Faktor pendorong kesabaran dan ketegaran kaum Muslimin
Bagikan ini :

Seorang yang berhati lembut akan berdiri tercenung dan para cendekiawan akan saling bertanya diantara mereka, “Apa sebenernya sebab-sebab dan faktor-faktor yang telah membawa kaum Muslimin mencapai puncak dan batas tak tertandingi dalam ketegarannya? Bagaimana mungkin mereka bisa bersabar menghadapi penindasan demi penindasan yang membuat bulu roma merinding dan hati gemetar begitu mendengarnya?”

Melihat fenomena yang menggetarkan jiwa ini, kami menggap perlunya menyinggung sebagian dari faktor-faktor dan sebab-sebab tersebut secara ringkas dan singkat;

  • Keimanan kepada Allah

Sebab dan faktor paling utama adalah keimanan kepada Allah SWT semata dan mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Keimanan yang mantap bila telah menyelinap ke sanubari dapat menjadi setimbangan gunung dan tidak akan goyah. Orang yang memiliki keimanan yang kokoh dan keyakinan yang mantap seperti ini akan memandang kesulitan duniawi sebesar, sebanyak dan serumit apapun jika dibandingkan dengan keimanannya ibarat lumut-lumut yang diapungkan oleh air bah yang berusaha menghancurkan bendungan kuat dan benteng yang kokoh. Maka dia, tidak mempedulikan rintangan apapun lagi karena telah mengenyam manisnya  iman, segarnya ketaatan serta cerianya keyakinan. Allah berfirman yang artinya, “Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.”

  • Kepemimpinan Yang Diidolakan Setiap Hari

Rasulullah SAW adalah sosok seorang pemimpin tertinggi umat islam, bahkan seluruh manusia. Beliau memiliki keindahan fisik, jiwa yang sempurna, akhlak luhur, sifat-sifat yang terhormat dan ciri fisik yang agung. Hal ini dapat menyebabkan hati tertawan dan membuat jiwa rela berjuang untukya sampai tetes darah terakhir. Kesempurnaan yang dianugerahkan kepadanya tersebut tidak pernah dianugerahkan kepada siapa pun. Beliau menempati posisi puncak dalam derajat sosial, keluhuran budi, kebaikan dan keutamaan. Demikian pula dari sisi kesucian diri, amanah, kejujuran dan semua jalan-jalan kebaikan, tidak ada yang menandinginya. Jangankan oleh para pecinta dan sahabat karib beliau, musuh-musuhnya pun tidak meragukan lagi hal itu. Ungkapan yang pernah terlontarkan dari mulut beliau pastilah membuat mereka langsung meyakini kejujuran dan kebenarannya.

  • Rasa tanggung jawab

Para sahabat menyadari secara penuh akan besarnya tanggung jawab yang dipikulkan ke pundak umat manusia. Tanggung jawab ini tidak dapat dielakkan dan diselewengkan betapa pun kondisinya. Sebab keteledoran dan lari darinya, memiliki implikasi yang sangat besar dan berbahaya melebihi penindasan yang dirasakan oleh mereka. Kerugian yang akan derita dan diderita oleh umat manusia secara keseluruhan akibat lari darinya, jauh lebih besar dibanding dengan kesulitan- kesulitan yang selama ini mereka hadapi akibat beban yang mereka tanggung tersebut.

  • Iman kepada akhirat

Ini merupakan salah satu faktor yang menguatkan tumbuhnya rasa tanggung jawab tersebut. Mereka memiliki keyakinan yang kuat bahwa kelak mereka akan dibangkitkan dan menghadap Rabb semesta alam, amal mereka dihisab dengan sedetail-detailnya; baik yang besar maupun yang kecil. Jadi, hanya dua pilihan; ke surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan abadi atau ke Neraka Jahim yang penuh dengan azab yang kekal.

          Mereka menjalani kehidupan antara rasa takut dan pengharapan; mengharapkan rahmat Rabb mereka dan takut akan siksaNya.

