Nasehat Imam Ghozali dalam mendidik anak
Bagikan ini :

Pentingnya pendidikan anak karena merupakan amanah dari Allah bagi kedua orang tuanya selain tanggung jawab urusan nafkah yang berkaitan dengan fisik anak.

Imam Al-Ghazali memandang jiwa anak-anak seperti kertas kosong tanpa coretan dan garis apapun. Jiwa anak-anak siap ditulis dan akan menerima model tulisan apapun yang tercermin dalam jiwanya. Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali menilai urgensi cara orang tua dan lingkungan sekitar yang akan menulis dan membentuk jiwa anak.

اعلم أن الطريق في رياضة الصبيان من أهم الأمور وأوكدها والصبيان أمانة عند والديه وقلبه الطاهر جوهرة نفيسة ساذجة خالية عن كل نقش وصورة وهو قابل لكل ما نقش ومائل إلى كل ما يمال به إليه

Artinya, “Ketahuilah cara mendidik anak termasuk masalah yang paling penting dan paling urgen. Anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya. Hati mereka suci, mutiara berharga, bersih dari segala ‘ukiran’ dan rupa. Hati anak-anak menerima setiap ‘ukiran’ dan cenderung pada ajaran yang diberikan kepada mereka,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin).

Model pendekatan dalam mendidik anak yaitu dengan menyarankan orang tua untuk membiasakan atau memberikan contoh perbuatan baik dalam keseharian anak. juga orang tua mengajar kebaikan kepada anaknya.

Dua model pendekatan dalam mendidik anak sangat penting. Pertama, pembiasaan kebaikan dalam hidup keseharian akan membekas dalam jiwa anak. Kedua, penanaman nilai-nilai kebaikan juga tidak kalah pentingnya untuk memberikan standar kebaikan dalam jiwa anak.

Imam Al-Ghazali mengatakan, orang tua memikul tanggung pendidikan karakter dan pengasuhan anak. Orang tua akan menuai pahala ketika mendidik anaknya dengan baik. Sebaliknya, orang tua akan memikul dosa yang begitu besar ketika membiarkan begitu saja pertumbuhan anaknya. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh lalai dan abai dalam mendidik, mengasuh, dan membimbing anak.

فإن عود الخير وعلمه نشأ عليه وسعد في الدنيا والآخرة وشاركه في ثوابه أبوه وكل معلم له ومؤدب وإن عود الشر وأهمل إهمال البهائم شقي وهلك وكان الوزر في رقبة القيم عليه والوالي له

Artinya, “Jika orang tua membiasakan dan mengajarkan kebaikan, maka anak akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagialah orang tuanya di dunia dan akhirat. Ia pun akan mendapat pahala dari amal saleh yang dilakukan anaknya (tanpa mengurangi hak pahala anak). Demikian juga berlaku bagi setiap guru dan pendidik. Jika ia membiasakan keburukan dan membiarkan anaknya seperti membiarkan binatang ternak, maka ia akan celaka dan binasa. Sementara dosanya juga ditanggung pengasuh dan walinya,” (Imam Al-Ghazali).

Dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6 menyiratkan tanggung jawab besar orang tua dalam mendidik, membimbing, dan mengasuh anak.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Artinya, “Wahai orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,” (Surat At-Tahrim ayat 6).

Dari berbagai keterangan ini mengingatkan orang tua untuk lebih memperhatikan pendidikan, bimbingan, dan pengasuhan anak, tidak mengabaikan mereka tanpa pendidikan agama dan pendidikan akhlak dalam kesehariannya.

13 Cara Mendidik Anak secara Islami, Perlu Diketahui Orang Tua

Mendidik anak memang tidak mudah, tetapi Allah telah memberikan pedoman yang jelas melalui Al-Qur’an dan hadis Rasulullah.

Nabi Muhammad bersabda:

Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan).” (HR At-Tirmidzi dan Al-Hakim)

“Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya dari pada ia menshadaqahkan (setiap hari) satu sha.” (HR At-Tirmidzi)

Dengan menerapkan cara mendidik anak sesuai Islami, diharapkan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan memiliki akhlak atau pribadi yang baik sehingga siap bersaing di masa depan.

Berikut 13 cara mendidik anak secara Islami, yang perlu diketahui para orang tua, seperti

Cara Mendidik Anak secara Islami

1. Memperdengarkan Al-Qur’an secara rutin

Cara mendidik anak baiknya dimulai sejak anak berada dalam kandungan. Satu di antaranya dengan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an.

