidup sederhana, keputusan itu semata-mata karena pilihan hati dan supaya menjadi teladan bagi umatnya.   Disebutkan dalam sebuah riwayat, Allah swt pernah menawarkan kepada Rasulullah, padang pasir Makkah yang tandus akan diubah menjadi hamparan surga yang berisi emas gemerlapan dan diberikan kepada Rasulullah saw. Tetapi, Rasulullah memutuskan untuk menolak dan memohon agar diberi kecukupan dan hidup sederhana.   Hal ini disampaikan langsung oleh Rasulullah saw dalam hadistnya, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi,   عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” ‌عَرَضَ ‌عَلَيَّ ‌رَبِّي ‌لِيَجْعَلَ ‌لِي ‌بَطْحَاءَ مَكَّةَ ذَهَبًا. فَقُلْتُ: لَا. يَا رَبِّ وَلَكِنْ أَشْبَعُ يَوْمًا وَأَجُوعُ يَوْمًا، أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ، فَإِذَا جُعْتُ تَضَرَّعْتُ إِلَيْكَ وَذَكَرْتُكَ، وَإِذَا شَبِعْتُ حَمِدْتُكَ وَشَكَرْتُكَ

  Artinya: “Dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda: ‘Tuhanku (Allah) telah menawarkan kepada diriku, bahwa Dia ingin menjadikan padang pasir Makkah sebagai emas. Kemudian aku menjawab: Jangan, wahai Tuhanku. Tetapi, aku hanya ingin kenyang untuk sehari dan lapar sehari di hari yang lain atau semacam keduanya. Apabila aku lapar, aku akan memohon kepadamu dan mengingatmu. Begitu pun ketika aku kenyang, aku akan memujimu dan lalu bersyukur.” (HR. Tirmidzi)

  Syekh Ali bin Sulthon Muhammad dalam kitab Mirqotul Mafatih menjelaskan hadits tersebut, bahwasanya Allah swt mengajak Rasulullah bermusyawarah sekaligus menawarkan pilihan kepadanya untuk memperoleh kemegahan hidup atau menjalani kehidupan yang sederhana dan serba cukup di dunia.   Allah hendak menjadikan padang pasir yang ada di Makkah untuk Rasulullah atau terkhusus bagi umatnya, yakni dengan mengubah batu dan pasirnya menjadi emas. Namun, tawaran tersebut ditolak langsung oleh Rasulullah karena ia memillih untuk kenyang dalam satu waktu, lalu dengan kenyang tersebut ia bisa bersyukur. Kemudian lapar di waktu yang lain, lalu dengan lapar ini ia bisa bersabar.   Selanjutnya, Syekh Ali menjelaskan dan menafsirkan alasan Nabi Muhammad saw memilih hidup cukup dan sederhana dalam haditsnya tersebut, ia mengungkapkan:  

فَإِذَا جُعْتُ تَضَرَّعْتُ إِلَيْكَ) أَيْ: بِعَرْضِ الِافْتِقَارِ عَلَيْكَ (وَذَكَرْتُكَ) أَيْ: بِسَبَبِهِ فَإِنَّ الْفَقْرَ يُورِثُ الذِّكْرَ، كَمَا فِي الْغِنَى يُوجِبُ الْكُفْرَ  وَإِذَا شَبِعْتُ حَمِدْتُكَ) أَيْ: بِمَا أَلْهَمَتْنِي مِنْ ثَنَائِكَ (وَشَكَرْتُكَ) : عَلَى إِشْبَاعِكَ وَسَائِرِ نَعْمَائِكَ  

Artinya: “Sabda Nabi (Apabila aku lapar, aku akan memohon kepadamu) artinya, akan menampakkan kerendahan diriku terhadap-Mu (Allah). (lalu aku akan mengingat-Mu) yaitu, mengingat Allah sebab lapar. Sungguh, karena kefakiran itu bisa mewariskan dzikrullah. Sebagaimana halnya merasa kaya yang mewariskan kepada kufur nikmat. Kemudian sabda Nabi, (Apabila aku kenyang, aku akan memuji-Mu) maksudnya adalah memuji dengan apa yang telah dianugerahkan kepadaku dari kemahakuasaan-Mu, (Maka, aku akan bersyukur kepada-Mu) yakni, dengan kenyang yang Engkau berikan dan seluruh nikmat-Mu yang lain.” (Ali bin Sulthon Muhammad, Mirqotul Mafatih, [Beirut: Darul Fikr, 2003] jilid VIII, halaman 3249-3250)

  Hikmah Rasulullah Pilih Hidup Sederhana Syekh Hasan bin Ali Al-Qahiri dalam kitab Fathul Qarib al-Mujib menjelaskan, ada seseorang bertanya terkait hikmah di balik keputusan Nabi Muhammad saat diberi tawaran kemewahan hidup, sebagaimana penjelasan hadits tersebut. Syekh Hasan menyebutkan beberapa hikmah sekaligus menjawab pertanyaan tersebut, yaitu sebagaimana berikut:   Jika Nabi Muhammad hidup dalam kekayaan dan kemegahan, maka kaumnya akan menuduh bahwa dia adalah orang yang gila harta dan tamak. Untuk itu, Rasulullah memilih tetap hidup sederhana. Allah-lah yang menjadikan Nabi Muhammad memilih tetap dalam kesederhanaan. Supaya hati orang fakir merasa ikut bahagia dengan kesederhanaan hidup (karena merasa senasib). Sebagaimana para orang kaya bergembira dengan harta. Harta adalah benda yang tidak akan terlepas dari ikatan hukum halal dan haram. Keharamannya akan membawa kepada azab (siksaan), sedangkan halalnya akan dihisab (diminta pertanggungjawaban). Sehingga hisabnya akan menyibukkan Rasulullah di hari kiamat nanti. Hal ini bisa menyebabkan waktu beliau terkuras dan terganggu untuk memberikan syafaat kepada umatnya. Karena inilah, Rasulullah memilih hidup sederhana. Kesederhanaan Rasulullah menjadi bukti bahwa kehidupan dunia bagi Allah swt itu tidak ada artinya. Sebagaimana sabda Rasul dalam hadisnya yang lain, “Seandainya dunia ini ditimbang di sisi Allah, niscaya beratnya bagaikan sayap nyamuk. Seakan-akan (dunia) itu hanya menjadi tempat peruntungan hidup orang-orang kafir.” (HR. Ibnu Majah) Kesederhanaan yang dipilih oleh Rasulullah saw menjadi bukti, bahwa sederhana itu lebih berharga dibandingkan dengan kaya. Karena Rasulullah sebagai makhluk terbaik, justru memilih hidup sederhana. (Syekh Hasan bin Ali Al-Qahiri, Fathul Qarib al-Mujib, [Riyadh, Maktabah Darussalam, 2018] halaman 4948, jilid 13)   Demikianlah hikmah di balik pilihan Rasulullah hidup dalam kesederhanaan. Beliau rela memilih makan sehari dan lapar di hari yang lain ketika ditawarkan hidup yang penuh dengan kemewahan. Hal ini menjelaskan bahwa hidup sederhana itu adalah sebuah keistimewaan. Namun yang perlu ditekankan adalah kita perlu bersyukur dan bersabar dalam menjalani dinamika kehidupan ini, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Wallahu a’lam.

Editor: Alima sri sutami mukti