Akhlak Menduduki Tingkat Paling Atas Untuk Dipelajari
Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat atau peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Kata akhlak telah disebutkan dalam al-Qur’an (QS.Shad:46) berikut ini:
إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (QS Shad : 46).
Kitab yang menjelaskan tentang akhlak sangat cocok untuk masa sekarang, karena banyaknya orang yang sudah tidak memperhatikan moral dan akhlaknya. Itupun santri, maupun mahasiswa, tidak besar, tidak kecil. Mereka lebih mementingkan ilmu tapi tanpa melengkapinya dengan akhlak, padahal ternilai seorang yang berilmu itu dengan akhlaknya. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
مَنْ لَاأَدَبَ لَهُ لَا عِلْمَ لَهُ
Artinya: “Seseorang tidak beradab berarti tidak berilmu”
Dan tujuan paling utama dalam menuntut ilmu adalah menjadikan kita manusia yang berakhlakul karimah. Alangkah baiknya kita sudah menanamkan akhlak yang baik kepada adik kita ataupun anak kita, supaya ia terbiasa untuk melakukan hal-hal yang baik.
Dan juga masih banyak orang-orang yang meremehkan adab dan sopan santun, di dalam sarah kitab Ta’lim Mutaalim di jelaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
(فينبغي لطالب العلم أن لايتهاون) أي لايتساكل (بالآداب والسّنن فإن من تهاون بالآداب حرم) بشآمته (السّنن) أي من السّنن (ومن تهاون بالسّنن حرم الفرئض) أي من أداء الفرئض (ومن تهاون بالفرائض حرم الآخرة) أي من ثواب الآخراة الموعود لأهل الفرائض (وبعضهم قال هذا حديث عن رسوالله صلى الله تعالى عليه وسلّم)
Artinya: “Pelajar hendaknya tidak mengabikan adab kesopanan, dan amal-amal sunnah. Sebab barang siapa yang mengabaikan adab maka akan terhalang untuk melakukan kesunahannya, dan barang siapa mengabaikan sunnah maka akan terhalang dari melakukan hal-hal wajib/fardhu, dan barang siapa yang mengabaikan fardhu maka akan terhalang dari pahala akhirat yang telah dijanjikan untuk orang-orang yang melakukan hal-hal wajib/fardhu”.
Dalam kitab Ta’lim Mutaalim banyak sekali menerangkan perihal akhlak, terutama akhlak kepada guru dan orang tua. Kita tahu kunci utama untuk meraih ilmu yang bermanfaat dan barokah adalah menghormati guru dan orang tua, dengan menghormati kepadanya kita akan mendapat ridhonya, setelah kita dapat ridhonya maka kita akan sangat mudah untuk meraih ilmunya. Sebagaimana dalam hadits Rasulullahﷺ :
إِنَّمَا بُعِيْثُ لِآُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus karena untuk menyempurnakan akhlak”.
Dari situ kita mendapatkan Suri Tauladan yang baik, juga terdapat di dalam al-Qur’an di jelaskan:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا (21)
Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al-Ahzab: 21)
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang tertanam di dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa adanya pertimbangan pemikiran lagi.
Penulis: Hasbi Sayyid