                   Mereka adalah sebagaimana yang difirmankan Allah SWT,

وَاُلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبِهِمْ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut.” (Al-Mu’minun:60)

          Mereka mengetahui bahwa dunia dengan kesengsaraan dan kesenangan yangada di dalamnya tidak mempunyai nilai sedikit pun dibandingkan dengan kehidupan di akhirat, sekalipun hanya seberat sayap nyamuk.

  • Al-Qur’an

Pada rentang waktu yang amat kritis dan sulit ini, turunlah surat-surat dan ayat-ayat Allah guna membersihkan Hujjah dan argumentasi atas kebenaran risalah islam dan prinsip-prinsipnya yang merupakan poros dakwah. Al-Qur’an tampil dengan gaya bahasa yang kuat dan indah, mengarahkan kaum Muslimin kepada pondasi-pondasi yang kelak atas ketentuan Allah akan terbentuk di atasnya komunitas manusia yang paling agung dan mempesona di muka bumi ini, yaitu masyarakat Islam. Surat-surat dan ayat-ayat tersebut juga amat membangkitkan sensifitas dan motifasi kaum muslimin untuk bersabar dan pantang menyerah, menguraikan sikap tersebut dengan bahasa permisalan dan menjelaskan kepada mereka hikmah di balik itu. Allah berfirman,

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ 

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam -macam cobaan) sehingga berkatalah Rasulullah dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah” ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS Al-Baqarah:214)

Ayat tersebut juga mementahkan argumentasi-argumentasi kaum kafir dan para pembangkang nya dengan bantahan yang membuat mereka mati kutu sehingga tidak tidak memiliki trik lain untuk mengelak. Ayat tersebut sekali waktu juga memperingatkan mereka akan akibat yang fatal karena mereka bersikeras pembangkangan dan kesesatan denagan pemaparan yang jelas dan lugas, serta menyebutkan contoh azab Allah yang ditimpakan kepada umat umat terdahulu dan peristiwa historis yang menunjukan adanya sunatullah terhadap para wali dan  musuhNya. Sekali waktu pula, menyapa mereka secara ramah, (berupaya) membuat (mereka) mengerti, memberi petunjuk dan arahan sehingga dengan itu mereka mau berpaling dari kesesatan nyata yang tengah mereka lakukan

  • Berita- Berita gembira tentang kemenangan

Meskipun kaum muslimin mengetahui akan berita-berita gembira ini, namun mereka juga mengetahui sejak pertama kali mengalami perlakuan kasar dan penindasan bahkan sebelum itu bahwa masuk islam bukan berati tersingkirnya semua musibah dan kematian tersebut, tetapi sejak awal lahirnya dakwah islamiyah bertujuan untuk mengenyahkan dunia Jahiliyyah dan sistemnya yang dzalim. Mereka juga mengetahui bahwa buah dari hal itu di dunia ini adalah terbentangnya kekuasaan di atas muka bumi ini dan penguasaan terhadap politis diseluruh alam yang dapat menggiring umat manusia dan komunitas manusia secara keseluruhan ke dalam ridha Allah dan membebaskan mereka dari penyembahan terhadap para hamba (makhluk) menuju kepada penyembahan terhadap Allah semata.

Demikianlah, Rasulullah SAW senantiasa menyuguhkan santapan rohani kepada mereka dengan rangsangan keimanan; menyucikan jiwa mereka dengan mengajarkan al-Hikmah (hadits) dan al-Qur’an; mendidik mereka dengan pendidikan yang mendalam; mendorong jiwa mereka agar menduduki keluhuran rohani, kemurnian hati, kebersihan budi pekerti, keterbebasan dari pengaruh meterialistik, melawan hawa nafsu serta kembali kepada Rabb bumi dan langit; menyucikan kegelapan hati mereka; mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya terang; mengajak mereka sabar terhadap semua gangguan, memiliki sifat pemaaf, selalu antusias menuntut ilmu dan memahami agama, mengintropeksi jiwa dan menundukan sentimen-sentimen yang tumbuh, mengalahkan perasaan-perasaan dan gejolak-gejolak jiwa serta selalu mengikat diri dengan kesabaran, kedamain dan ketenangan. Wallahu’alam

Penulis: Fachry Syahrul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *