Pahala orang yang mengajak kepada Kebaikan atau membuat Tradisi yang baik
Abu Daud dan At-thirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
مِنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِمِثْلُ أُجُورِمَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيئًا وَمَنْ دَعَا اِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِ ثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَا مِهِمْ شَيْئًا.
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, ia akan mendapatkan pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan Barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, ia akan mendapatkan dasa seperti dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.”
Abu Mas’ud Al-Anshari meriwayatkan bahwa suatu ketika seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, hewan tungganganku telah mati, oleh karena itu bawalah saya dengan hewan tunggangan yang lain.”
Mendengar permintaan itu Rasulullah SAW menjawab, “Saya tidak memiliki hewan tunggangan lain yang dapat kuberikan kepadamu.”
Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berkata, “Wahai Rasulullah, saya dapat menunjukkan seseorang yang dapat membawanya (memberikan tunggangan kepadanya).”
Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.” (HR Muslim).
Dalam riwayat tersebut, seorang laki-laki menawarkan bantuan kepada saudaranya yang memerlukan kendaraan. Namun, dia sendiri tidak memiliki cadangan kendaraan yang bisa dipinjamkan. Bentuk bantuan yang dia berikan adalah menjadi perantara untuk mencarikan orang yang bisa memberikan pinjaman kendaraan. Sikap mulianya menawarkan jasa kebaikan itu mendapat apresiasi dari Rasulullah SAW. Dia memperoleh pahala yang sama dengan orang yang memberikan pinjaman kendaraan.
Hadis tersebut menjadi motivasi penting bagi kita untuk menjadi perantara kebaikan, walau secara konteks hanya terkait dengan keperluan duniawi. Jika menunjukkan kebaikan untuk urusan dunia saja diberi ganjaran pahala, apalagi yang berkaitan dengan kehidupan akhirat.
Setiap Muslim sejatinya bertugas untuk menjadi perantara kebaikan, terutama untuk menyampaikan nilai-nilai luhur agama. Bila kebaikan yang disampaikan diikuti dan diamalkan oleh orang lain, maka dia berhak mendapatkan persen pahala kebaikan tersebut.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala sama seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa sama seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR Muslim).
Penulis: Fachry Syahrul