Waktu Adalah Amanah

Waktu adalah nikmat besar yang kerap dilupakan. Ia terus berjalan, tak bisa diulang atau dibeli. Namun sering disia-siakan, hingga menjadi penyesalan di kemudian hari.

Salah satu nikmat besar yang sering umat manusia lupakan adalah nikmat waktu. Waktu adalah modal utama dalam hidup, dan sekaligus ujian yang paling halus. Ia terus berjalan tanpa menunggu, tanpa bisa diulang, tanpa bisa dibeli kembali. Namun, seringkali disia-siakan, dan dihabiskan untuk hal yang sia-sia, tanpa sadar bahwa kelalaian yang dilakukan pada hari ini akan menjadi penyesalan di hari kemudian. Sebagai agama, Islam dengan tegas memberi peringatan kepada umat Islam untuk tidak menyia-nyiakan waktu.

Bahkan dalam Al-Qur’an Allah SWT memberikan pengingat bahwa kebanyakan manusia jatuh dalam kerugian karena menyia-nyakan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat. Allah berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 1-3:

وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِࣖ

 Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran”.

Pada ayat di atas Allah SWT dengan tegas memberikan pengingat kepada umat manusia agar tidak termasuk orang yang merugi. Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa kebanyakan dari umat manusia jatuh dalam kerugian ketika hidup di dunia.

Terdapat 4 syarat agar tidak termasuk ke dalam bagian orang yang merugi di dunia yaitu beriman, beramal saleh, dan saling menasihati sesama untuk kebenaran dan kesabaran. Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Tafsirnya Marah Labid juz II hal 661 menjelaskan bahwa maksud dari kerugian pada ayat di atas ialah tertipu dalam perjalanan hidup di dunia dengan menghabiskan umur dalam kemaksiatan, atau bermakna kerugian karena tidak bisa beramal ibadah setelah tua dan meninggal dunia.

Syekh Nawawi menjelaskan bahwa terdapat 4 syarat agar umat manusia tidak termasuk ke dalam bagian orang yang merugi. Mereka adalah orang yang beriman, beramal saleh, saling menasihati untuk kebaikan dan kesabaran. Syekh Nawawi mengibaratkan mereka sebagai orang yang tidak merugi dalam bertransaksi dengan Allah SWT.

Simak penjelasan Syekh Nawawi berikut:

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحاتِ فإِنَّهُمْ فِيْ تِجَارَةٍ لَنْ تَبُوْرَ حَيْثُ اسْتَبْدَلُوْا الْبَاقِيَاتِ الصَّالِحَاتِ بِالْغَادِيَّاتِ الرَّائِحَاتِ، وَتَواصَوْا بِالْحَقِّ أيْ تَحَاثَوْا بِكُلِّ مَا حَكَمَ الشَّرْعُ بِصِحَّتِهِ مِنْ عِلْمٍ وَعَمَلٍ وَتَواصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) أيْ تَحَاثَوْا بِالصَّبْرِ عَلَى أَدَاءِ فَرَائِضِ اللهِ وَاجْتِنَابِ مَعَاصِيْهِ

  Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka berada dalam transaksi jual beli yang tidak ada kerugian di dalamnya sebab mereka menukar amal-amal saleh dengan kehidupan yang baik. Saling menasihati untuk kebenaran yakni menasihati sesuai dengan aturan syariat baik dalam keilmuan maupun amal perbuatan, serta saling menasihati dengan kesabaran dalam melaksanakan kewajiban dari Allah dan menjauhi larangan-Nya.” 

Salah satu anugerah paling berharga yang Allah berikan kepada kita semua adalah nikmat waktu. Namun sayangnya, tidak semua orang mampu memanfaatkannya dengan baik. Padahal, dalam Islam, waktu bukan hanya dianggap sebagai karunia, tapi juga amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menjadi pribadi yang produktif. Artinya, kita didorong untuk mampu mengelola waktu secara seimbang, antara ibadah, bekerja, menuntut ilmu, dan berkontribusi dalam kegiatan sosial.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan teladan yang jelas tentang bagaimana cara menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, salah satunya adalah dengan meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ Artinya: “Di antara tanda Islam berpengaruh baik terhadap seseorang adalah ia meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi) Dari hadits tersebut, kita bisa memahami bahwa salah satu tanda keislaman seseorang yang baik adalah kesadarannya untuk meninggalkan hal-hal yang sia-sia, yang tidak membawa manfaat. Seorang muslim sejati adalah mereka yang menjadikan setiap detik kehidupannya sebagai bagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jamaah yang dirahmati Allah.

