Apa Makna Zuhud?
Apa yang dinamakan zuhud? Zuhud adalah meninggalkan kecondongan terhadap kecintaan pada dunia. Zuhud adalah melepaskan hati dari pengaruh dunia. Maksudnya tidak kikir terhadap peminta dan tidak tersibukkan oleh kegiatan-kegiatan duniawi sehingga lupa pada Allah SWT. Namun zuhud juga bukan berarti harus mengosongkan tangan dari memiliki harta.
Selama ini banyak orang yang salah paham atau salah mengartikan sifat zuhud. Zuhud bukan berarti tidak boleh kaya. Zuhud juga bukan harus hidup miskin dan meninggalkan segala gemerlap kehidupan dunia. Karena bagaimanapun tidak ada larangan bagi umat Islam untuk meraih kekayaan setinggi-tingginya. Asal cara memperoleh dan penggunaannya sesuai dengan ajaran Islam.
Sederhananya, zuhud adalah melenyapkan keterkaitan hati dengan harta. Sehingga zuhud bukan berarti tidak kaya. Juga tidak identik dengan miskin. Orang kaya belum tentu tidak zuhud. Orang miskin juga belum pasti memiliki sikap zuhud. Karena zuhud adalah pekerjaan hati, bukan pekerjaan lahiriyah. Sehingga yang mengetahui apakah dia zuhud atau tidak adalah dirinya sendiri, dan tentu saja Allah swt.
“Allah dan Rasul-Nya tidak pernah melarang umatnya melakukan usaha untuk mendapatkan bagian di dunia. Tidak pernah seorangpun dilarang untuk melakukan hal tersebut.”
Allah berfirman :
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ ٢٠
Barang siapa yang menghendaki keuntungan akhirat kami tambah keuntungan itu untuknya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia maka kubereikan sebagiannya dan tiadalah baginya suatu bagian pun di akhirat. (Asy Syura: 20).
Ada seorang lelaki datang kepada Nabi SAW lalu berkata : “Tunjukkanlah aku tentang perbuatan, bila aku melakukannya maka aku disenangi oleh Allah dan disegani oleh manusia.” Lalu Nabi menjawab : “berzuhudlah dari keduniaan kamu akan dicintai oleh Allah, dan janganlah kamu tamak terhadap hak milik manusia kamu akan dicintai oleh mereka.” (HR.Ibnu Majah).
“Jangan kalian mengatakan bahwa seseorang mempunyai sifat zuhud. Karena keberadaan zuhud adalah di hati,” kata Abu Sulaiman ad-Darani. Diriwayatkan bahwa Nabi Sulaiman AS tidak pernah mengangkat kepalanya ke langit, lantaran khusu’ dan merendahkan diri kepada Allah sekalipun diberi Kerajaan yang begitu mengagumkan. Dia senantiasa memberikan makanan yang enak-enak kepada orang banyak, tapi untuk dirinya beliau hanya memakan roti gandum. Ada seorang bertanya :”Mengapa kamu senang hidup lapar, sedang engkau telah diberi gudang kekayaan dibumi?” Lalu dijawab “:Aku khawatir bila aku kenyang, lantas aku lupa terhadap orang yang lapar.”
Sekali lagi zuhud bukan berarti anti-harta benda. Juga bukan harus hidup miskin atau identik dengan kemiskinan. Namun melepaskan keterkaitan hati dengan harta. Contohnya, banyak sahabat Nabi Muhammad saw. yang kaya namun tetap zuhud seperti Abduraahman bin Auf, Zubair binAwwam, Zaid bin Tsabit, dan lainnya. Mereka memiliki harta yang melimpah, namun hartanya tidak membutakan mata dan hati mereka sehingga melupakan akhirat. (A Muchlishon Rochmat)
Editor : Nawal A.N