Biografi Mama Syaikhuna Kh. Ahmad Faqih
Kelahiran Mama KH.Ahmad Faqih berawal dari cerita yang sangat unik, dimana sewaktu ayah Beliau H. Kurdi bin H. Musa menuntut ilmu di Pesantren Gudang (salahsatu pesantren terbesar di daerah Tasikmalaya) sekitar tahun 1907 M. Tak berselang lama H. Kurdi mondok disana. Pada suatu hari H. Kurdi bin H. Musa dipanggil oleh gurunya ( KH Muhammad Soedja’i ), dan disuruh pulang, padahal pada masa itu Beliau belumbisa apa-apa.
Tak berselang lama ketika Beliau berada di kampungnya, Beliaupun menikah dengan salah seorang gadis pilihannya, dan dari pernikahan inilah Beliau dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Rukmini. Karena Beliau teringat perkataan gurunya, bahwasanya Beliau akan dikaruniai anak laki-laki yang sholeh, maka Beliaupun menceraikan istrinya. Dan H. Kurdi pun menikah lagi dengan seorang janda beranak dua yang bernama Hj. Halimah, anak dari Hj. Halimah yaitu Hj. Juariyah dan Bapak Enjum.
Setelah sekian lama H. Kurdi menanti disertai dengan do’a yang terus menerus, maka terkabullah permohonan Beliau dan Beliau dikarunia anak laki-laki yaitu Syaikhuna Almukarom Mama KH. Ahmad Faqih yang lahir pada bulan Januari 1914 M. / bulan Shafar 1332 H. di Kp. Cilenga Des. Leuwisari Kec. Leuwisari Kab. Tasikmalaya. Kemudian lahir pula dua anak laki-laki bernama Kyai Jamaludin dan Kyai Ahmad Romli, mereka bertiga beda selang usia satu tahun. Mama H. Kurdi wafat setelah Indonesia merdeka sekitar tahun 1949, makamnya berada di Kp. Kubangsari Des. Arjasari Kec. Leuwisari Kab. Tasikmalaya (2 km sebelum Cilenga dari arah singaparna).
Nama masa kecil Beliau adalah Ahidin. Beliau merupakan putra pertama dari tiga putra laki-laki H. Kurdi. Dari ketiga anaknya tersebut, Mama mendapat perlakuan istimewa dari sang Ayah dibanding dengan kedua adik-adiknya. Seperti halnya kalau kebetulan bepergian dengan membawa ketiga putranya tersebut, H. Kurdi selalu menggendong Mama (anak tertua), sedangkan kedua adiknya dibiarkan berjalan sendiri. Betul-betul suatu keanehan yang akan mengundang keheranan dan ocehan orang-orang. Tapi Beliau tidak memperdulikan pandangan orang-orang tersebut. Hal ini mungkin berdasarkan keyakinan beliau bahwa yang digendong ini seorang Ulama.
Mama sayikhuna KH. Ahmad Faqih bin H. Kurdi bin H. Musa pertama kali menuntut ilmu ditanah kelahirannya kepada KH. Moch. Syabani, Mama belajar mengaji pada KH. Syabani hanya mencapai ilmu shorof (itu juga belum tahqiq).
Kemudian setelah lulus SR ( Sekolah Rakyat ) sekitar usia 12 tahun Beliau berangkat menuntut ilmu ke Sukamanah Tasikmalaya kepada KH. Zaenal Mustofa ( Pahlawan Nasional dan salahsatu alumni Pesantren KH. MOch. Syabani ). Beliau menuntut ilmu di Sukamanah kurang lebih sekitar 12 tahun dari tahun 1925 – 1937 M. dan Adapun guru-guru shorogan Mama pada waktu di Sukamanah diantaranya : KH. Rukhyat Cipasung, KH. Faqih Damini al-Mubarok , Cibalanarik. Dan beliaupun mempunyai kakak kelas sekaligus teman seperjuangan ( yang diketahui narasumber ) yaitu KH. Mahmud Zuhdi Sumedang.
Setelah menuntut ilmu di Sukamanah tahun1937 M. Beliaupun memperdalam ilmu falak kepada KH. Fakhrurrozi selama kurang lebih satu bulan pada saat bulan Ramadhan di daerah Sukalaya, Gunung Sabelah TasikMalaya. Setelah itu beliau tidak pernah bermukim dimana-mana lagi, beliau langsung mukim di Kp. Kebon kalapa Des. Sumelap Kec. Cibereum Kab. Tasikmalaya.
Mama KH. Ahmad Faqih bin H. Kurdi bin H. Musa adalah Angkatan ketiga lulusan pesantren Sukamanah, Adapun urutan Angkatan pesantren Sukamanah diantaranya :
a. Angkatan pertama satu orang yaitu Ajeungan Hambali ( bermuqim di Ciamis )
b. Angkatan kedua yaitu : Ajeungan A. Shobir, KH. Mahmud zuhdi dan Ajeungan Syamsudin ( Parakanlisung )
c. Angkatan ketiga yaitu : Mama KH. Ahmad Faqih, Ajeungan Burhan ( Sukahurip ), Ajeungan Ma’rif dan Ajeungan Emor ( Rancapaku ).
Mengenai Ua KH. Khoer Afandi ( Pendiri Ponpes Miftahulhuda Manonjaya Tasikmalaya ), ketika Beliau menuntut ilmu di Pesantren Legokringgit ( di Pesantren alumni Sukamanah ). Beliau selalu mengikuti tarkiban (study banding) ke Pesantren Sukamanah babadan (Angkatan) ke-5.
Penulis: Yasin Alawy
Editor: Dimas Pamungkas
alhamdulillah mama kiayai ahmad fakih, mudah2 an putra putri abdi sing kenging kaberkan ti mama… Aamiinnn yaa alloh.
Amiin
Masyaallah tabaarakallah
Mohon maaf sebelumnya, izin mengomentari penulisan.
1. Untuk penulisan gelar yang benar menurut EYD itu K.H. (masing-masing pakai titik), bukan KH.
2. Kiai, bukan Kyai
Terima kasih.
oh iya, makasih ka
iya terimaksih atas saranya
Penempatan kolom iklan kurang pas ngaganggu pemandangan
Sebelumnya mohon maaf
Menurut sepengetahuan saya makam mama kh kurdi itu tempatnya di Kp kubang lebak bukan di Kp kubang sari