Sebagai penutup mari kita sama-sama menjadikan waktu sebagai ladang amal dan investasi akhirat. Kita perlu terus mengevaluasi bagaimana kita mengisi waktu, agar tidak berlalu begitu saja tanpa makna. Ingatlah, waktu adalah aset yang tidak bisa dibeli, tidak bisa diulang, dan tidak akan menunggu siapa pun.

Berikut beberapa hal yang bisa menjadi pedoman agar kita menjadi muslim yang produktif dan tidak tergolong sebagai orang-orang yang merugi: Buatlah perencanaan harian dan susun skala prioritas, lalu isi dengan aktivitas yang positif seperti membaca, menulis, berdzikir, dan amal ibadah lainnya. Niatkan setiap aktivitas positif, baik bekerja, belajar, maupun membantu sesama, sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Hindarilah pemborosan waktu, termasuk penggunaan media sosial yang berlebihan, serta kegiatan yang tidak bermanfaat. Manfaatkan waktu luang untuk menambah ilmu agama dan meningkatkan kualitas diri, baik secara spiritual maupun sosial. Semoga kita semua termasuk ke dalam hamba-hamba Allah yang pandai memanfaatkan waktu. Semoga setiap detik hidup kita menjadi bernilai dan membawa manfaat, diberi kekuatan untuk terus berada dalam ketaatan, dijauhkan dari sifat malas dan menunda-nunda, serta tergolong dalam golongan orang-orang yang selamat dari kerugian.

Editor: Nanda Wahidah

KARNAVAL HARI SANTRI 2025

Ribuan Santri ‘Tumpah Ruah’ di Jalan, Karnaval Hari Santri Meriahkan Kabupaten Cianjur

Cianjur, 23 Oktober 2025 – Suasana penuh semangat dan warna-warni membanjiri jalanan utama Kabupaten Cianjur hari ini dalam rangka Karnaval Akbar memperingati Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025. Ribuan santri dari berbagai pondok pesantren, madrasah, dan sekolah berbasis keagamaan turut serta, menampilkan kekayaan budaya santri dan semangat nasionalisme.

Karnaval yang dimulai sejak pukul 07.30 WIB ini mengambil rute dari Lapangan Prawatasari dan berakhir di Alun-alun Kabupaten Cianjur. Barisan peserta terlihat antusias, mengenakan beragam kostum unik.

Paduan Tradisi dan Kreasi Modern

Peserta karnaval tidak hanya tampil dengan busana khas santri seperti sarung, peci, dan jilbab, tetapi juga memamerkan berbagai kreasi busana karnaval bertema keagamaan dan kebangsaan. Ada yang menggunakan kostum menyerupai ulama pejuang, ada pula yang menampilkan kostum hero, replika miniatur masjid, kitab suci, hingga bendera merah putih raksasa.

“Ini adalah cara kami merayakan perjuangan para ulama dan santri yang ikut merebut dan mempertahankan kemerdekaan,” ujar Ust Farhan Maulana, seorang pengurus Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-musri’ Pusat yang ikut mendampingi rombongan parasantri. “Kami ingin menunjukkan bahwa santri itu kreatif, cinta agama, dan cinta tanah air.”

Kemeriahan semakin terasa dengan penampilan drum band, kesenian tradisional seperti Pencak silat Pagar nusa serta iringan solawat dan lagu-lagu nasional yang dilantunkan sepanjang perjalanan, memukau ribuan warga yang memadati pinggir jalan.

Perayaan Hari Santri Nasional (HSN) tahun ini di Kabupaten Cianjur berhasil mencatat rekor baru. Karnaval Hari Santri yang digelar hari Kamis, dikonfirmasi diikuti oleh kurang lebih 25.000 santri, menjadikan acara ini sebagai karnaval santri terbesar yang pernah diselenggarakan di wilayah Cianjur.

