Persiapan Menyambut Ramadhan
Bulan Ramadan menjadi bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Muslim. Ramadan bukan sekadar sebulan yang penuh dengan tantangan berpuasa, melainkan sebuah perjalanan ruhani yang memerlukan kesiapan sepenuh hati.
Pada bulan penuh berkah ini juga mengajarkan umat Muslim untuk melatih kesabaran dan menahan berbagai godaan. Hal ini dilakukan untuk menjadi hamba yang takwa di hadapan Allah SWT. Tak heran, jika banyak orang yang mempersiapkan banyak hal untuk menyambut bulan Ramadan.
Menjelang datangnya bulan penuh berkah ini, mari merenung tentang bagaimana kita dapat mempersiapkan diri secara holistik, mulai dari niat yang tulus, kepersiapannya dalam aspek spiritual, hingga kesiapan fisik dan sosial. Berikut ini beberapa persiapan menyambut Ramadan yang dapat kamu siapkan!
Persiapan Dalam Menyambut Bulan Ramadan
Sebagai umat muslim, dalam menyambut bulan Ramadan pastinya banyak beberapa hal yang dipersiapkan. Berikut adalah hal-hal yang biasa dan bisa disiapkan dalam menyambut bulan Suci Ramadan.
1. Perkuat Iman
Persiapan Ramadan yang paling dasar adalah mempersiapkan iman. Persiapan secara keimanan bisa Toppers lakukan dengan mulai melatih pengendalian dari kebiasaan-kebiasaan buruk sehari-hari.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara sesederhana memastikan Shalat Lima Waktu yang tidak pernah bolong, atau menghentikan kebiasaan merokok.
2. Persiapan Fisik untuk Puasa
Bulan Ramadan adalah bulan di mana Toppers sangat dianjurkan untuk berbuat kebaikan dan mengumpulkan pahala. Ditambah dengan ibadah Puasa, sudah pasti Toppers memerlukan kondisi fisik dan jasmani yang prima. Jika sampai kamu jatuh sakit, tentu ibadah nggak akan jadi maksimal.
Jaga kondisi fisik dan jasmani mulai dari sekarang dengan mengurangi kebiasaan tidak sehat seperti bergadang dan mengonsumsi makanan tidak sehat. Mulailah lebih rutin berolahraga dan bila perlu konsumsi vitamin atau suplemen kesehatan. Dengan mengonsumsi multivitamin, tubuh Toppers jadi tahan banting memasuki bulan Ramadan dan tidak gampang sakit. Sehingga tak ada halangan untuk berpuasa hingga akhir.
3. Perdalam Ilmu dan Pengetahuan Agama
Persiapan Bulan Ramadan selanjutnya adalah memperdalam ilmu dan pengetahuan Toppers mengenai agama. Pelajarilah mengenai hal-hal apa saja yang seharusnya dak tidak seharusnya dilakukan oleh umat Muslim di Bulan Ramadan. Pelajari juga mengenai tata cara ibadah yang baik dan benar.
Sebelum memasuki Bulan Ramadan, nggak ada salahnya Toppers perbanyak bacaan-bacaan mengenai agama dan lebih sering mengikuti forum-forum agama untuk memperdalam pengetahuan dan ilmu keagamaan agar bisa menunaikan ibadah di bulan Ramadan dengan lebih afdal.
4. Persiapan Amal dan Materi
Memasuki bulan Ramadan, persiapan materi adalah persiapan menyambut Ramadan selanjutnya yang jangan boleh terlewatkan. Selain karena kebutuhan menjelang bulan Ramadan yang meningkat serta harga-harga barang yang melonjak, Toppers tentu ingin meningkatkan amal dengan berzakat dan bersedekah di bulan Ramadan, bukan?
Mumpung masih memiliki waktu, mulailah kelola keuangan dengan hidup lebih hemat agar tabunganmu cukup untuk memenuhi kebutuhan dan juga amal di Bulan Ramadan.
5. Persiapan Kebutuhan Ramadan Sehari-hari
Persiapan menyambut bulan Ramadan yang terakhir adalah mempersiapkan ketersediaan kebutuhan sehari-hari. Mulai dari perlengkapan ibadah hingga keperluan dapur.
Mulai dari sembako dan bumbu masak yang memadai. Agar menjalankan ibadah bisa maksimal dengan santapan sahur dan buka puasa bergizi.
