Para Santri Lomba HUT yang Ke-77 RI

Setiap 17 Agustus, berbagai perlombaan sederhana yang seru kerap kali mewarnai perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Keseruan lomba yang mengundang gelak tawa tersebut biasanya disiapkan dengan matang oleh biro kesenian, sehingga dapat mempererat hubungan antar santri.

Seperti yang Santri Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri lakukan, menggelar lomba agung 17 Agustus, kegiatan yang dipusatkan di YPP Miftahulhuda Al Musri tersebut dilaksanakan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-77 RI

Sejarawan dan Budayawan, JJ Rizal mengatakan, tradisi ini muncul karena antusiasme masyarakat yang ingin memeriahkan perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan. Saat itu, presiden pertama Indonesia, Soekarno, adalah salah satu orang yang paling bersemangat dengan lomba 17 Agustus ini.

Hal itulah yang membuat tradisi lomba 17 Agustus semakin menyebar luas ke seluruh Tanah Air. Lomba-lomba yang biasa diadakan bermacam-macam, diantaranya, balap karung, panjat pinang, makan kerupuk, tarik tambang, dan sebagainya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen GTK Kemendikbud) pada tanggal 3 Agustus 2022 lalu mengunggah tentang makna-makna yang terkandung dalam setiap lomba yang diselenggarakan pada momen 17 Agustus.

“Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis lomba tradisional kemerdekaan yang diadaptasi dari zaman kolonial dahulu. Dari semua lomba yang ada pada perayaan Hari Kemerdekaan, lomba apa yang menjadi favorit sahabat GTK?” tulis Ditjen GTK Kemendikbud lewat akun Instagram @ditjen.gtk.kemdikbud.

Dalam unggaha tersebut, dijelaskan lomba-lomba dan maknanya.

Lomba yang mengingatkan kesulitan masyarakat zaman dahulu Balap karung menjadi lomba yang identik dengan 17 Agustusan. Ternyata ada alasan mengapa memilih karung untuk lomba tersebut. Menurut informasi dari Ditjen GTK Kemendikbud pada zaman penjajah kehidupan masyarakat Indonesia sangat sulit, baik dari segi sandang, pangan dan papan. Sehingga, untuk sandang (pakaian), masyarakat dahulu memanfaatkan karung goni untuk melindungi dan menutup tubuh mereka.

Dengan alasan tersebut balap karung dijadikan lomba untuk memperingati kesulitan penduduk Indonesia di zamannya.

Selanjutnya adalah lomba makan kerupuk. Kerupuk sendiri merupakan makanan murah yang dapat dibeli oleh setiap kalangan. Ditjen GTK Kemendikbud menjelaskan bahwa lomba makan kerupuk merupakan penggambaran dari rakyat Indonesia di masa penjajah yang mengalami kesulitan pangan. Momen 17 Agustus tepat untuk memperingati hal tersebut.

Ditjen GTK Kemendikbud dalam tulisan instagramnya juga mencantumkan lomba egrang. Lomba tersebut ternyata memiliki cerita tersendiri dimana egrang sebagai alat untuk mengolok-olok orang Belanda yang memiliki tubuh tinggi, berbeda dengan tubuh orang Indonesia

Lomba yang mengingatkan kekompakan masyarakat

Lomba panjat pinang merupakan adaptasi dari hiburan masyarakat zaman Kolonial Belanda. Menurut Ditjen GTK Kemendikbud, dahulu saat melakukan perayaan, orang Belanda di Indonesia mengadakan hiburan panjat tiang dengan mengambil beberapa barang yang ingin dicapai di atas tiang. Hal itu memerlukan kekompakan, sehingga di momen hari kemerdekaan panjat pinang menjadi lomba yang identik untuk diselenggarakan.

Lomba selanjutnya adalah tarik tambang. Ditjen GTK Kemendikbud memaknai lomba tarik tambang dengan penggambaran sikap gotong royong yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tarik Tambang juga mencerminkan rasa kebersamaan dan solidaritas masyarakat.

Selain tarik tambang lomba yang mencerminkan kekompakan adalah lomba bakiak. Menurut penjelasan Ditjen GTK Kemendikbud lomba bakiak memiliki filosofi semangat kekompakan untuk mencapai kemerdekaan.

 

Editor: Dimas Pamungkas