Memperbanyak mengaji saat kehamilan hingga buat hari lahir dapat membawa ketenangan dan keberkahan.

2. Mengajarkan dasar-dasar agama Islam

Mengajarkan dasar-dasar agama adalah kewajiban setiap orang tua. Pendidikan ini akan menumbuhkan iman pada diri anak sehingga dapat tumbuh menjadi pribadi yang memegang teguh ajaran Islam dalam kehidupan.

Kitab al- amali dari imam al-baqir dan imam ash shadiq menjelaskan tahapan awal mengenalkan anak kepada Allah Swt.

3. Mengajarkan salat dan diberikan contoh nyata

Dalam agama Islam salat merupakan tiang agama sehingga disebut juga sebagai fondasi utama untuk menjalankan kehidupan.

Mulai usia balita dengan mengajarkan berwudu dan salat secara urut. Meski tuntunan gerakan ada yang salah, tetap tuntunlah agar dia terbiasa.

4. Mengajarkan Tauhid pada anak

Kewajiban orang tua yang perlu diajarkan pada anak yaiut mengajarkan tauhid. Tauhid atau mengenalkan Allah Swt. perlu dilakukan sejak dini.

Menanam tauhid sejak dini bertujuan untuk membentuk pribadi yang berakhlak baik sehingga dapat tumbuh menjadi manusia yang bermoral agar terhindar dari perilaku buruk.

5. Mengajarkan puasa

Puasa merupakan satu di antara rukun Islam sehingga wajib diajarkan oleh para orang tua. Anda harus dapat memulai dengan menjelaskan pengertian puasa.

Orang tua dapat mengajarkan puasa saat anak anak berusia enam tahun. Anak mulai puasanya dengan latihan berpuasa setengah hari.

6. Memberikan nama yang baik

Agama Islam mengajarkan untuk memberi nama panggilan yang baik kepada anak. Pemberian nama merupakan doa untuk anak. Dengan nama panggilan yang baik, doa yang diberikan pun akan baik pula.

7. Membacakan kisah nabi sebagai suri teladan

Membacakan kisah-kisah penuh ajaran kebaikan juga dapat membentuk anak menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan. Selain itu, anak akan menerapkan nilai-nilai baik sesuai syariat Islam dalam kehidupannya.

8. Membiasakan untuk mengucapkan salam

Mengajarkan anak untuk mengucapkan salam menjadi satu di antara cara mendidik anak dalam agama Islam yang perlu diterapkan oleh orang tua agar anak memperhatikan salam.

Salam merupakan bentuk doa kepada orang lain, ada hadis yang menerangkan:

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama”. (HR Ibnu Majah)

9. Membiasakan diri bersikap sederhana

Membiasakan anak untuk bersikap sederhana dalam kehidupan merupakan satu di antara penerapan dari teladan Rasulullah saw.

Meski Rasulullah saw. memiliki kekuatan dan kekuasaan memimpin umat muslim, beliau tidak pernah mengandalkan kekuasaan tersebut untuk mengambil keuntungan pribadi.

10. Memperhatikan pergaulan

Penting bagi setiap orang tua untuk memperhatikan pergaulan anak-anaknya. Pastikan anak berada dalam lingkup pertemanan yang positif.

11. Mempererat hubungan ibu dan anak

Seorang ibu merupakan orang yang perlu dimuliakan oleh anak-anaknya. Hal ini karena surga anak berada di bawah telapak kaki ibu.

Jadi, diperlukan jalinan atau hubungan baik antara ibu dan anak. Ada hadis yang menjelaskan:

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Sungguh di dalam surga itu ada rumah yang disebut rumah kebahagiaan yang tidak dimasuki kecuali orang yang membahagiakan anak-anak kecil”. (HR Abu Ya’la dari Aisyah r.a.)

12. Mengajarkan sedekah atau berbagai kepada sesama

Bersedekah perlu diajarkan oleh orang tua sejak dini agar anak terbiasa melakukannya hingga dewasa. Sedekah atau berbagi pada sesama dapat dilakukan dalam bentuk ilmu, barang ataupun uang.

13. Mengajarkan adab yang baik

Adab-adab yang baik ini perlu diajarkan sejak dini. Adab-adab yang baik ini meliputi perilaku atau sopan santun anak terhadap orang lain.

Orang tua wajib mengajarkan anak untuk menghormati sesama, selalu bersikap jujur, murah hati, dan adil.