Jumlah peserta dari Pondok pesantren Al-musri’ Pusat dan Al-musri’ cabang menurunkan kurang lebih 5.000 santri putra dan putri.

“Karnaval Hari Santri ini bukan sekadar perayaan, tapi adalah wujud nyata dari tema Hari Santri tahun ini, yakni “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”. Tegas Bupati Cianjur “Para santri adalah aset bangsa, mereka yang mendalami ilmu agama sekaligus memiliki semangat kebangsaan yang kuat. Masa depan Indonesia ada di tangan mereka.”

Beliau juga berharap agar semangat Resolusi Jihad yang melatarbelakangi Hari Santri terus menginspirasi generasi muda untuk berjuang melawan kebodohan, kemiskinan, dan radikalisme.

Karnaval ditutup sore hari, menyisakan semangat yang membara dan harapan agar nilai-nilai persatuan yang dipertontonkan di jalanan dapat terus mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.


Strategi Dakwah Pesantren Al-Musri’

Dalam bidang pendidikan

Strategi atau rencana yang akan terus dilaksanakan oleh Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ adalah menyelenggarakan pendidikan terutama dalam agama islam kepada para santrinya, sehingga mereka memiliki bangunan yang kokoh dalam akidah, syari’ah, adab dan akhlak. Dengan demikian, setelah lulus, para santri diharapkan akan mampu berdakwah dan menghadapi tantangan yang mengancam dakwah islam.

Adapun bagi masyarakat Desa Kertajaya dan sekitarnya, Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ memfokuskan untuk menyampaikan kajian-kajian materi ilmu akidah atau ilmu tauhid yang paling mendasar melalui pengajian-pengajian yang diadakan di pesantren tersebut maupun di masjid-masjid yang ada di Desa Kertajaya dan sekitarnya. Hingga dalam khutbah Jum’at pun pengetahuan yang di ketengahkan adalah mengenai akidah pokok. Tujuannya adalah menguatkan fondasi pemahaman akidah Islam sehingga mereka tidak goyah dan kebal terhadap kristenisasi yang ada di desa itu. Pematerinya ialah hasil dari didikan atau santri-santri dan alumnus dari Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ sendiri.

Para kyai di Pesantren Miftahulhuda Al-Musri juga sangat terbuka terhadap masyarakat yang hendak berkonsultasi atau bertanya seputar agama. Mereka bersedia untuk menampung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat secara langsung, yakni dengan mengizinkan warga untuk mengunjungi kediaman kyai tersebut. Bahkan, untuk mempermudah, mereka pun melayani para warga melalui telepon juga media sosial semisal Whatsapp (WA).

Diantara strategi dakawh dalam bidang pendidikan yan telah dan sedang dijalankan oleh Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ saat ini adalah:

  1. Mendidik para santri agar mereka memiliki sebaik-baik akidah, pemahaman, adab dan akhlak. Kekuatan dakwah terletak pula pada adab dan akhlak dari da’inya. Oleh karena itu, selain belajar materi tentang tasawuf, beberapa santri menambah waktunya setiap malam pukul 21.00 untuk mengkaji kitab tentang adab dan akhlak di bawah bimbingan Kyai H. Ilham Rahmatulloh. Kitab yang dibahas adalah Bidayah al-Hidayah karya Imam al-Ghazali. Dengan demikian,  diharapkan ketika para santri terjun untuk berdakwah kelak di sertai oleh adab dan akhlak yang baik. Maka, dakwah yang mereka sampaikan akan meresap ke dalam hati para mad’u.
  2. Mengirimkan para santrinya untuk berkhidmat menyebar ke masjid di Desa Kertajaya dan sekitarnya kemudian mengajarkan ilmu-ilmu Islam melalui pengajian kepada masyarakat.
  3. Mengadakan pengajian umum secara rutin menyangkut materi seputar akidah, fikih, adab dan akhlak.
  4. Memberikan bimbingan kepada para mualaf mengenai ilmu-ilmu yang pokok. Lama bimbingan adalah 3 bulan, termasuk tes shalat beserta bacaanya, tilawah Al-Qur’an, dan sebagainya. Setelah itu, para mualaf mendapatkan surat atau ijazah mualaf dari Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’.
  5. Pembinaan mualaf secara berkesinambungan di luar pesantren. Kyai H. Ilham Rahmatulloh berhasil membeli rumah yang asalnya di miliki oleh Pendeta Kristen. Namun, pembelian tersebut penting karna para mualaf di sana membutuhkan tempat untuk mendapat pembinaan dan sebagai rumah singgah.
  6. Mengadakan kerjasama dengan lembaga-lembaga dakwah yang berperan dalam penanganan kristenisasi di desa Kertajaya. Misalnya, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dengan menyelenggarakan pengajian serta diskusi diantara para pendakwah dan mendatangkan pakar Kristologi seperti Ustadz Ihsan Mokoginta, mantan Pendeta Kristen yang masuk islam. Beliau menyampaikan materi tentang keagungan Al-Qur’an serta menguak Bibel. Para peserta yang hadir pun mendapatkan buku tulisannya.
  7. Menyelenggarakan pertemuan dan diskusi rutin bagi pendakwah di desa Kertajaya untuk mebahas masalah-masalah dakwah dan kristenisasi serta mencari solusiya.
  8. Mengadakan pendidikan gratis bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Mereka tidak di bebani biaya pendidikan, namun biasanya di tawari untuk mengabdikan diri bekerja di berbagai bidang usaha milik pesantren.
  9. Membangun pesantren untuk pendidikan anak yatim.
  10. Menyelenggarakan bidang pendidikan umum dengan membangun sekolah Islam terpadu yang bernama Al-Huda Al-Musri’ 1. Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ juga disokong oleh eksistensi program Kejar Paket A, Paket B, Paket C yang tidak saja untuk santri tetapi pula untuk anak-anak yang putus sekolah di Desa Kertajaya dan sekitarnya. Meskipun masih mengikuti kurikulum pemerintah dengan pendidikan dan pelajaran sekulernya, tetapi setidaknya sekolah Islam terpadu ini adalah upaya untuk membekali para siswanya ilmu-ilmu fardhu ‘ain. Dengan begitu, diharapkan pelajaran-pelajaran yang sekuler dapat disikapi dengan kritis dan selektif.

Strategi kedepan yang belum dapat dilaksanakan adalah mendatangkan seorang pakar dan otoritas dalam Kristologi yang juga mengenal kondisi keagamaan dari penduduk Desa Kertajaya untuk membagikan ilmunya kepada para santri dan guru di Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’.

            Dari hasil evaluasi sejauh ini dakwah yang diterapkan dan paling efektif dalam bidang pendidikan, khususnya dalam membendung gerakan kristenisasi adalah melalui pengajian-pengajian umum yang materinya adalah tentang akidah pokok atau paling mendasar.

Mudasmat dan Ulangan Semester 2025 Resmi Dimulai di Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’

Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ resmi membuka rangkaian kegiatan akhir semester berupa Musabaqoh Cerdas Cermat (Mudasmat) dan Ulangan Semester pada Jum’at, 08 Agustus 2025, 14 Shafar 1447 H bertempat di Gedung Aula Al-Faqih Pondok Pesantren.

Acara ini dihadiri oleh jajaran Dewan Kiai, Dewan Ampuh, asatidz, dan seluruh santri dari tingkat I’dadiyah hingga Ma’had Aly. Dalam sambutannya, perwakilan Dewan Kiai menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya ajang perlombaan, tetapi juga sarana mengukur hasil belajar, melatih mental, dan memupuk semangat berkompetisi secara sehat di kalangan santri.

Apa itu Mudasmat?
Mudasmat atau Musabaqoh Cerdas Cermat adalah salah satu program unggulan Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ yang rutin digelar setiap akhir semester setelah seluruh kegiatan belajar mengajar selesai. Kegiatan ini terdiri dari dua bagian: 1. Musabaqoh Umum – Lomba hafalan terbuka untuk seluruh santri dari berbagai tingkatan, dengan materi hafalan seperti bait Alfiyah, Jurumiyah, Nadzom Maksud, Lamiyatul Af’al, dan Jauhar Maknun. 2. Musabaqoh Per Tingkat Kelas – Lomba hafalan wajib untuk setiap santri sesuai tingkat pendidikannya, mulai dari I’dadiyah yang menghafal Juz ‘Amma, hingga Ma’had Aly yang menghafal bait Rohbiyah dan Baiquniyyah.