6. Membersihkan Lingkungan Sekitar
Toppers masih ingat bukan kebersihan sebagian dari iman? Yak slogan tersebut ternyata benar adanya. Dengan kamu membersihkan rumah, lingkungan sekitar, sampai jika bisa ikut serta membersihkan masjid dan musholla akan lebih baik.
Jika kamu pergi ke desa saat bulan ramadan pasti desa-desa tersebut penuh dengan hiasan untuk menyambut bulan Ramadan bukan? Kamu juga harusnya jangan kalah ya, karena bulan puasa bulan yang penuh berkah sehingga pantas untuk dirayakan. Jika lingkungan kamu bersih pastinya kamu juga nyaman untuk beribadah, bukan?
7. Persiapan Jiwa dan Mental
Sambutlah bulan Ramadan dengan jiwa yang bersih dan rasa ketulusan hati. Alangkah lebih baik jika kamu bertaubat dengan semua kesalahan yang pernah kamu lakukan agar semua ibadah puasa lebih khusyuk dan fokus. Selain itu mental kamu juga harus dipersiapkan karena pada bulan ini kita akan beribadah puasa dan lainnya dengan optimal selama sebulan penuh.
Jiwa dan mental kita harus dipersiapkan dengan penuh keimanan dan ketulusan hati atau ikhlas dalam beribadah. Dengan demikian, maka kesulitan dan sikap malas dalam ibadah bisa diatasi dan dihilangkan. Ibadah pun menjadi terasa mudah dan menyenangkan.
8. Berharap Dosa Diampuni
Bersyukurlah dan memuji Allah atas kedatangan bulan yang berkah ini. Jika semua sudah dilakukan, kita tinggal pasrah berharap dan berdoa kepada Allah SWT agar dosa yang sudah dilakukan dapat dimaafkan dan kita memasuki Ramadan dengan keadaan suci.
9. Siapkan Perlengkapan Ibadah
Hal yang sangat penting untuk mendukung Toppers dalam mempertebal iman di bulan Ramadan adalah dengan adanya perlengkapan ibadah yang terpenuhi. Siapkan sajadah, sarung, peci hingga mukena agar aktivitas beribadah bisa dilakukan secara maksimal.
10. Banyak Berbuat Baik
Memang tidak ada manusia yang sempurna, tapi di bulan yang penuh berkah ini kamu bisa memulai banyak perbuatan baik terhadap sesama dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk. Agar di bulan Ramadan kali ini dan seterusnya, Toppers bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
11. Melunasi Utang Puasa Tahun Lalu
Sebelum menyambut bulan Ramadan, jangan lupa untuk melunasi hutang puasa di tahun lalu. Karena, ada beberapa kondisi yang memperbolehkan umat Muslim untuk tidak menjalani ibadah puasa. Seperti saat sedang sakit, hamil, dan datang bulan.
Jadi, jika Toppers masih punya hutang puasa karena beberapa kondisi tersebut jangan lupa untuk melunasinya terlebih dulu sebelum memasuki bulan Ramadan ini, ya!
Itulah berbagai persiapan bulan Ramadan yang harus masuk dalam daftar checklist para Toppers yang akan menunaikan ibadah puasa di bulan yang suci ini agar dapat menjalaninya dengan lebih maksimal!
Ramadhan tahun ini, 1444 Hijriyah hanya tinggal menghitung hari. Tidak lama lagi akan tiba. Bulan Sya’ban sudah harus segera berakhir. Itu artinya, kalau Allah swt dengan qudrah-Nya masih memberikan usia panjang, maka kita, umat Islam kembali akan mendapati bulan yang sangat istimewa tersebut.
Pertanyaan sederhananya adalah “sudahkah kita, sebagai Muslim mempersiapkan diri menyambut datangnya bulan Ramadhan ini?”. Masyarakat Indonesia khususnya, biasanya cukup sibuk mempersiapkan segala sesuatunya tatkala harus kedatangan atau menyambut tamu agung nan terhormat. Tuan rumah juga dapat mengukur kepantasannya untuk penghormatan yang telah dilakukan.
