Kisah Seorang Syekh yang Mati Menyembah Setan
Kisah Syekh Barseso bukanlah hal yang baru di kalangan santri, bahkan kisah tersebut cukuplah masyhur dikarenakan para kiai serta guru di pondok pesantren senantiasa menceritakan kisah hikmah tersebut untuk menjadi pelajaran bagi para santri. Kisah tersebut menyimpan sarat hikmah yang begitu dalam, menceritakan seorang ahli ibadah yang mengakhiri hidupnya dengan kondisi murtad su’ul khotimah. Adapun kisah tersebut pertama kali diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan diceritakan kembali oleh Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) dalam kitab Tanbihul Ghafilin. Selain itu, kisah ini juga dinukil dari perkataan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata: “Hati-hatilah kamu dari khamar, sebab ia induk dari dosa-dosa yang keji.”
Dikisahkan hiduplah seorang ahli ibadah bernama Syekh Barseso pada suatu masa. Beliau memiliki suatu keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Ia adalah sosok alim ulama yang tekun beribadah di suatu tempat selama 70 tahun lamanya. Setiap usai menjalani ibadah Syekh Barseso tidak keluar dari tempat peribadatannya selama 10 hari. Melihat sangat khusyuknya ibadah yang dijalankan oleh Syekh Barseso, para setan pun berlomba-lomba mencoba untuk merayu nya agar melakukan maksiat kepada Allah.
Alhasil, ditunjuklah setan putih yang telah menyanggupi untuk menggoda Syekh Barseso tersebut, tak lama berselang setan putih tersebut menjelma dengan pakaian serba putih layaknya seorang ahli ibadah seperti Syekh Barseso. Setan itu pun mendatangi kediaman tempat ibadah Syekh Barseso selesai ia menjalankan kegiatan ibadah seperti biasanya. Setan pun mencoba memanggil Syekh Barseso, tetapi tidak dihiraukan sedikit pun olehnya. Sebaliknya Syekh Barseso langsung melanjutkan ibadahnya seperti biasa.
Tak kehabisan akal, setan putih pun mengikuti ibadah tepat di kediaman Syekh Barseso beribadah. Ia mengikuti ibadah layaknya Syekh Barseso, dari pagi sampai malam. Melihat terdapat seseorang yang kuat beribadah seperti dirinya, mendorong Syekh Barseso untuk menanyakan identitas orang tersebut.
“Wahai Fulan, apakah engkau kemarin memanggilku? Lalu apakah ada sebuah kebutuhan yang menyangkut dengan diriku?” Tanya Syekh Barseso terhadap setan tersebut yang menjelma sebagai ahli ibadah.
“Aku hanya meminta engkau bersedia mendoakanku. Karena aku melihat engkau adalah ahli ibadah yang sangat khusyuk.” Pinta setan tersebut.
“Jikalau engkau seorang muslim, maka sesungguhnya engkau sudah aku doakan bersama seluruh umat muslim di dunia ini.” Jawab Syekh Barseso.
“Kalau begitu, aku memohon padamu agar bersedia mengangkatku sebagai muridmu. Karena dengan aku menjadi muridmu, aku bisa menghabiskan banyak waktu bersamamu saat beribadah.” Pinta setan sekali lagi.
Syekh Barseso pun menyetujui permintaan setan itu tanpa sedikit pun curiga. Selang beberapa waktu kemudian, Syekh Barseso melanjutkan ibadahnya dan setan pun turut serta melakukan ibadah layaknya Syekh Barseso.
Setelah keduanya menjalankan ibadah mereka keluar sejenak dari tempat peribadatan dan melakukan perbincangan ringan. Saat perbincangan tersebut, setan kembali melancarkan aksinya yakni menggoda Syekh Barseso.
“Wahai Syekh Barseso tidakkah dirimu merasa bosan, di setiap harinya melakukan ibadah? Dan apakah tidak ada keinginan untuk bersantai sejenak? Mari kita bersantai sejenak dan mencari seorang perempuan untuk ditiduri.”
Syekh Barseso dengan cepat menolaknya, “Tidak. Itu termasuk dosa yang besar.”
Kemudian setan mengajak Syekh Barseso untuk merampok dan membunuh penjaga warung. Tetapi, Syekh Barseso tetap tidak terbujuk dan mengatakan bahwa hal tersebut adalah dosa besar.
Tak, kehabisan akal setan pun merayu Syekh Barseso agar mau meminum khamr di sebuah warung yang berada di tengah hutan yang dianggapnya tidak banyak orang yang datang.
“Tenang Syekh, di sana pasti jarang sekali dikunjungi oleh banyak orang, sehingga apa yang kita lakukan tidak ada yang mengetahuinya.” Bisik setan merayu Syekh Barseso.
Syekh Barseso pun akhirnya tertarik atas penjelasan setan tersebut, dan keduanya berjalan menuju warung yang berada di tengah hutan serta meminum khamr yang menyebabkan Syekh Barseso mabuk berat.
Di tengah mabuk beratnya, setan menyuruh Syekh Barseso untuk menatap kemolekan perempuan penjaga warung tersebut. Karena berada di bawah pengaruh khamr, hasrat birahinya Syaikh Barseso pun bangkit hingga akhirnya memperkosa perempuan tersebut.
Namun nasib sial menimpa Syekh Barseso. Seusai memperkosa perempuan tersebut sang suami pun mengetahui apa yang dilakukan oleh Syekh Barseso terhadap istrinya. Kemudian setan menyuruh Syekh Barseso untuk membunuh suami dari perempuan tersebut.
Berada di bawah pengaruh khamr yang sangat kuat, menjadikan Syekh Barseso kehilangan akal sehatnya, hingga akhirnya ia membunuh pasangan suami istri tersebut. Kegaduhan atas pembunuhan tersebut tidak lama kemudian didengar oleh salah seorang warga yang hendak mencari kayu bakar di tengah hutan. Hingga akhirnya warga tersebut memanggil beberapa warga yang kebetulan sedang beraktivitas di tengah hutan. Beberapa warga tersebut menyeret Syekh Barseso ke tengah-tengah pemukiman warga dengan menyalip menggunakan kayu.
Saat berada dalam keputusasaan tersebut, setan mendatangi Syekh Barseso dan menjelaskan siapa dirinya. Dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan tersebut, setan menawarkan pertolongan kepada Syekh Barseso dengan menyertakan sebuah syarat. Syarat tersebut adalah, Syekh Barseso harus menyembah dirinya.
“Bagaimana caranya aku dapat menyembah dirimu, bila kondisimu saat ini tangan dan kakiku terikat.” ungkap Syekh Barseso.
“Cukuplah kedipkan kedua matamu dan anggukan kepalamu sebagai isyarah kau menyembahku.” kata setan
Sesaat usai mengedipkan mata dan menganggukan kepalanya, Allah pun mencabut nyawa Syekh Barseso.
Hingga akhirnya seorang alim ulama ahli ibadah yang sangat masyhur dan memiliki banyak murid tersebut harus meninggalkan dunia ini dalam kondisi su’ul khotimah. Na’udzu billahi min dzalik.
Itulah cerita Syekh Barseso yang meninggal dunia dalam keadaan menyembah kepada setan. Semoga kisah tersebut menjadi pelajaran baik terhadap kita agar senantiasa mampu menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Serta semoga kelak kita mendapatkan husnul khotimah saat ajal menjemput kita. Aamiin.
Penulis : M Wildan Musyaffa
**Tulisan ini dikutip dari berbagai sumber.