    Selain menjadi ajang perlombaan, Mudasmat bertujuan mengasah hafalan, melatih mental tampil di depan umum, serta menumbuhkan semangat kompetisi positif di kalangan santri.

    MUDASMAT DAN ULANGAN

    Musabaqoh Cerdas Cermat (Mudasmat) adalah salah satu program yang diadakan setiap akhir semester setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Diawali dengan Musabaqoh yang bersifat umum dan dilanjutkan dengan musabaqoh pertingkat kelas. Sebagaimana namanya musabaqoh umum terbuka untuk semua santri dari berbagai tingkatan untuk menunjukan kemampuan di bidang hafalan mencakup bait alfiyah, bait jurumiyah, bait nadzom maksud, bait lamiyatul af’al dan bait jauhar maknun.

    Biasanya acara tersebut diselenggarakan selama dua hari dengan batas maksimal 10 orang perserta di setiap bidang nya, tentunya menjadi ajang bergengsi karena dihadiri oleh semua santri untuk semakin memicu motivasi. Setelah musabaqoh umum selesai, dilanjutkan dengan kegiatan musabaqoh pertingkat kelas yang artinya semua santri wajib mengikuti tersebut sesuai hafalan yang sudah ditentukan disetiap tingkat kelas, seperti I’dadiyah menghafal Juz ama, tingkat Ibtidaiyah mengahafal bait Jurumiyah dan Nadzom maksud, tingkat Tsanawiyah manghafal bait Alfiyah, tingkat Aliyah menghafal bait Sulamunawaroq dan Jauhar maknun, tingkat Ma’had aly menghafal bait Rohbiyah dan Baiquniyyah.

    Kegiatan ini salah satunya bertujuan untuk mengasah hafalan hafalan dan membuktikan hasil hafalan selama kegiatan belajar sebelumnya, dengan kegiatan ini tentunya para santri akan antusias dan bersemangat dalam menghafal. Berbeda dengan musabaqoh umum, kegiatan ini berlangsung selama satu minggu, mengingat banyaknya santri membutuhkan waktu yang lebih lama.

    CERDAS CERMAT

    Selang satu hari, dilanjutkan dengan kegiatan cerdas cermat selama dua minggu. Cerdas cermat adalah kegiatan adu ketajaman berfikir dan ketangkasan menjawab pertanyaan secara cepat dan tepat. Sama halnya dengan musabaqoh kelasan kegiatan ini wajib di ikuti oleh setiap santri, diawali dari tingkat idadiyyah dan di akhiri dengan tingkat ma’had aly. Setiap grup mengikuti babak penyisihan dan berusaha masuk ke babak semi final sampai pada acara puncak yaitu babak final, yang sangat ditunggu oleh para santri karna akan mempertemukan orang-orang hebat di setiap tingkatnya.

    Adapun pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai berikut:

    I’DADIYYAH

    Fikih, Tauhid, dan Tajwid

    IBTIDAIYYAH

    Jurumiyyah, kaelani,Nadzom maksud

    TSANAWIYYAH

     Alfiyyah Ibnu Malik dan Lamiyyatul Af’al

    ALIYYAH

    Sulamunawaroq dan Uqudul Juman

    Ma’had aly

    Rohbiyah, Jam’ul Jawami’ dan Uqudul Juman

    Dan untuk pertanyaan umum untuk semua tingkat adalah Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Undang-undang Pesantren, materi ke-NU an dan untuk tingkat Ma’had Aly ditambah dengan pertanyaan riwayat pendiri pondok pesantren Miftahulhuda Al-Musri’.

    Dengan acara ini tentu semakin mengasah ketajaman santri dalam berfikir, semakin cerdas dalam menjawab, dan semakin cermat dalam menanggapi pertanyaan dari berbagai materi.

    ULANGAN

    Setelah kegiatan musabaqoh dan cerdas cermat selesai kegiatan diakhiri dengan ulangan yang berlangsung selama 12 hari. Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang sangat di tunggu-tunggu oleh para santri, karena lulus atau tidak nya santri ke jenjang tingkat kelas selanjutnya di lihat dari hasil ulangan tersebut. Maka dari pada itu semua santri harus sudah siap dengan materi yang sudah di kaji selama kegiatan belajar sebelumnya.

    Kegiatan ulangan ini mencakup ulangan tulis di siang hari dan ulangan pembacaan kitab di malam hari. Dan untuk kelas tiga Aliyyah dan tingkat Ma’had Aly  ulangan pembacaan-Nya langsung dihadiri oleh seluruh Dewan Ampuh dan Dewan kiai sepuh untuk menguji seberapa jauh santri tersebut memahami dan membaca kitab.

    Melalui rangkaian kegiatan Mudasmat, Cerdas Cermat, dan Ulangan Semester ini, Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ berharap santri semakin termotivasi dalam menuntut ilmu, memperkuat hafalan, mengasah kemampuan berpikir kritis, dan siap menghadapi jenjang pendidikan berikutnya.

    Pewarta: M Wildan Musyaffa

    Santri Almusri Tak Hanya Mengaji, Terus Menjuarai dan Menginspirasi

    Kabar membanggakan datang dari Pondok Pesantren Miftahulhuda Almusri. M. Rio Marda Pratama, santri kelas 2 Ibtidaiyyah, berhasil meraih Juara III dalam ajang Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) kategori pembacaan dan penjelasan kitab Safinatunnaja pada gelaran MQKN VIII Tingkat Provinsi Jawa Barat 2025. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat dan dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Basyariah 2, Kabupaten Bandung Barat. Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) merupakan ajang perlombaan yang mempertemukan para santri dari berbagai pondok pesantren untuk menguji pemahaman mereka terhadap kitab-kitab klasik, baik dalam bacaan maupun penjelasan isi.

    Kategori yang diikuti Rio adalah pembacaan dan penjelasan isi kitab Safinatunnaja, yang dikenal sebagai kitab dasar dalam ilmu fikih madzhab Syafi’i.

    Penilaian dalam kategori ini mencakup berbagai aspek, antara lain:

    Serta kecakapan retorika dan sikap ketika menyampaikan materi di hadapan dewan juri.

    Mufrodat (penguasaan kosakata Arab klasik),

    Fasohah (kemurnian dan kefasihan pelafalan),

    Pemahaman makna dan konteks dari isi kitab,

    Kejelasan syarah (penjelasan)

    Keberhasilan Rio menjadi bukti nyata bahwa Pondok Pesantren Miftahulhuda Almusri mampu bersaing di tingkat provinsi, sejajar dengan pesantren-pesantren besar lainnya.

    Santri Almusri’ tidak hanya unggul dalam akhlak dan adab, tetapi juga cerdas, terampil, dan siap tampil di kancah ilmiah mana pun.

    Prestasi ini juga mencerminkan bahwa sistem pembinaan dan pendidikan di Almusri telah mampu mencetak generasi santri yang:

    • Kuat dalam literasi kitab kuning,
    • Luwes dalam berbahasa Arab,
    • Serta percaya diri dalam menyampaikan ilmu di forum resmi.

    Rio menjalani proses panjang dengan bimbingan intensif dari para asatidz. Ia tidak hanya membaca, tetapi juga memahami setiap kalimat dan makna di baliknya. Latihan pembacaan, penguasaan mufrodat, hingga pelatihan retorika menjadi bagian dari persiapannya. Salah satu pengasuh menyampaikan:

    “Ini adalah bukti bahwa santri Almusri mampu menyeimbangkan akhlak dengan intelektualitas. Kami tidak hanya mengajarkan ibadah, tapi juga melatih keilmuan secara struktural dan sistematis.”

    Prestasi M. Rio Marda Pratama adalah bukti kuat bahwa santri Almusri bisa bersaing di forum ilmiah mana pun, dengan bekal ilmu, adab, dan percaya diri.
    Kami berharap pencapaian ini menjadi pecutan semangat bagi seluruh santri untuk terus berprestasi dan menjaga semangat belajar.

    Almusri Bisa!
    Santri Almusri Hebat, Cerdas, dan Siap Bersaing!

    Pewarta: M Wildan Musyaffa