Taubat
Kata taubat berasal dari kata taba yang darinya terbentuk antara lain kata taubat, pada mulanya berarti “kembali”. Taubat berarti memohon ampunan kepada Allah Swt. atas segala dosa dan kesalahan. Taubat merupakan bentuk pengakuan atas segala kesalahan dan pernyataan menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
Sebaik-baik orang yang berdosa adalah mereka yang segera meminta maaf kepada Allah SWT dengan cara memperbanyak istighfar dan bertobat.
Setiap orang pasti pernah melakukan salah dan dosa. Tidak ada satu pun manusia di bumi ini luput dari dua sifat itu. Karena itu, Allah membuka pintu maaf selebar-lebarnya bagi hamba yang sadar diri dan menyesali kesalahan yang pernah dilakukannya. Menyadari dan menyesali kesalahan itu disebut dengan tobat.
Sebaik-baik orang yang berdosa adalah mereka yang segera meminta maaf kepada Allah SWT dengan cara memperbanyak istighfar dan bertobat. Tobat lebih baik disegerakan sebelum ajal menjemput, Ibnu Majah Mengatakan dalam hadits:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مَسْعَدَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab telah menceritakan kepada kami Ali bin Mas’adah dari Qatadah dari Anas dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertaubat.”
Perlu diperhatikan, di dalam Islam ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar tobat diterima Allah SWT. Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam Kitab Al-Ghunyah menjelaskan ada tiga syarat tobat:
أما شروطها فثلاثة: أولها الندم على ما عمل من المخالفات وهو قول النبي صلى الله عليه وسلم الندم توبة. وعلامة صحة الندم رقة القلب وغزارة الدمع ولهذا روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: جالسوا التوابين فإنم أرق أفئدة. والثاني ترك الزلات في جميع الحالات والساعات. والثالث العزم على ألا يعود إلى مثل ما اقترف من المعاصى والخطيئات
Artinya, “Syarat tobat ada tiga: pertama, menyesali atas kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan, ini berdasarkan hadis Rasulullah, ‘Menyesali kesalahan adalah tobat’. Tanda dari penyesalan adalah lembutnya hati dan berderainya air mata. Sebab itu, Rasulullah mengatakan, ‘Berkumpullah bersama orang yang bertobat, karena hati mereka lembut’. Kedua, meninggalkan setiap kesalahan di mana pun dan kapan pun. Ketiga, berjanji dan berusaha untuk tidak kembali pada dosa dan kesalahan.”
Menurut Syekh Abdul Qadir, ketiga syarat ini mesti dipenuhi dalam bertobat agar diterima Allah SWT. Ketiga syarat itu adalah menyesali kesalahan, meninggalkan maksiat, dan menghindar serta menjaga diri agar tidak jatuh pada lubang yang sama. Oleh karena itu, tobat tidak cukup sekedar diniatkan dan diucapkan, tapi mesti diwujudkan dalam tindakan. Setelah menyesali perbuatan yang dilakukan, mintalah ampun kepada Allah, dan jangan ulangi perbuatan dan kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya.
Ini Lafal Pengakuan Dosa dan Kekhilafan
Dosa, kesalahan, kealpaan, dan kekhilafan merupakan sesuatu yang lazim bagi umat manusia. Sebagian nabi sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an memberikan keteladanan perihal sikap orang yang terlanjur berdosa dan terjerumus dalam jurang kesalahan. Berikut ini adalah lafal tobat Nabi Adam AS dan Siti Hawa atau pengakuan kesalahan keduanya yang diabadikan dalam Surat Al-A‘raf berikut ini.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Rabbanā zhalamnā anfusanā. Wa illam taghfir lanā wa tarhamnā, lanakūnanna minal khāsirīna.
Artinya, “Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri sendiri. Jika Kau tidak mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami termasuk hamba-Mu yang merugi,” Surat Al-A‘raf ayat 23.
Sementara berikut ini adalah lafal pertobatan Nabi Yunus AS di dalam tiga kegelapan, yaitu kegelapan malam, kegelapan di bawah permukaan laut, dan kegelapan di dalam perut ikan.
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Lā ilāha illā anta. Subhānaka innī kuntu minaz zhālimīna.
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah. ,”
Surat Al-Anbiya ayat 87. Al-Qur’an menceritakan bahwa kalau saja Nabi Yunus AS bukan termasuk orang yang gemar bertasbih, niscaya ia akan tetap berada di dalam tiga kegelapan itu hingga hari kiamat tiba. Sementara Rasulullah SAW sendiri juga mengajarkan lafal pengakuan dosa.
Rasulullah SAW mengajarkan lafal atau doa tobat ini kepada Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq RA yang seharusnya dibaca di dalam shalat. Ulama kemudian menganjurkan kita membaca doa ini setelah membaca tasyahud akhir dan sebelum salam.
اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا, وَلَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ, فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ, وَارْحَمْنِي, إِنَّكَ أَنْتَ اَلْغَفُورُ اَلرَّحِيمُ
Allāhumma innī zhalamtu nafsī zhulman katsīran (tercatat “kabīran” pada sebagian riwayat), wa lā yaghfirud dzunūba illā anta, faghfir lī maghfiratan min ‘indika, warhamnī, innaka antal ghafūrur rahīmu. Artinya, “Tuhanku, sungguh aku telah menganiaya diri sendiri dengan penganiayaan yang banyak (sebagian riwayat ‘yang besar’). Tiada yang dapat mengampuninya kecuali Engkau. Anugerahkanlah ampunan dari sisi-Mu. Rahmatilah aku. Sungguh, Kau maha pengampun, lagi maha penyayang,” HR Bukhari dan Muslim.
Pada riwayat lain, Nabi Muhammad SAW seperti diriwayatkan oleh sahabat Abu Musa Al-Asy‘ari membaca doa berikut ini.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطِيْئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي جِدِّي وَهَزْلِي؛ وَخَطَئِي وَعَمْدِي؛ وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Artinya, “Tuhanku, ampunilah kekeliruan dan kebodohanku, kelewatanbatasku dalam sebuah hal, dan dosaku yang mana Kau lebih tahu dariku. Tuhanku, ampunilah dosaku dalam serius dan gurauanku, kekeliruan dan kesengajaanku. Apa pun itu semua berasal dariku. Tuhanku, ampunilah dosaku yang terdahulu dan terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan kunyatakan, dan dosa yang mana Kau lebih tahu dariku. Kau maha terdahulu. Kau maha terkemudian. Kau maha kuasa ata segala sesuatu,” (HR Bukhari dan Muslim).
Sayid Bakri bin M Sayid Syatho Dimyathi dalam karyanya I‘anatut Tholibin mengutip ucapan Syekh Abdul Wahhab Sya’roni.
عن سيدي عبد الوهاب الشعراني ـ نفعنا الله به ـ أن من واظب على قراءة هذين البيتين في كل يوم جمعة، توفاه الله على الإسلام من غير شك، وهما:
إِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلًا – وَلَا أَقْوَى عَلَى نَارِ الجَحِيْمِ – فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِيْ – فَإِنَكَ غَافِرُ الذَنْبِ العَظِيْمِ
Artinya, “Dari Syekh Abdul Wahhab Sya’roni-semoga Allah memberikan maslahat kepada kita berkat Syekh Wahhab-bahwa siapa saja yang melazimkan dua bait ini setiap hari Jum’at, maka Allah akan ambil ruhnya dalam keadaan Islam tanpa ragu sedikitpun.” Kedua bait syair itu berbunyi:
Ilahi lastu lil Firdausi ahla # Wa la aqwa ala naril jahimi / Fa hab li taubatan waghfir dzunubi # Fainnaka ghafirudz dzanbil ‘azhimi.
(Tuhanku, aku bukanlah penghuni yang pantas surga-Mu. Aku pun tidak sanggup masuk neraka. Karena itu, bukalah pintu tobat-Mu. Ampunilah segenap dosaku. Karena sungguh Engkau ialah Zat yang maha pengampun).
Semua lafal ini baik diucapkan sesering mungkin sebagai lafal yang baik dalam hal pengakuan dosa dan pertobatan.
penulis: Hasbi Sayyid