Demikian pula dengan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan dan sarat keistimewaan, serta sangat dimuliakan Allah swt. Karenanya, umat Islam seyogyanya harus lebih mempersiapkan diri dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan yang hanya bisa didapati dalam setahun sekali.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan umat Islam (Muslim) sebelum Ramadhan tiba. Pertama, mengucapkan selamat atau tahni’ah atas datangnya bulan Ramadhan. Tahni’ah sebagai tanda atas kegembiraan menyambut bulan Ramadhan lantaran rahmat Allah akan dibuka lebar untuk umat Islam. Rasa gembira ini perlu ditularkan kepada sesama Muslim dengan cara mengingatkan bahwa di bulan Ramadhan terdapat banyak momentum berharga yang tak boleh disita-siakan begitu saja. Di antaranya Allah swt membuka pintu-pintu ampunan bagi hamba-hamba-Nya, bahkan pahala amal umat Islam akan dilipatgandakan.
Dalam sebuah Hadits, Rasulullah ber-tahni’ah menyambut bulan Ramadhan dengan sabdanya:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun.” (Hadits Shahih, Riwayat al-Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631. dengan redaksi hadits dari al-Nasa’i).
Allah swt mensyariatkan hamba-hamba-Nya yang Muslim di bulan Ramadhan untuk berpuasa. Puasa adalah di antara ibadah yang sangat disukai Allah dan istimewa. Puasa tidak seperti dengan amal-amal yang lain, karena puasa adalah milik Allah, bukan milik siapa yang mengerjakan. Karena itu, Allah yang akan membalasnya langsung kepada hamba-Nya yang berpuasa.
Demikian ini dapat dimaknai bahwa umat Islam dalam berpuasa harus betul-betul karena Allah, bukan karena yang lainnya. Pada waktu yang sama, Muslim harus menjaga diri dari perbuatan-perbuatan tercela, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Disebutkan dalam hadits Qudsi:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Allah Azza wa Jalla berfirman: “Setiap amal seorang manusia adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasan kepadanya. Puasa itu adalah perisai, karena itu apabila salah seorang di antaramu berpuasa, janganlah mengucapkan perkataan yang buruk dan keji, jangan membangkitkan syahwat dan jangan pula mendatangkan kekacauan. Apabila ia dimaki atau ditantang seseorang, maka katakanlah: Aku sedang berpuasa,..”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 1771).
Kedua, umat Islam mempersiapkan menyambut bulan Ramadhan dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban. Salah satu riwayat yang masyhur diceritakan Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha, bahwa Nabi Muhammad saw mengisi bulan Sya’ban dengan memperbanyak berpuasa:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
“Tidaklah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan dan aku tidak melihat beliau berpuasa sebanyak pada bulan Sya’ban” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Ketiga, hal yang dapat dipersiapkan menyambut Ramadhan yaitu intens memberikan pemahaman tentang tuntunan syariat menjalankan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan kepada sesama Muslim. Hal ini bisa ditempuh dengan cara memperbanyak tausiyah atau ceramah. Bisa dilakukan dengan memanfaatkan majelis-majelis taklim, forum musyawarah, dan forum-forum yang lainnya. Tentu saja, di lingkungan keluarga tidak boleh terlewatkan.
Tausiyah singkat dalam rangka menyambut bulan Ramadhan ini pernah dilakukan Nabi di depan para sahabatnya. Berikut ceramah lengkap Nabi:
أَيُّهَا الَّناسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ، شَهْرٌ مُباَرَكٌ، شَهْرٌ فِـيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ جَعَلَ اللهُ صِياَمَهُ فَرِيْضَةً وَ قِياَمَ لَيْلَهُ تَطَـوُّعاً مَنْ تَقَرَّبَ فِـيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ اْلخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِـيْماَ سِوَاهُ وَمَنْ أَدَّى فِـيْهِ فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِـيْمَا سِواَهُ وَهُوَ شَهْرُ الصَّـبْرِ وَالصَّـبْرُ ثَـوَابُهُ الْجَنَّةُ وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ وَ شَهْرٌ يَزْدَادُ فِـيْهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ، مَنْ فَطَّرَ فِـيْهِ صَائِماً كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوْبِهِ وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ وَ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ قَالُوْا لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَّائِمَ، فَقَالَ : يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَن فَطَّرَ صَائِماً عَلىَ تَمْرَةٍ أَوْ شُرْبَةِ مَاءٍ أَوْ مذَقَّةِ لَبَنٍ وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتــْقٌ مِنَ النَّارِ، مَنْ خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوْكِهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ وَأَعْتَقَهُ مِنَ النَّارِ وَاسْتَكْثَرُوْا فِـيْهِ مِن أَرْبَـعِ خِصَالٍ : خَصْلَتَيْنِ تُرْضُوْنَ بِهِمَا ربَّكُمْ وَخَصْلَتَيْنِ لاَ غِنىَ بِكُمْ عَنْهُمَا فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتاَنِ تُرْضُوْنَ بِهِمَا ربَّكُمْ فَشَهَادَةُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ تَسْتَغْفِرُوْنَهُ وَأَمَّا اللَّتاَنِ لاَ غِنىَ بِكُمْ عَنْهُمَا فَـتَسْأَلُوْنَ اللهَ الْجَنَّةَ وَ تَـعُوْذُوْنَ بِهِ مِنَ النَّارِ وَ مَنْ أَشْبَعَ فِـيْهِ صَائِماً سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِيْ شُرْبَةً لاَ يَظْمَأُ حَتَى يَدْخُلَ اْلجَنَّةَ
“Wahai manusia, sesungguhnya telah menaungi kamu bulan yang agung dan penuh berkah. Bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada bulan itu, Allah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan qiyam atau shalat di malam harinya sebagai ibadah sunnah. Siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebajikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan kewajiban di bulan lain. Siapa yang mengerjakan suatu kewajiban dalam bulan Ramadhan tersebut, maka sama dengan menjalankan tujuh puluh kewajiban di bulan lain. Ramadhan itu adalah bulan kesabaran; sedangkan ketabahan dan kesabaran, balasannya adalah surga. Ramadhan adalah bulan pertolongan, pada bulan itu rezeki orang-orang Mukmin ditambah. Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa di bulan itu, maka ia akan diampuni dosanya, dibebaskan dari api neraka. Orang itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tersebut. Sedangkan pahala puasa bagi orang yang melakukannya, tidak berkurang sedikitpun. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami tidak semua memiliki makanan untuk berbuka bagi orang lain”. Bersabda Rasulullah : “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberikan sebutir kurma, atau seteguk air, atau seteguk susu”. Dialah Ramadhan, bulan yang permulaannya dipenuhi dengan rahmat, periode pertengahannya dipenuhi dengan ampunan dan maghfirah, pada periode terakhirnya merupakan pembebasan manusia dari azab neraka. Barang siapa yang meringankan beban pekerjaan pembantu-pembantu rumah tangganya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan membebaskannya dari api neraka. Oleh karena itu dalam bulan Ramadhan ini, hendaklah kamu sekalian dapat meraih empat bagian. Dua bagian pertama untuk memperoleh ridha Tuhanmu dan dua bagian lain adalah sesuatu yang kamu dambakan. Dua bagian yang pertama ialah bersaksi dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan hendaklah memohon ampunan kepada-Nya. Dua bagian yang kedua yaitu kamu memohon (dimasukkan ke dalam) surga dan berlindung dari api neraka. Siapa yang memberi minuman kepada orang yang berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari telagaku, suatu minuman yang seseorang tidak akan merasa haus dan dahaga lagi sesudahnya, sehingga ia masuk ke dalam surga”. (Hadits Dhaif, Riwayat Ibnu Khuzaimah: 1780, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman: 3455. redaksi hadits di atas riwayat Ibn Khuzaimah).
Sebagian ahli menyebut Hadits di atas dhaif (lemah). Kendati demikian masih ditoleransi atau masih bisa dipakai karena berkaitan dengan fadhailul a’mal (keutamaan amal). Apalagi sebagian keterangan dalam Hadits ada persamaan dengan yang disebutkan pada Hadits yang lebih sahih.
Imam Ahmad bin Hambal menyampaikan pernyataan mengenai hadits dhaif:
الْحَدِيْث الضَعِيْفُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ الرَأْيِ
“Hadits yang dhaif lebih aku cintai dari al-Ra’yu (pendapat akal seseorang)”. Dalam kalimat yang lain, beliau berpendapat:
الْعَمَلُ بِالْحَدِيْثِ الضَّعِيْفِ أَوْلَى مِنَ الْقِيَاسِ
“Beramal dengan hadits yang dhaif lebih utama dari menggunakan qiyas (analogi)”.
Pewarta: Alima Sri Sutami Mukti