2 Bacaan yang Harus Diajarkan Pertama Kali pada Anak 

Orang tua mempunyai peran yang sangat vital terhadap masa depan anaknya. Melalui teladan, nilai-nilai, dan pendidikan moral yang diberikan, orang tua sangat berpengaruh terhadap pembangunan sikap, nilai, dan prinsip yang akan menjadi dasar perilaku anak di masa depan. Peran orang tua dalam mengenalkan Allah atau tauhid kepada anak di masa kecil menjadi satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Melalui percakapan, teladan, dan lingkungan yang kaya akan nilai-nilai agama, akan membantu peningkatan anak dalam pemahaman-pemahaman tauhid pada level dasar.  Di dalam Al-Qur’an, Allah memberikan sosok teladan yang bernama Luqman al-Hakim. Pria berkulit hitam ini bukanlah seorang nabi, namun Allah mengabadikan namanya dan menjadikan Luqman sebagai teladan umat Muhammad. 


Pendidikan dasar yang diajarkan Luqman kepada anaknya sehingga ia menjadi teladan adalah soal tauhid, yaitu meyakini keesaan Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah menceritakan: 

 وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS. Luqman: 13)

 Tauhid adalah satu hal yang bersifat teologis-dogmatis, keyakinan tentang Allah sebagai Tuhan menjadi pelajaran pertama seorang anak. Imam Ibnu Ruslan dalam nadzam Matan Az-Zubad mengatakan: 

Artinya: “Kewajiban pertama kali bagi manusia adalah mengenal Tuhan dengan penuh keyakinan,” 




 Dalam nadzam berikutnya, Ibnu Ruslan menjelaskan:

و النطق بالشهادتين اعتبرا   لصحة الإيمان ممن قدرا   ان صدق القلب

Artinya: “Mengucapkan kedua kalimat syahadah, untuk keabsahan iman bagi orang yang mampu, jika hati membenarkannya” (Ibnu Ruslan, Matan Az-Zubad, (Makkah, Maktabah Ats-Tsaqafah, 1984), hlm. 9)

Pendidikan orang tua yang wajib diajarkan pertama kali terhadap anak adalah mengenalkan Allah dengan cara mengajari mereka dengan dua kalimah syahadat yaitu:  أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ    وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ Asyhadu an lâ ilâha illallâh, wa asyhadu anna muhammadar rasûlullâh. Artinya: “Saya bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan saya bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah,”  Iman yang paling tepat adalah hatinya yakin, mulutnya berikrar mau mengakui atau ber-tauhid, serta amal atau tindakannya sesuai. Barangsiapa mulut dan sikapnya sudah tepat, namun hatinya tidak iman, orang ini disebut sebagai orang munafik. Barangsiapa hatinya yakin, sikapnya bagus, namun mulutnya tidak mau berikrar iman, orang ini namanya adalah orang kafir. Sedangkan hati iman, mulut sesuai, tapi sikapnya tidak sesuai, orang seperti ini masuk kategori orang fasik. Selain syahadat, pelajaran yang juga perlu diajarkan orang tua terhadap anaknya adalah soal kerelaan mereka terhadap Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad sebagai utusan. Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur mengatakan, satu hal yang pertama kali diajarkan ulama salaf terhadap anak-anak mereka adalah bacaan:

 رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وِبِالإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا Radhītu billāhi rabbā, wa bil islāmi dīnā, wa bi Muhammadin shallallāhu ‘alaihi wa sallama nabiyyan wa rasūlā. Artinya: “Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad ﷺ sebagai nabi dan rasul,” Ikrar ‘radhîtu’ ini sangat penting karena kalimat ini merupakan sebuah pengakuan atau sebuah bentuk deklarasi seseorang atas keimanannya. Barangsiapa yang benar-benar mengakui bahwa Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai Nabi, berarti eksistensi ketiga hal ini diakui oleh orang tersebut. Apabila seseorang meyakini ketiga hal ini eksis, otomatis orang tersebut akan patuh terhadap semua aturan-aturan yang telah ditetapkan baik soal ibadah, halal-haram, hudud, muamalat, munakahat, dan lain sebagainya.  Walhasil, ada dua bacaan yang wajib diajarkan pertama kali oleh orang tua pada anaknya yaitu pelajaran membaca dua kalimat syahadah dan radlitu. Wallahu a’alam. 

Editor : Alima sri sutami mukti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *